Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

50 Orang Terserang Virus Menulis

24 Februari 2018   12:21 Diperbarui: 24 Februari 2018   12:43 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesi bincang santai dengan P Adrian Perkasa (dokumentasi pribadi)

Digembleng 5 doktor sejarah. Diarahkan Ibu Direktur Sejarah, Direktorat Kebudayaan  Kemendikbud. Disuport seorang Profesor dengan gelar belakang M.Si alias meh sembarang iso (hampir semua bisa) akhirnya, 50 orang positif terjangkit "Virus Menulis". Tak tanggung-tanggung, virus menular tersebut adalah "Virus Menulis Sejarah" yang konon sangat berbahaya, karena ibu Direktur menyatakan, tulisan sejarah yang bagus biasanya tidak lahir dari tangan dan pikiran orang-orang yang berlatar sejarah. 

Demikian kira-kira kesimpulan saya, setelah mengikuti Bimbingan Teknis Penulisan Sejarah yang dihelat oleh Direktorat Kebudayaan, Kemen dikbud, mulai Senin 19 Peb. S.d Jumat 23 Peb 2018, di Hotel Kartika Graha Malang.

Gejala terjangkitinya virus ini sudah terdeteksi sejak kegiatan pelatihan dimulai. Pertama, antusiasme peserta yang sangat tinggi untuk hadir di acara. Kuota 50 orang terisi, fully booked. Kedua, selama kegiatan pelatihan, dalam setiap kesempatan, peserta sangat responsif terhadap materi narasumber. Termin bertanya tak disia-siakan oleh para peserta untuk memperdalam materi yang telah "dicerna". 

Ini bisa dipahami, lantaran materi yang diberikan adalah materi dasar jurusan sejarah seperti: Pengantar Ilmu Sejarah, Sejarah Lokal, Penulisan Sejarah, Metode Sejarah termasuk Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal, pesertanya bukan berlatar sejarah. Ada guru Fisika,guru agama,  kolumnis, blogger, penggiat seni, dosen, ibu rumah tangga, mahasiswa non sejarah, dan profesi lainnya. Tentunya sesi bertanya jelas untuk mengkonfirmasi dan menggali sisi-sisi tersembuyi ilmu yang baru diajarkan oleh sang mahaguru.

Profesor Joko Saryono sedang memberi motivasi (dokumentasi pribadi)
Profesor Joko Saryono sedang memberi motivasi (dokumentasi pribadi)
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Paling kentara kalau peserta sudah mengalami inkubasi virus menulis adalah munculnya Komunitas Penulis Sejarah Jawa Timur (dalam rancangan) dengan target membuat antologi tulisan yang akan dibukukan dengan target 15 hari ke depan harus kelar. Ya, semacam buat buku keroyokan. Ini tentunya menggembirakan buat Ibu Pejabat Direktur Sejarah serta Ibu Dr. Tri Wahyuning M. Irsam dan Pak Brahmantyo dari UI, Jakarta serta pak Sarkawi, Pak Iksan Rosyid  dan pak Adrian Perkasa dari UNAIR Surabaya selaku narasumber dan pembimbing. Bagaimanapun juga, target dari pelatihan menulis ya pesertanya harus menulis dan menghasilkan karya tulis.

Harapannya sih, para alumni yang sudah terjangkiti virus menulis ini mampu menulis sejarah sesuai kaidah-kaidah menulis sejarah yang benar. Paling tidak, para peserta tidak terjebak pada asumsi-asumsi yang menjurus pada mitos atau legenda pada saat menulis sejarah, demikian ungkap Pak Adrian Perkasa dosen muda energik yang membuat peserta terpesona. Baik karena tampilannya yang gaul, casual dan excited, juga karena materi "kuliah" yang  keren.

Sejarah tentang Manusia

Tak kalah kerennya adalah materi sejarah sajian Dr. Tri Wahyuning, yang mampu membuat peserta terbuka cakrawala berfikirnya akan ranah kajian para sejarawan dan bagaimana menulis proposal sejarah yang baik. Secara pribadi, dari penyajian penulis Disertasi "Dibawah Bayang-Bayang Jakarta, Kota Depok,' ini saya mendapatkan gambaran mana studi arkeologi dan mana studi sejarah. Kalau boleh saya simpulkan, Arkeologi pasti Sejarah. Tapi, Sejarah tidak mesti Arkeologi. Ini karena di ranah sejarah ada bahasan tentang manusia, kejadian, dan kronologi.

Bu Tri juga mengulas dengan runtut teknis menyusun kajian sejarah mulai dari menentukan tema,  menulis latar belakang yang baik, tujuan penulisan, rumusan masalah, ruang lingkup sampai metode sejarah dan sistematika penulisan. 

Tak ketinggalan pula bagaimana menentukan judul yang "eye catching".  Kesalahan pertama para penulis sejarah (lantaran tidak pernah belajar sejarah) adalah membuat judul yang tidak "melibatkan peran manusia" dan tidak mencantumkan kronologi (waktu). 

Padahal, dua hal tersebut mutlak dalam penulisan sejarah. Sebagai contoh: Napak Tilas Nagara Krtagama di Pasuruan, lebih cenderung ke bahasan arkeologi. Kalau penulisan sejarah judul yang standar misalnya: Peranan Etnis Cina dalam Perkonomian di Pasuruan Tahun 1700 -- 1900.Sama-sama berbau sejarah, tapi saat diincipi rasanya berbeda!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun