Mohon tunggu...
Ade Firman Fathony
Ade Firman Fathony Mohon Tunggu... -

Seorang rakyat melata yang kalo lagi kurang kerjaan kadang nongkrong di http://vatonie.wordpress.com/, ngopi di http://blogperadilan.blogspot.com/, atau tenguk2 di http://kompasiana.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jathilan Adalah Kesenian Terjelek Sedunia!

10 September 2012   02:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:41 8390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13472449351479347274

Ibunda saya tercinta, sangat menyukai kesenian Jarang Kepang (dikenal juga dengan nama Jathilan). Masih jelas dalam ingatan saya saat beliau mbela-mbelain berangkat ke Alun-alun Utara Yogyakarta di siang terik yang panas, hanya untuk menyaksikan pertunjukan Jathilan (biasanya ada berbarengan dengan acara sekaten, satu tahun sekali). Bahkan nasehat dari bapak saya, dan kami anak-anaknya agar beliau tidak berangkat, mengingat kondisi beliau di suasana siang yang terik, belum lagi padatnya keramaian sekaten, tidak selangkah pun mengurungkan niat beliau melihat kesenian Jathilan. Beliau berkata: "Nang (begitu beliau memanggil kami, anak-anak-nya), Jathilan itu salah satu kesenian asli Jawa, adat istiadat warisan nenek moyang kita. Kalau bukan kita yang melestarikan, terus siapa lagi? Minimal, dengan cara melihat dan menonton. Lha wong orang2 londo & jepang aja sampe kesini untuk belajar jathilan n dipentaskan disana, mosok kita yang cuma tinggal berangkat selemparan ketapel buat nonton ndak mau? Malu!" Biasanya, ucapan beliau diikuti dengan kalimat: "Ayo nang, antar ibu berangkat!". Saya (dahulu) hanya menepuk jidat, lalu berangkat mengantar beliau sambil bersungut2. Kini, masa itu sudah berlalu 15 tahun. Saya pergi merantau jauh ke seberang laut untuk bekerja, dan saya baru sadar apa makna dari kata2 beliau itu. Saya sekarang malah justru sangat bangga dengan identitas "jawa" dan "ndeso" yang saya miliki. Saya tidak malu untuk berkata: "Maaf pak/bu, saya asli Yogya, orang desa, senang wayang dan jathilan". :D Tapi....tadi pagi...dada saya sesak.... :( ""Kesenian jaran kepang (jathilan) adalah kesenian yang paling jelek sedunia", demikian salah satu isi sambutan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, dalam acara The 14th Merapi and Borobudur Senior's Amateur Golf Tournament Competing The Hamengku Buwono X Cup di Borobudur International Golf and Country Club Kota Magelang, Minggu (9/9/2012) malam. Seperti belum cukup, sambutan itu masih ditambahi dengan kalimat yang sangat elegan: "Memalukan, wali kota Magelang menampilkan kesenian itu untuk acara seperti ini". Demikian berita yang pagi ini saya baca di tribunnews (http://www.tribunnews.com/2012/09/10/gubernur-jateng-jatilan-kesenian-terjelek-sedunia) yang langsung mengguncang semesta alam sadar saya. Saya tidak tahu seperti apa perasaan para pelaku kesenian Jathilan yang tampil, walikota Magelang, plus panitia dan para tamu undangan yang hadir disana. Saya tidak bisa berkomentar apa2, dada ini bergejolak, rasanya pengen mem-persona non grata-kan pak Bibit dari bumi Indonesia. Hati saya terluka, karena tajamnya lidah pak Bibit. Dan untunglah, ibu saya tidak familiar dengan internet (dan bisa dibilang tidak pernah nge-net), sehingga saya yakin beliau tidak tahu berita ini. Saya hanya tidak bisa membayangkan betapa beliau akan sedih, ketika kesenian yang beliau cintai, dicap sebagai kesenian terjelek sedunia. Akhirnya, saya bisa memahami, kenapa banyak kesenian daerah warisan leluhur kita banyak yang diklaim oleh bangsa lain. Sejelek apapun itu, seni adalah karya yang patut dihargai, apalagi ini adalah kesenian hasil adat istiadat dan budaya masyarakat setempat. Ketika berbondong-bondong orang londo datang ke Indonesia belajar Jathilan, Wayang, Tari, dan banyak kesenian asli daerah kita, karena menurut mereka itu sangat-sangat indah dan merupakan masterpiece kebudayaan, ternyata kita malah mencampakkan identitas itu ke kotak sampah. Ketika banyak negara2 maju berusaha setengah mati mengurus hak cipta seni kebudayaan asli daerah mereka, ternyata kita malah menginjak-injak karya seni budaya asli kita, dan memasukkannya ke lubang hina yang paling dalam....dan mirisnya.....itu dilakukan dihadapan warga negara lain. Semoga, apa yang Bibit lakukan bukanlah representasi dari pola pikir dan cara pandang para pejabat strategis pemerintahan Indonesia tentang kesenian daerah. Satu pertanyaan saya kepada Yth. Bibit Waluyo: Selera kita kah yang salah? Atau justru mereka, orang2 londo itu yang ndeso? Pak Bibit, mohon jawab pertanyaan saya! Update: Berita yang sama barusan saya dapatkan di portal kompas; http://regional.kompas.com/read/2012/09/09/20033366/Gubernur.Jateng.Nilai.Kesenian.Jaran.Kepang.Jelek

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun