Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pameran Seni Rupa Rosita, Spirit dalam Dua Budaya

15 September 2019   01:14 Diperbarui: 18 September 2019   09:18 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tarian Saman dari PPI Perancis di Strasbourg turut memaknai pembukaan pameran tunggal Rosita

Jardin Sauvage, 2019, 38 x 50 cm, coffee and mixed media on canvas
Jardin Sauvage, 2019, 38 x 50 cm, coffee and mixed media on canvas
Berangkat dari spirit budaya Bali inilah Rosita kemudian berdialog dengan budaya Perancis sebagai laku dimana separuh hidupnya ditambatkan di Perancis. 

Misalnya pada karya yang berjudul esprit de la nature (spirit alam), Jardin sauvage (kebun liar), Les Fleur (musim berbunga), me'moire de printemps (kenangan musim semi), La nature et moi (Saya dan alam), dan harmoni de la nature (alam harmoni) sangat terlihat bagaimana unsur alam menjadi pembicaraan penting.

Rosita juga mengusung karya yang berbicara tentang spirit dirinya sebagai orang Bali yakni karya Bayu Pinaruh, dimana ia ingin berbicara pada publik Perancis tentang penyucian diri dengan ilmu pengetahuan. Termasuk juga pada karya Visible & invisible dan Taksu.

Eruption I, 2017, 100 x 100 Cm, oil on canvas
Eruption I, 2017, 100 x 100 Cm, oil on canvas
Sedangkan ketika Gunung Agung di Bali yang meletus tahun 2017 ia jadikan catatan penting dalam seri "eruption". Bagi Rosita Gunung Agung adalah tempat sekaligus symbol spiritual tinggi bagi masyarakat Bali dan juga merupakan tempat dimana Dewa dan Dewi berada. 

Melalui seri karya "eruption" ia mencoba meletakkan penyadaran betapa pentingnya penghormatan terhadap alam. Pada seri karya ini Rosita sekaligus juga menghubungkan dengan kondisi bangsa dimana saat itu memang sedang panas, disamping semangat menyama braya atau gotong royong saling menolong terhadap saudara yang tertimpa musibah.

Setidaknya 4 karya seri eruption ini kehadirannya memiliki korelasi pada karyanya yang berkisah tentang terbakarnya Gereja Katedral Paris pada bulan April 2019 yang lalu. 


Korelasi ini menjadi tambah menarik makanakala Prof. Warsito Atase Pendidikan dan kebudayaan KBRI untuk Perancis yang membuka pameran secara resmi mengatakan bahwa salah satu contoh dialog budaya "un esprit, deux cultures" terlihat pada karya yang berbicara tentang Gunung Agung yang meletus dan Gereja Katedral Paris yang terbakar.

Norte Dame de Paris, 2019, 100 x 50 Cm, oil on canvas
Norte Dame de Paris, 2019, 100 x 50 Cm, oil on canvas
Prof. Warsito menambahkan untuk memahami budaya Indonesia secara khusus atau mengenal Indonesia secara umum, idealnya berkunjung ke Indonesia. 

Namun, ada cara lain yang bisa dilakukan untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat perancis melalui seni budaya dan lukisan, dan Rosita sebagai seniman Indonesia dari Bali telah melakukannya, yaitu melalui sebentuk pameran lukisan.

Tarian Saman dari PPI Perancis di Strasbourg turut memaknai pembukaan pameran tunggal Rosita
Tarian Saman dari PPI Perancis di Strasbourg turut memaknai pembukaan pameran tunggal Rosita
Pameran tunggal Lukisan Rosita yang akan berlangsung selama tiga bulan dari 9 September sampai 9 Desember 2019 ini didukung penuh KBRI Perancis. 

Terlihat pada upacara pembukaannya tarian Puspanjali dari KBRI Perancis turut tampil memaknai, berikut pula tari Pendet dan Saman dari PPI Perancis di Strasbourg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun