Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Saat UAS dan Emak-emak yang Ikut Senewen

4 Desember 2017   21:52 Diperbarui: 5 Desember 2017   09:09 2300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lebih bangga saat ia mampu menjual habis donat seharga dua ribuan saat "Enterpreneur Kids". Saya pun akan bahagia jika guru di sekolahnya bercerita jika anak saya telah melakukan kebaikan dengan membantu temannya merapikan meja dan buku.

Mungkin kalau saya bilang bahwa saya tak semata melihat nilai di buku rapot pada kawan saya tadi, bisa jadi saya malah dicap berlagak seperti "orang bener" saja. Bener-bener rada-rada gimana gitu.

Dicap "rada gimana" memang sudah biasa saya terima, khususnya tentang pendidikan anak. Sudah banyak orang yang heran ketika sekolahan anak saya tidak mewajibkan pakai seragam dan malah sering berbecek ria dengan sepatu boot. Banyak pula yang bertanya kenapa anak saya tidak punya buku LKS (lembar kerja siswa) atau semacam buku paket. Tapi ah, biarlah, kalau mau serius bertanya detail baru saya layani.

---

Pukul sembilan malam, dan saya sayup-sayup masih bisa mendengar emak-emak tetangga sedang meninggikan suaranya saat mengajari anaknya menghadapi UAS. Saking tingginya sampai suaranya tembus ke dinding rumah kami.

"Gimana sih?! Ini coba diulang, lima ditambah enam berapa coba itung! Trus yang ini...."


Entah sampai jam berapa dan sudah berapa lama ketegangan itu berlangsung. Saya hanya bisa mencoba paham memahami jika si emak itu sangat khawatir jika si anak tidak bisa mengerjakan soal saat ujian, dan tentunya nilainya akan jeblok. Di satu sisi saya mencoba paham sebagai anak, karena saya dulu sudah kenyang berkutat dengan "tes cawu" hingga "EBTA" dan "EBTANAS". Rasanya sebagai anak pasti ingin segera tidur dan melupakan segala pelajaran yang menyusahkan.

Ternyata zaman berganti, istilah berganti, tak serta merta menghapus ketegangan saat orang tua menghadapi masa-masa ketika anaknya memasuki musim ujian. Mau zaman old atau zaman now, tak mengubah realita ketika di malam hari saat esok hari ujian, ternyata masih banyak emak-emak (dan kaum bapak) yang senewen dibuatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun