Perbedaan lain dari hasil survei LSI Denny JA, adalah tidak terbukanya siapa partner kerjasama survei, ataupun pihak yang membantu penyelenggaraan riset yang kerap kali dilakukan lembaga tersebut secara rutin. Publik mafhum, bila biaya penelitian berbasis survei tatap muka, membutuhkan biaya tidak sedikit.
Opini dibalik Survei
Hal terpenting dari hasil survei adalah terbentuknya opini publik. Kepentingan pembentukan opini publik adalah bagian dari kerangka membangun resonansi publik. Membuat publik sebagaimana khalayak audiens yang terpapar informasi sesuai dengan kepentingan survei tersebut. Survei menjadi instrumen persuasi publik.Â
Membaca hasil riset PolMark seolah memberi angin bagi oposisi, meski perlu kerja lebih terstruktur dan sistematik di putaran akhir. Sedangkan mencermati kesimpulan penelitian LSI Denny JA, seakan menempatkan petahana dalam posisi tidak terkejar oleh situasi apapun. Termasuk memformulasi dukungan kelompok muslim pada petahana.
Dalam tinjauan pribadi, temuan survei PolMark lebih lugas dalam memposisikan situasi elektoral saat ini, dibandingkan dengan apa yang didapat melalui riset LSI Denny JA dikarenakan nilai absolutnya bagi kemenangan petahana. Survei dalam nominal angka, sekali lagi kerap luput membaca situasi psikologis massa, karena disembunyikan saat diposisikan menjadi responden.
Terlebih, bila kemudian jeli dalam membaca hasil temuan LSI Denny JA, dimana melalui hasil tabulasi penelitian yang dilakukan, sekurangnya konstruksi format pertanyaan dibentuk detail. Semisal pemilih muslim menilai ekonomi, maka ada dalam kondisi baik ataupun buruk, secara bertingkat bahkan dalam hasil responden muslim yang menilai kinerja ekonomi baik, tidak berasosiasi langsung pada Jokowi secara mutlak. Teknik detail seperti itu, bisa dimaksudkan untuk memperoleh fragmentasi secara lebih halus, tetapi rawan pula untuk menstimulasi bias jawaban bagi responden.
Jika hasil PolMark menyatakan petahana dalam posisi rawan, dan terdapat peluang bagi oposisi, maka temuan LSI Denny JA seolah memberikan legitimasi bagi kubu petahana atas dukungan dari kelompok pemilih muslim. Hal itu dapat dikarenakan jika selama ini persepsi publik bertendensi menempatkan petahana berseberangan dengan kelompok muslim.Â
Situasi dan kondisi ini, sekaligus dapat menerangkan opsi kombinasi pasangan calon pendamping Jokowi, yang kemudian menempatkan figur Kiai Ma'ruf Amin sebagai elit pemuka Islam guna menetralisir isu tersebut.
Disaat bersamaan, kesimpulan LSI Denny JA juga diproyeksikan dalam plot framing jika dukungan kepada Prabowo-Sandi disokong oleh kekuatan muslim konservatif, dalam makna peyoratif bisa didekatkan dengan radikal dan anti-toleran.Â
Dibalik semua itu, kontestasi dan kompetisi politik dalam wujud Pilpres yang sebentar lagi, akan semakin menguatkan pertarungan pemenangan opini publik menjelang periode pemilihan. Maka survei adalah alat ukur dari indikator yang tidak bebas dari kepentingan. Jernihlah membacanya!.