Mohon tunggu...
Usep Nugraha
Usep Nugraha Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Amatir

Seorang amatir, mengamati isu ekonomi, budaya, politik, dan sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencari Solusi Kekerasan di Sekolah Kedinasan

11 Januari 2017   18:55 Diperbarui: 11 Januari 2017   19:08 1895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sungguh sangat disayangkan. Kejadian yang memalukan kembali terjadi di sekolah kedinasan di Negara kita. Kali ini terjadi pada Amirullah (18) yang merupakan taruna tingkat 1 STIP. Menurut berita yang beredar Amirullah meninggal setelah dianiaya oleh seniornya.

Miris memang. Di zaman dimana kemajuan teknologi sudah sangat pesat. Kita masih harus menemukan kabar mengenai penganiayaan oleh senior kepada juniornya. Dan seringnya terjadi di sekolah kedinasan.

Tentunya Anda masih ingat pada kasus penganiayaan pada tahun 2014. Masih di Sekolah yang sama. Dimana yang menjadi korbannya lagi adalah “junior”. Serta kasus-kasus di sekolah kedinasan lain yang bisa Anda telusuri sendiri.

Lantas ada apa dengan sekolah kedinasan?

Senior dan Junior

Pola pendidikan senioritas pada lembaga pendidikan merupakan warisan dari pola pendidikan zaman dulu. Senioritas menimbulkan perbedaan status yang jelas antara sesorang yang dipanggil senior dan yang dipanggil junior. Yang mana junior harus homat kepada senior. Pola senioritas ini akan menimbulkan rasa tanggung-jawab pada seorang senior untuk mendidik dan membina juniornya.

Di sinilah kesalahan itu terjadi. Pembinaan yang dilakukan oleh senior selalu berujung pada pembinaan fisik atau mental yang berlebihan. Ditambah dengan ketidaktahuan si senior tentang seberapa besar porsi pembinaan yang harusnya diberikan kepada si junior. Serta keinginan balas dendam yang tidak sadari muncul karena dulunya pernah dibina juga oleh senior.

Coba anda tanyakan pada si senior, apakah mereka melakukannya karena balas dendam? Tentu tidak. Jawabannya bisa berupa: agar junior disiplin, tidak manja, tidak mencla-mencle, atau respect pada senior.

Senior selalu benar. Adalah pasal pertama, yang menjadi kesalahan kedua dari pola pendidikan senioritas. Selama Anda masih berstatus junior, maka Anda akan selalu salah saat di depan senior. Pasal ini bertujuan agar junior tidak banyak protes kepada aturan yang diberikan senior.

Ditambah dengan pasal kedua. Jika senior salah, lihat pasal satu. Kedua pasal ini menjadi legitimasi senior dalam melakukan pembinaan kepada junior. Sehingga para junior menganggap apa yang dilakukan oleh senior kepadanya adalah hal yang biasa. Toh, suatu saat dia akan melakukan itu juga kepada juniornya.

Bagaimana mengatasinya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun