Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Perawat

| Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada | Bachelor of Nursing Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Uang dan Kebahagiaan

21 Februari 2020   08:08 Diperbarui: 21 Februari 2020   08:15 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beliau kemudian melanjutkan bahwa di Saudi banyak orang yang memiliki uang, gaji yang tinggi dan tempat kerja yang nyaman tapi tidak semuanya memperoleh kebahagiaan, mereka lupa bahwa kebahagiaan sesungguhnya adalah iman di hati bukan uang.

Di kesempatan itu beliau bercerita tentang nominal gaji yang diterima, pekerjaan hingga bagaimana menjalani kehidupan saat ada dan tiadanya uang.

Saat awal pertemuan saya hanya mengetahui beliau sebagai seorang perawat dan menjadi manajer di salah satu rumah sakit di wilayah Sudair, Riyadh. Sempat sekali diajak oleh beliau untuk melihat tempatnya bekerja pada saat mengantarkan saya untuk melaksanakan umroh,

Namun lagi-lagi beliau mengingatkan saya bahwa uang bukan segala-galanya. Gaji yang didapatkan dari bekerja yang halal adalah yang berkah meskipun terlihat sedikit dimata orang lain.

"Kamu datang kesini dengan niat bekerja dan gajimu adalah berkah, dulu mungkin orang tuamu memberi uang dan sekarang kamu memberi mereka, syukuri itu" ucapnya.

Saya menganggukkan kepala sembari beliau melepaskan kacamata dan melanjutkan diskusi tentang arti pentingnya iman dan kebahagiaan dibandingkan uang.

Dengan penuh kelembutan beliau menerangkan hingga pertemuan berakhir dengan kalimat yang membuat saya mengingat kehidupan dan arti kesyukuran.

"if you need something, you can call or text me, you are my family " ujarnya sembari mengakhiri diskusi penuh makna.

Sahabat, kadang kita mengeluhkan tentang pekerjaan, gaji maupun jabatan tapi sedikit kita yang mengingat sumber dari segala sumber kebahagiaan yaitu dekat dengan Tuhan.

Setiap hari kita mencari rezeki yang sudah Allah tetapkan, namun kita seakan lupa bahwa surga juga butuh pendekatan sehingga malas ibadah menjadi masalah terbesar dan sering terlupa. Itulah kita, pelupa dan kadang berlebihan.

Saya berfikir mengapa dakwah dan saling mengingatkan adalah inti dari mengajak orang lain menaati perintah Nya, karena dalam dakwah ada hikmah untuk saling menyadari akan eksistensi kita sebagai manusia juga hamba Tuhan.

Oleh karena itu, penting jika kita sama-sama saling mengingatkan dan belajar dari proses kehidupan yang kita jalani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun