Mohon tunggu...
Vania Adisty
Vania Adisty Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Mencari Toleransi Dalam Kendaraan Umum

9 September 2015   23:54 Diperbarui: 9 September 2015   23:54 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2015 ini semakin banyak warga Jakarta yang menggunakan jasa kendaraan umum yang sibuk berlalu-lalang di ibukota negara Indonesia setiap harinya. Diprediksikan sekitar 1.010.000 orang pergi dan pulang menggunakan armada kendaraan umum yang tersedia di Jakarta, seperti bus Transjakarta dan kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek.

Tak terkecuali bagi para lansia, penyandang cacat, dan ibu hamil. Karena kemudahan kendaraan umum, orang-orang yang berada di ketiga kategori tersebut juga menggunakan bus yang khusus beroperasi di Jakarta, yaitu bus Transjakarta. Namun sayangnya, masih sulit bagi mereka untuk menemukan kenyamanan dalam bus berkapasitas besar tersebut. Hal ini terutama disebabkan oleh kurangnya rasa toleransi dari sesama penumpang.

Beberapa minggu yang lalu ketika masih menikmati liburan kelulusan sekolah, penulis pergi ke pusat kota Jakarta dengan menggunakan jasa bus Transjakarta dari halte Pulogadung menuju halte Harmoni. Ketika bus berhenti di halte RS Islam di jalan Letjen. Soeprapto, Jakarta Pusat, naiklah seorang wanita yang mungkin berumur 60 tahunan diantara ramainya para penumpang yang ikut naik dari halte tersebut. Nenek tersebut tidak menemukan tempat duduk kosong di ruang khusus wanita. Sementara orang-orang muda yang sudah asyik di tempat duduk mereka malah ada yang langsung memejamkan mata ketika matanya bertatapan dengan sosok nenek tersebut. Ada pula yang memalingkan wajah ke arah lain.

Sungguh miris melihat pemandangan tersebut. Seorang nenek yang seharusnya mendapatkan kenyamanan ketika menumpang kendaraan umum malah 'ditolak' oleh orang-orang muda yang berada di sekitarnya. Kemanakah rasa toleransi generasi muda negara Indonesia? Apakah sudah pergi? Apakah sudah lenyap?

Adalagi cerita sepupu penulis yang ketika masih kuliah sepuluh tahun yang lalu ketika menggunakan sarana transportasi yang sama, yaitu bus Transjakarta. Sepupu penulis melihat ada seorang ibu yang hamil besar menumpang bus tersebut. Namun lagi-lagi tak seorang pun rela memberikan tempat duduknya untuk ibu hamil itu. Sepupu penulis berkata pada ibu hamil itu untuk menunggu sebentar lagi karena sepupu penulis akan turun di halte terdekat, yaitu halte Sudirman. Ibu hamil itu mengiyakan. Tak disangka ketika sepupu penulis berdiri, seorang anak muda lain menyerobot ibu hamil tersebut dan langsung duduk sambil terkikik. Kejamnya! Untunglah ibu hamil itu maklum dan berkata bahwa ia masih bisa tahan untuk berdiri.

Astaga. Seperti inikah generasi muda Indonesia? Tidak memiliki rasa toleransi? Sungguh miris melihat mereka tidak mendahulukan kepentingan lansia, ibu hamil, dan penyandang cacat di kendaraan umum. Seolah-olah hal yang mereka pikirkan hanya kepentingan pribadi. Padahal sudah jelas tertera di kaca bus Transjakarta untuk memberikan tempat duduk untuk para lansia, ibu hamil, dan penyandang cacat.

Penulis merasa rasa toleransi pada sesama harus lebih diterapkan lagi oleh para orang tua dan guru di sekolah kepada generasi muda Indonesia agar kejadian yang penulis tulis tidak terulang lagi. Kalau generasi muda kita tidak miliki rasa toleransi, bagaimana negara kita mau maju? Tolong diingat bahwa faktor kemajuan sebuah negara bukan hanya berasal secara fisik, melainkan juga dari dalam psikis dan emosi warga negaranya.

Generasi muda Indonesia, tumbuhkanlah rasa toleransi dalam dirimu untuk sesama!

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun