Mohon tunggu...
WON Ningrum
WON Ningrum Mohon Tunggu... Konsultan - Peace of mind, peace of heart...

Hello, welcome to my blog!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karena Setiap Anak adalah Spesial

20 November 2019   07:30 Diperbarui: 20 November 2019   07:33 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto: freepik.com

Tuhan mengisyaratkan bahwa setiap anak yang terlahir adalah dalam keadaan fitrah (suci). Tapi memang tidak dapat dipungkiri juga bahwa selain faktor genetik dan nutrisi, lingkunganlah, seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat yang lebih banyak berperan dalam pembentukan kecerdasan dan karakter anak.

Kita percaya bahwa Tuhan telah menciptakan setiap makhluk-Nya dalam keadaan sempurna dan proporsional. Jadi sebenarnya adanya istilah "anak pintar", "anak cerdas", "anak bodoh", atau istilah "anak idiot" adalah hanya pelabelan yang kita berikan kepada anak-anak kita. Bahkan anak yang terlahir cacat sekali pun, di mata Tuhan, adalah manusia yang sempurna karena Dia Maha Pencipta dan Dia Maha Tahu tujuan dari setiap penciptaan-Nya. Mungkin dengan kecacatannya itu sang anak akan menjadi seorang yang lebih taat beribadah kepada Tuhannya atau menjadi hamba-Nya yang lebih bersyukur dan bersabar dalam hidup ini?

Jadi perlu dipahami dan ditanamkan bahwa setiap anak yang terlahir di dunia ini adalah spesial. Setiap anak adalah istimewa. Setiap anak adalah unik. Bahkan setiap anak adalah jenius, dalam cara-cara yang berbeda.

Siapa yang menyangka bahwa seorang anak yang bernama Fajar Abdulrokhimwahyudiono yang ketika pada usia 1 tahun diketahui menderita kelumpuhan otak (cerebral palsy), ternyata sudah mampu menghapalkan 30 juz Al-Quran saat berusia 4,5 tahun, padahal sebelum usia 7 tahun Fajar belum bisa membaca, apalagi ia sulit mencerna huruf-huruf Hijaiyah (30 huruf Arab).

Di sinilah kebesaran Tuhan ditunjukkan kepada kita. Ternyata Fajar sudah terbiasa mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Quran sejak baru dilahirkan bahkan semasa masih dalam kandungan Ibunya. Fajar adalah seorang anak yang masuk dalam jajaran anak-anak penghapal Al-Quran termuda di dunia!

Contoh  lain masa kini, di negeri Barat sana, kita mungkin pernah mendengar seorang entrepreneur yang bernama Steve Jobs (1955 - 2011). Menurut seorang ahli biografi, ternyata di masa kecil dan remajanya Steve Jobs tidak memiliki tingkat kejeniusan yang dapat dikatakan luar biasa menurut 'kacamata' masyarakat kita saat ini; ia hanya dikategorikan memiliki kepintaran rata-rata. Ia bahkan pernah drop out dari sekolahnya.

Namun ia memiliki dan memanfaatkan kepintaran intrapersonalnya, hingga sanggup melambungkan namanya di jagat teknologi. Ia adalah tokoh yang "akhirnya" disebut sebagai seorang jenius! Ia adalah tokoh karismatik, CEO dan pendiri Apple Inc. Dengan berbagai produk visionarisnya, ia membawa peradaban teknologi komputer dan perangkat gadget menjadi suatu kemajuan terbesar di abad ini.

Dari gambaran di atas, selayaknya orangtua dan juga tenaga pendidik/guru harus lebih peka mengenali potensi atau bakat yang dimiliki anak sejak dini. Ukuran kecerdasan seseorang tidak lagi bergantung pada seberapa tinggi nilai IQ-nya karena yang kita tahu, IQ hanya menyumbangkan salah satu faktor saja bagi seseorang untuk bisa berhasil dalam hidup.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mampukah dan bersediakah setiap orangtua dan pendidik yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan mencoba untuk mengubah pola pengajaran "tradisional" yang selama ini hanya menekankan pada kemampuan logika/ matematika dan pada aspek bahasa pada anak didik?

Nah, jika kita melihat konsep yang disebut "Multiple Intelligence" (Kecerdasan Ganda), maka setiap orantua/tenaga pendidik dapat terbantu untuk mengetahui kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak serta siap untuk mengembangkannya hingga mencapai potensi-potensi tertingginya. "Sesungguhnya tidak ada individu yang bodoh atau pintar. Yang ada individu yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan" (Howard Gardner).

Multiple Intelligence yang mencakup sembilan kecerdasan, yakni: kecerdasan verbal/linguistik, logika-matematika, visual-spasial, kinestetik/gerak tubuh, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan eksistensial/intuisi, pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), serta kecerdasan spiritual (SQ).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun