Cinta pertama, ya? Aduh, jika ngomongin tentang cinta pertama, berasa gimanaaa... gitu. Hem, cinta pertama itu, manis bagai coklat. Renyah bagai kripik jagung. Indah bak di taman bunga. Wangi, semerbak harum. Eit... tapi kadang pahit saat ada cemburu. Ya, cemburu itu sedih. Saat tahu, orang yang di cintai dekat dengan orang lain. Apalagi orang itu lebih cakep, lebih pintar dan lebih segalanya.Â
Cinta pertama, tentu saja awalnya ketertarikan secara fisik. Pada pandangan pertama, kecantikan atau ketampanan yang menawan hati. Selanjutnya kebaikan, lalu fokus utama yang ada dalam pikiran, adalah dia. Dan anehnya, dia ada di mana-mana. Di buku pelajaran, ada dia. Di kamar saat sendirian, ada dia. Saat sedang makan, ada dia. Saat belajar, ada dia. Pokoknya, dia merajai pikiran, deh. Hehehe....
Biasanya, cinta pertama, ada saat masih remaja. SMA, umur 17 tahun misalnya. Tiba-tiba ada perasaan aneh yang tak biasa. Ingin selalu dekat dengan dia yang di jatuh cintai pertama kali. Tiba-tiba pula jadi kepo tentang segala tentang dia. Banyak mencari informasi tentang dia. Lalu saat tahu, eh, mendekati dia sebanyak mungkin. Namanya juga jatuh cinta.Â
Terus, saat tahu tidak bertepuk sebelah tangan, bahagianya melebihi saat mendapatkan nilai seratus mata pelajaran matematika. (Hehehe.... kalau yang ini sih lebay...). Maksudnya, bahagia banget begitu...
Lalu jadian. Eh, jadian itu yang kayak apa sih? Jadian itu, semacam pernyataan, bahwa dua hati yang jatuh cinta tadi, jalan bareng. Lebih dari sekedar teman biasa, karena ada unsur saling suka dan ketertarikan. Tidak serius banget sih, tidak lantas berpikiran untuk menikah, mengarungi bahtera rumah tangga dan punya anak.Â
Namanya juga remaja. Bisa dekat dengan orang yang dijatuh cintai saja, sudah merasa senang. Berasa dunia milik berdua. Yang lain, nggak kelihatan. Mungkin baru bersembunyi. Hehehe...
Namanya cinta pertama, masih remaja. Rasa suka dan ngambeknya fifty-fifty. Kadang senang banget. Kadang ngambek dan nggak mau bertemu. Tetapi jika tidak bertemu, jadi rindu. Lalu baikan lagi. Jalan bareng lagi. Hahaha...Â
Tetapi, namanya remaja dan masih sekolah, tetap harus memikirkan sekolah. Belajar lebih utama. Apalagi saat harus menjalani ujian akhir sekolah. Kalau berpikiran tentang dia terus, kapan belajarnya? Kalau nilai turun gara-gara cinta kan dimarahi orang tua.Â
Lalu, saat lulus sekolah SMA, meneruskan kuliah. Ternyata, tidak satu sekolah lagi. Beda tempat beda kampus. Jika awalnya masih bisa komitmen tetap saling suka, tetapi karena jauh, jadinya galau. Ragu-ragu tentang kepastian cinta. Putus deh.. Patah hati? Ya iya lah.Â
Patah hati itu tidak nyaman. Ingin marah, pada siapa. Ingin teriak, malu dong. Paling banter juga jadi kurus. Hehehe... atau bahkan jadi gemuk karena banyakan makan es krim buat ngilangin galau.Â
Tapi, jangan sedih. Perasaan tidak nyaman karena patah hati, akan hilang seiring waktu. Berangsur-angsur lupa dengan kegiatan-kegiatan yang menggunung. Fokus pada belajar, fokus pada teman lainnya. Banyak bergaul dan berteman. Tidak menutup hati dan tidak trauma untuk jatuh cinta lagi.Â