Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Strategi Politik ala Piala Dunia

21 Juni 2018   23:49 Diperbarui: 22 Juni 2018   00:10 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bola  itu bundar! Tidak mudah melakukan prediksi dari sebuah pertandingan  sepakbola, hingga peluit akhir dibunyikan. Kita menikmati dan mendapatkan banyak momen dalam drama bernama Piala Dunia.

Perhelatan  permainan bola kaki sejagad ini, memang menyedot banyak perhatian.  Sesungguhnya menarik untuk mendapatkan pembelajaran dari gelaran Piala  Dunia diranah politik, yang akan segera bersusulan sebagai agenda  nasional.

Dalam  sepakbola, fokus tujuan utamanya adalah mencetak gol sebanyak mungkin ke  gawang lawan. Tugas yang tidak mudah. Hal yang serupa dalam politik  adalah berupaya memenangkan sebanyak mungkin kursi kekuasaan baik  ditingkat daerah maupun nasional.

Partai  politik ibarat tim sepakbola. Kolektifitas adalah tulang punggungnya.  Pada olahraga si kulit bundar, keunggulan individual kerapkali tidak banyak membantu, tanpa kesatuan gerak antar bagian didalam tim.

Pesona  dan kelebihan kualitas pemain secara pribadi, hanya akan dapat menjadi  keunggulan bila berpadu dengan kohesifitas organisasi dalam mencapai  tujuan utamanya.

Jadi  ketergantungan terhadap tokoh, apalagi berupaya menempatkan figur  sentral dalam gaya bermain "one man show", sangat mungkin menimbulkan  rasa frustasi. Sebaiknya strategi ini bukan menjadi pilihan utama.


Efektifitas  serangan dalam menghasilkan gol, bisa diset up melalui lini per lini  dengan pendekatan umpan pendek maupun loop operan panjang, atau mengkombinasikan kedua pendekatan tersebut.

Pada  dunia politik pencapaian pemenangan keseluruhan dimulai dari upaya  kemenangan dari level terendah area pemilihan kabupaten/ kota.

Organisasi  kesebelasan, menempatkan para pemain dalam posisi dan tanggungjawab  masing-masing. Termasuk peran pelatih, captain, penjaga gawang, striker  dan bek pertahanan maupun gelandang berkontribusi. Jadi pemahaman akan  peran serta tugas dan tanggungjawab adalah sebuah keharusan, pun didunia  politik.

Uji coba dan  berlatih, bagi klub sepakbola, adalah kawah candradimuka sebelum fase  tanding knock out pada sebuah kompetisi. Jangan banyak berharap  kemenangan tanpa melalui proses tersebut. Demikian pula partai politik,  partai pemula tanpa kemampuan organisatoris kecil kemungkinan bisa  melejit, karena pengalaman dibutuhkan dalam penaklukan medan  pertandingan.

Waspada  counter attack alias serangan balik, kelengahan konsentrasi bertahan  akibat dominasi menyerang, merupakan celah keuntungan bagi pihak lawan.  Diranah politik, citra partai lama dengan track record tertentu yang  tidak baik, bisa menjadi batu sandungan dibanding parpol baru yang relatif clear.

Dititik  lain, kelebihan tim-tim besar adalah pengetahuan serta pengalaman,  sementara bagi tim-tim baru, posisi underdog menempatkan pola bermain  relatif lebih bebas dan tanpa tekanan. Pun bagi parpol besar, perlu  upaya lebih kuat dalam menjalin komitmen kader dan pendukung serta pemilih, dibandingkan dengan partai baru yang relatif menawarkan  kesegaran perspektif.

Di  aspek makro, visi tim harus selaras dengan gaya bermain yang  mengakomodasi kelebihan karakter individual sesuai dengan posisi dan tanggungjawab peran masing-masing. Salah satu yang juga penting didalam  politik adalah menjaga keutuhan visi partai, tidak urung perpecahan partai terjadi sebagai akibat tumpang tindih peran dan ego personal  maupun pengelompokan faksi internal parpol.

Fase  penghujung akhir, pertandingan adalah permainan dengan batas waktu yang  ditentukan. Wasit adalah regulator yang diserahi mandat untuk memutuskan hal-hal pelik. Serupa dengan peran institusi pemilihan  seperti KPU, Bawaslu dan DKPP yang menjadi penjaga keteraturan dalam kontestasi politik secara independen.

Khususnya  kompetisi sepakbola, kita juga mengenal diving -berpura-pura, tackling  -menjegal lawan, serta berbagai strategi yang keras secara fisik hingga  mampu menaikan tensi psikologis permainan. Secara tipikal, praktil black  campaign maupun negative campaign adalah instrumen yang serupa dibidang  politik. 

Para  penonton, adalah pihak yang menjadi objek pemuasan dalam permainan  sepakbola, demikian halnya dengan seluruh populasi dalam konteks   politik, sudah seharusnya mendapat manfaat terbesar dari proses politik  nasional yang terjadi nantinya.

Memastikan  prinsip sportif dan fair play adalah sebuah komitmen dan itikad dalam  sepakbola. Maka nilai-nilai itu pula yang selayaknya ditiru dalam teritori politik, memastikan etika dan moralitas dipergunakan mengatasi  permainan curang dan money politik. Termasuk bertindak legowo saat berada dalam posisi kalah, serta tidak jumawa ketika beroleh kemenangan.  Sekali lagi bola itu bundar! Kali ini bisa berada dititik terbawah,  tapi lain waktu bisa bertukar posisi menjadi yang teratas saat bergulir.

Selamat bertanding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun