Mohon tunggu...
yulianto liestiono
yulianto liestiono Mohon Tunggu... Freelancer - perupa

Lahir di Magelang. Pendidikan terakhir ISI (Institut Seni Indonesia )Jogjakarta. Tinggal di Depok

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Daulat" Aisul

9 April 2019   12:05 Diperbarui: 9 April 2019   12:16 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aisul Yanto | dokpri

Pertama kita kembali diuji untuk dapat melihat seni sebagai sebuah karya seni  murni. Artinya kita melihat karya hanya dari berbagai sudut pandang seni. Misal apa yang disebut artistik, apakah artistik itu dapat dihasilkan hanya dengan tinta diatas kertas?  Apakah artistik dalam bentuk sketsaseperti ini mempunyai nilai yang sama dengan  lukisan besar dari acrylic atau instalasi yang absurd? Dan persoalan lainnya.

Kedua kita dapat melihat karya sketsa yang terasa lebih "jujur, jernih dan mulia" dalam mengekspresikan  pikiran dan parasaan senimannya, dibanding karya lukis . Selain itu sketsa juga dapat digunakan untuk menilai sejauh mana kemampuan teknis pelukisnya. Karena untuk membuat sketsa yang baik diperlukan latihan yang rutin, konsisten dan tentu saja  kesungguhan niat.  Mereka yang mampu membuat sketsa yang baik, saya yakin telah melalui proses seperti itu. Beberapa teman di Jakarta yang mampu membuat sketsa yang baik diantaranya adalah Hardi, Odjie Lirungan , Jerry Tung, Firman Lie, Hanafi, Yoes Rizal, Ipong PS

Ketiga sketsa bisa jadi sebuah karya yang pantas untuk terus dikembangkan sendiri, terpisah dari lukisan umumnya. Karena membiasakan seniman tetap melakukan sketsa akan dapat meningkatkan kwalitas lukisannya, karena sketsa adalah sebuah fondasi yang sangat penting bagi perupa. Jadi melalui pameran sketsa Aisul ini masyarakat seni rupa khususnya Jakarta dapat mulai memikirkannya, barangkali bisa diadakan bienal sketsa, lomba sketsa dan lainnya. Dengan berbagai perhelatan sketsa dan memberikan penghargaan terhadap sketsa yang baik, maka akan mendorong seniman untuk dapat memperbaiki kwalitas karyanya.

Daulat Pameran sketsa Aisul pantas dicatat sebagai sebuah usaha yang baik, yang menyadarkan kita akan pentingnya kwalitas ketrampilan teknis bagi seorang perupa. Pameran ini juga berhasil memberi ruang dan kesempatan untuk kembali berpikir dan rasa yang berbeda dibandingkan pameran yang hanya menambah jumlah tapi lemah dalam kwalitas.

Pameran sketsa Aisul,  bagi saya pribadi tidak hanya mengingatkan akan proses belajar di ASRI namun menyadarkan saya bahwa sesungguhnya seniman yang baik tetap harus fokus khususnya  pada persoalan seni itu sendiri. Karena karya dengan ide yang baik tidak akan terkomunikasikan dengan baik jika  ditampilkan dengan teknis yang seadanya dan lemah. Sebaliknya  tampilan karya yang dihasilkan dengan ketrampilan tinggi paling tidak tetap akan membahagiakan pemirsanya walau hanya berupa beberapa garis atau komposisi , karena tampilannya yang artistik.

Sebuah keindahan yang ditampilkan apapun bentuknya  adalah sesuatu yang berarti dan bernilai bagi pemirsanya. Kita dapat melihat dan menikmatinyanya dalam karya sketsa Aisul di Balai Budaya Jakarta. Aisul yang "berdaulat" berhasil menciptakan keindahan dalam wajah  dan tampilan  yang paling sederhana.

Yulianto Liestiono, analis seni rupa

Depok 07042019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun