Mohon tunggu...
Trisno  Mais
Trisno Mais Mohon Tunggu... Penulis - Skeptis terhadap kekuasaan

Warga Negara Indonesia (WNI)

Selanjutnya

Tutup

Politik

PDI-P di Sulut Harus Berbenah

22 September 2017   16:45 Diperbarui: 22 September 2017   17:09 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : Trisno Mais, SAP, Mahasiswa Pascasarjana Unsrat Manado


PARTAI Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), yakni partai besutan mantan Presiden Indonesia ke- 5 Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau umumnya dikenal sebagai Megawati Soekarnoputri, untuk daerah pemilihan (Dapil) Sulawesi Utara (Sulut) semestinya terus melakukan langkah evaluatif.

Pemilihan kepala daerah (Pemilukada) lalu, Sulut yang diusung oleh PDI-P 2017 untuk Bolaang Mongondow: Yasti Soepredjo Mokoagow-Yanny Ronny Tuuk,Kepulauan Sangihe: Hironimus Rompas Makagansa-dr Fransiscus Silangen

Nah, dari sebagian besar usungan partai penguasa saat ini di Indonesia, rata-rata "tak berkutik". Kekalahan PDI-P 2017 kemarin pada Pemilukada langsung di Kabupaten Kepulauan Sangihe atas calon yang diusung Golkar dan Hanura, menjadi pelajaran berharga untuk partai yang diketuai Olly Dondokambey. Manado, Minahasa Utara (Minut) serta Minahasa Selatan (Minsel) juga demikian pada 2016 lalu. Dan jika ditotalkan, pasangan yang diusung lewat PDIP sudah sekira 101 pilkada yang akan digelar tahun 2017, termasuk 7 provinsi.

Komunikasi Pilkada serentak 2018 mendatang sudah dimulai. Partai politik (Parpol) di luar PDI-P pun untuk Sulut tak tinggal diam. Sejauh ini beberapa Parpol telah membuka penjaringan calon kepala daerah di enam kabupaten/kota yang akan menggelar Pilkada, yakni Minahasa, Minahasa Tenggara, Bolmong Utara, Kotamobagu, Talaud, dan Sitaro. Dari keenam daerah dimaksud, hanya Mitra yang berpeluang dimenangkan. Bisa jadi dengan Sitaro!

Pilkada 2018 mendatang dianjurkan untuk jeli dan cerdas membentuk poros koalisi. Karena jika tidak, dipastikan kekalahan pada beberapa waktu lalu di masing - masing daerah bisa saja terulang.

Politik memang sesuatu yang sangat dinamis. Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Menang bahkan kalah sekalipun bisa dan mungkin berpotensi. Oleh karena itu, soal politik, cepat menyimpulkan kemenangan ialah sebuah kekeliruan besar. Sikap ikhtiar itu perlu, biar terus dilakukan langkah konsolidasi hingga mengakar pada konstituen.

Konteks PDI- P di Sulut misalnya, pengambil kebijakan tidak terlalu bijak untuk memutuskan. Bahkan, di Sangihe misalnya. Problemnya sangat kompleks. Selain, calon usungan di luar PDI-P, Yabes saat itu sangat dekat dengan konstituen, juga dirinya memiliki basis rill. Kesalahannya PDI- P tidak memperhatikan hal itu. Yang di mana, ia pernah menjadi kader andalan PDI-P. Namun begitulah sejatinya politik praktis. Berkawan dan berlawanan tiada yang abadi. Keabadian hanya bisa dan mungkin saja terjadi, jika ada kepentingan yang sama.

Soalnya, PDI-P pada saat itu tidak memperhitungkan hal-hal tersebut. Yakni, figur Yabes menjadi incaran Parpol. Golkar cs sangat beruntung. Karena pasca diusung, kemenangan kursi eksekutif di daerah tersebut berhasil direbut.

Fenomena Pilkada di Minahasa bisa saja terjadi bahwa di luar PDI- P yang bakalan memenangkan kontestasi tersebut. Baru - baru ini figur IvanSa yang dulunya pernah diusung mendampingi JWS oleh partai berlambang moncong putih ini,  untuk Pilkada 2017 mendatang akan putar haluan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun