Selanjutnya, dalam kesempatan itu pula Gus Muhaimin menyampaikan soal diskriminasi Eropa yang memblokir sawit Indonesia. Dimana pada saat yang sama 16,2 juta buruh rakyat yang bersentuhan dengan industri sawit terganggu ketenangan hatinya.
Lebih dari itu, beliau menyampaikan ajakan kepada parlemen Eropa untuk terus menjalin kerja sama dengan parlemen dan pemerintah Indonesia. Khusunya, terkait kepentingan industri sawit dan pengembangan biofuel yang ramah lingkungan.
Gayung bersambut, apa yang diikhtiarkan Gus Muhaimin dan PKB kurang lebih mirip dengan "gundah gulana" kaum milenial yang terlibat pada diskusi tadi. Bahkan jutaan milenial lainnya yang hari ini kenyamanan hidupnya terganggu karena dampak kerusakan lingkungan dan perubahan iklim.
Tidak berhenti disitu, Gus Muhaimin berencana membuka paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP 25 yang akan digelar awal Desember 2019 ini di Madrid Spanyol. Kedepan dipastikan bahwa Gus Muhaimin dan PKB bersedia menjadi mediator kaum milenial untuk mewujudkan kedaulatan lingkungan demi memerangi perubahan iklim. Wallahu'alam bi ash-showab.
Penulis adalah pengurus di Dewan Pengurus Nasional Gerbang Tani. Tinggal di Depok.