Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Sunyi

19 Januari 2017   13:31 Diperbarui: 19 Januari 2017   13:40 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Soorelis Pixabay

Isyarat cinta, demikian rapat kau sembunyikan, entah karena apa. Serupa dengan hatiku, yang tak menampakkan suasana hati, meski bergemuruh di dalamnya. Begitu fasihnya aku menjadi pengamat sejatimu, menjadikanku memiliki sensifitas tinggi tentang perubahan hatimu, meski kau tak perlu bercerita. Aku tahu semuanya.

Fui, semakin gila rasanya, jika selalu memikirkan tentangmu, dan tak akan pernah usai. Selalu berdentang, meski mencoba berpikir flat. You're make me insane. Bahkan kegilaan macam apapun yang kulakukan, itu untukmu.

Soal perasaan apa yang ada padamu, aku tak bisa menebaknya. Diammu dalam keheningan hati, memberikanku isyarat, bahwa dirimu memendam rasa yang ada dalam hatimu. Kau tak berani mengungkapkannya, meski aku selalu menunggu kata darimu. Tapi, aku bisa merasakan getarannya. Bagai sebuah radar, ia bergetar dan menyala selalu. Entahlah. Aku hanya bisa mereka-reka, dan tak berani memastikannya. Aku jatuh cinta padamu tak hanya sekali, mungkin berkali-kali.

***

14 Januari, kotak terbungkus rapi, aku telah merencanakannya. Ini untukmu. Hari ini adalah hari ulang tahunmu. Saat yang tepat untuk bisa dekat denganmu. “Aku harus mengungkapkannya. Aku tahu, kau telah menungguku,” seru hatiku. Sebenarnya tak sampai hati, jika aku mengungkapkanya terlebih dulu. Tapi sinyal ini demikian menggemuruh, mengalahkan segala nalarku. Benar sekali, you're make me insane!

Padahal jika hatiku lagi baik, aku sadar, bahwa mengagumimu adalah suatu hal yang membuatku aneh. Sering bercermin, mematut wajah serta tersenyum sendirian. “Hei, kapankah kita bertemu, aku merindukanmu, bisakah kita bertemu secepatnya?” Lalu aku tersenyum terbahak-bahak melihat keanehanku. Ah, entahlah!

***

 Entah sihir apa, seperti ada yang menuntunku, aku bergegas datang ke tempat ini. Darahku berdesir, seketika dadaku berdetak cepat. Pemandangan di depan mataku, membuatku berbinar seketika. Kau ada di depan mataku!

“Seto?”

“Ratri? Mengapa di sini?”

“Eee… anu, aku, e, aku sedang mencari sesuatu yang hangat. Mungkin secangkir coklat yang hangat,” Duh, begitu gugupnya diriku, saat menjawab pertanyaanmu barusan. Sungguh, aku tak menyangkanya, kau akan bertanya seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun