Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Saat Zidane Turun Tahta

1 Juni 2018   02:22 Diperbarui: 1 Juni 2018   09:57 2262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal Zinedine Zidane (Zizou), kita semua sepakat, ia adalah seorang pemain hebat, yang mampu bertransformasi menjadi pelatih kelas dunia di Real Madrid. 

Terkini, ia sukses mencatat hat-trick juara Liga Champions bersama Real Madrid di musim 2017/2018. Dari sini saja, kita bisa melihat, betapa hebat kemampuan Zizou, dalam hal meramu taktik dan menyatukan pemain bintang milik El Real. Dengan kemampuan ini, wajar jika kebanyakan Madridista berharap, Zizou mampu awet bertahta di kursi pelatih Real Madrid.

Sayang, harapan itu tinggal harapan. Karena, pada Kamis, (31/5), Zizou memutuskan mundur dari posisi pelatih El Real. Meski tampak mengejutkan, langkah kejutan Zizou ini sebetulnya wajar. Karena, ada faktor penyebab yang mendukungnya.

Pertama, dari sisi personal Zidane sendiri, keputusan ini adalah jalan tengah terbaik. Dari sisi psikis, kita bisa melihat Zizou sudah berada di titik jenuhnya. Ia memang sudah terbiasa, dengan level tekanan tinggi khas Real Madrid. Terbukti, ia mampu memberi 1 gelar liga, dan 3 gelar Eropa hanya dalam waktu 2,5 tahun.

Tapi, sebagai manusia, Zizou tentu akan merasa jenuh saat semuanya tampak begitu mudah didapat. Inilah yang membuatnya memutuskan mundur dari El Real.

Tentu saja keputusan ini diambil Zizou secara cermat, dengan melihat situasi Real saat ini. Pengunduran diri Zizou menjadi hal langka di Real Madrid, klub yang selama ini dikenal gemar memecat pelatihnya.

Uniknya, keputusan Zidane ini mirip dengan keputusan yang hampir diambil Pep Guardiola tahun 2011 silam. Kala itu, tak lama setelah membawa Barcelona juara Liga Champions, Pep mengisyaratkan ingin mencari tantangan baru. Tapi, manajemen Barcelona mampu membuatnya bertahan setahun lebih lama, sebelum akhirnya benar-benar mundur, dan hiatus selama setahun. 

Keputusan ini diambil Pep, untuk dapat "mengisi ulang baterai" nya, sambil beristirahat sejenak, sebelum akhirnya kembali melatih. Maklum, tekanan yang didapatnya selama melatih Barca tergolong tinggi, seperti yang didapat Zidane di Real Madrid. Melihat situasinya, bisa jadi, Zidane akan mengambil keputusan serupa setelah meninggalkan Real Madrid.

Di sisi lain, mundurnya Zizou juga menunjukkan, adanya rasa tak puas di tubuh manajemen Real Madrid, dengan kinerja pelatih asal Prancis ini. Maklum, meski sukses mencatat La Decimotercera, Real gagal total di liga dan Copa del Rey. Padahal, di musim sebelumnya, Real Madrid juara di liga Spanyol dan Eropa. Tentu saja, ini adalah sebuah penurunan yang tak boleh dibiarkan.

Walaupun terkesan serakah, rasa tak puas ini adalah potret ambisi besar Real Madrid di bawah kepemimpinan presiden klub Florentino Perez, yang memang terkenal ambisius. Baginya, treble winner adalah target rutin tiap musim, disamping belanja pemain bintang. Jika treble tak dapat diraih, itu adalah sebuah kegagalan. Tapi, berhubung Zizou sudah memberi 3 gelar Eropa, kali ini Perez merelakan Zizou mundur secara terhormat, bukan dipecat.

Mundurnya Zizou, menjadi penanda akhir sebuah era singkat dengan banyak gelar di Real Madrid. Praktis, Si Putih kini harus bergerilya mencari pelatih baru yang (diharapkan) dapat memenuhi ambisi treble winner Perez, atau bahkan melampaui capaian Zidane di Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun