Mohon tunggu...
Wahyu Triono KS
Wahyu Triono KS Mohon Tunggu... Dosen - Peofesional

Founder LEADER Indonesia, Chief Executive Officer Cinta Indonesia Assosiate (CIA) Dirut CINTA Indonesia (Central Informasi Networking Transformasi dan Aspirasi Indonesia). Kolumnis, Menulis Buku 9 Alasan Memilih SBY, SBY Sekarang! Satrio Piningit Di Negeri Tuyul, JK-WIRANTO Pilihan TERHORMAT, Prabowo Subianto Sang Pemimpin Sejati, Buku Kumpulan Puisi Ibu Pertiwi dan menjadi Editor Buku: Jaminan Sosial Solusi Bangsa Indonesia Berdikari (Penulis Dr. Emir Soendoro, SpOT), Buku Reformasi Jaminan Sosial Di Indonesia, Transformasi BPJS: “Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan”, Buku Mutu Pekerja Sosial Di Era Otonomi Daerah, Buku Dinamika Penye-lenggaraan Jaminan Sosial Di Era SJSN, Buku Kebijakan Publik (Teori Analisis, Implementasi dan Evaluasi Kebijakan (Penulis Dr. Chazali H. Situmorang, Apt, M.Sc). Buku BPJS Jalan Panjang Mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (Penulis dr. Ahmad Nizar Shihab, Sp.An). Buku Kembali Ke UUD 1945 (Penulis Dr. Emir Soendoro, SpOT), Buku KNPI & Pemuda Harapan Bangsa (Penulis Robi Anugrah Marpaung, SH. MH). Menjadi Ketua Umum HMI Cabang Medan 1998-1999, Ketua PB HMI 2002-2004, Koordinator MPK PB HMI 2004-206 dan Wakil Sekretaris Jenderal DPP KNPI 2008-2011.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pemimpin Bermartabat

27 Januari 2019   15:07 Diperbarui: 27 Januari 2019   15:14 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering sekali, hal-hal semacam ini tidak bisa dipoles oleh persona citra, dan aura seting dari belakang panggung. Bagi para calon pemimpin yang selama ini elitis, berjarak dan kurang mampu memberi apresiasi dan bahkan cenderung kurang menghormati harkat dan martabat kemanusiaan orang-orang yang dianggap memiliki stratifikasi sosial di bawahnya akan gagal berinteraksi dan berkonsolidasi untuk meraih simpati dan dukungan.

Esensi Kepemimpinan

Hal lain yang esensial dari kepemimpinan yang musti menjadi pegangan bagi para calon pemimpin adalah soal keteladanan. Nurcholish Madjid (2012) pernah menggambarkan sosok Bung Hatta sebagai salah satu pemimpin yang dapat diteladani. Katanya Hatta lebih menekankan kesalehan esensial dari pada kesalehan simbolik-formal. Hatta menangkap ajaran agama sebagai "garam" bukan "gincu".

Garam yang larut dalam air memberikan rasa asin namun tidak nampak nyata. Kesalehan esensial larut sempurna dalam jiwa raga seseorang, mungkin juga sukmanya, dan langsung membentuk kepribadian yang diliputi fitrah kemanusiaan.

Sebaliknya "gincu" memberi warna menarik pada air, namun tidak ada hakikat cita rasanya. Kesalehan formal mewarnai perilaku lahiriah dan ucapan seseorang. Kendati demikian, hal itu tidak menembus kalbu dalam rongga dadanya dan tidak secara sejati membentuk budi pekertinya.

Kini masyarakat pemilih yang semakin cerdas karena pendidikan dan iteraksi yang intens dengan dunia luar. Sebagai konsekuensi logis dari kecerdasan-kecerdasan itu maka masyarakat pemilih tidak lagi terpukau dengan gincu tetapi pada garam yang merupakan esensi dari kepemimpinan.

Kepemimpinan dengan nilai-nilai esensial yang terlihat dari perilaku seorang pemimpin melalui penghormatannya pada harkat dan martabat kemanusiaan, apresiasinya pada orang lain serta keteladanannya bagi orang-orang terdekat dan melatih diri menjadi pemimpin yang esensial yang tidak terjebak pada gincu, gemerlap lampu dan sorot kamera serta publikasi berita semata. 

Tetapi pada garam kepemimpinan yang esensial seperti ini adalah pemimpin yang dapat kita pilih karena akan mampu menjawab apa yang menjadi harapan dan kebutuhan masyarakat.

Latihan kepemimpinan bagi para calon pemimpin semacam ini akan melahirkan pemimpin yang memupuk tradisi penyelesaian konflik lewat kekuatan wacana (discursif handling of confiks). 

Pelaziman penyelesaian masalah lewat urun rembuk (sharing), tawar-menawar (bargaining), dan kemenangan bersama (win-win solution), penguatan ketaatan pada aturan main, kerelaan menerima situasi menang dan kalah secara bersahaja dan kejujuran melakukan pertanggungjawaban publik, serta pengasahan ketajaman daya baca (egulfing the power of analysis), dan daya jawab terhadap situasi krisis (the power of responsivenness).

Yang berorientasi pada penyelesaian masalah (the problem solving oriented), bukan memperumit persoalan, disertai kebenaran gagasan dan kecakapan adaptif terhadap perkembangan yang terus berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun