Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keluar dari Bingkai Persepsi

20 Agustus 2018   07:32 Diperbarui: 20 Agustus 2018   10:34 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : lavanguardia.com

Bila ingin mengetahui hal sesungguhnya-kenyataan yang se benar benarnya atau hakikat atau substansi atau essensi dari sesuatu maka keluarlah dari persepsi persepsi manusiawi terhadapnya yang dapat berbeda beda itu sebab sebaliknya, bila kita bergantung atau di bingkai oleh persepsi manusia dalam melihat serta memahami sesuatu maka kitu tidak akan atau sulit untuk memahami essensi atau hakikat sesuatu.

Analoginya kalau kita memahami seseorang tetapi menurut kata si A si B si C yang ternyata persepsi mereka terhadap seseorang itu berbeda-beda dan bukan berdasar analisis serta pengalaman pribadi maka kita tidak akan memahami hal yang sesungguhnya dari orang tersebut.

Analogi lain, ketika kita menonton sebuah sandiwara dan berupaya ingin memahami makna yang sesungguhnya atau makna 'hakiki' dari cerita sandiwara tersebut maka mungkin kita akan dibuat kebingungan bila kita bertanya atau meminta pendapat atau berdialog dengan para penonton dari sandiwara tersebut karena masing-masing dapat memiliki persepsi sendiri sendiri yang ternyata bisa berbeda satu sama lain, sehingga untuk dapat mengetahui makna yang sebenarnya alias hakiki maka terpaksa kita harus berdialog dengan sang pembuat ceritera sandiwara tersebut.

Nah sebab itu perhatikan persepsi persepsi manusia atas sesuatu yang ingin kita fahami atau yakini jangan sampai justru kita terjerumus pada persepsi yang salah atau tidak sesuai dengan hakikatnya. Caranya adalah dengan masuk ke dunia pengalaman nyata,atau melalui analisis-pendalaman pribadi. tentu dengan segenap peralatan berfikir yang kita miliki mulai dari yang paling permukaan seperti dunia inderawi hingga yang paling mendalam seperti hati nurani

Persepsi manusiawi itu  hadir dalam berbagai bentuk mulai dari yang bersifat individu-pribadi,dari seseorang yang begitu mempengaruhi alam fikiran kita hinggga ke world view yang mengglobal.

Salah satu contoh global obyek yang paling sering menjadi korban persepsi manusia adalah agama, mungkin ia ada di salah satu urutan teratas korban persepsi manusiawi baik itu yang berupa opini-cara pandang serta filosofi manusiawi, sebab itu untuk bisa keluar dari persepsi persepsi manusia yang keliru atasnya maka kita harus berupaya memiliki pengalaman pribadi dengan agama.

Bayangkan persepsi persepsi manusia tentang agama yang mendunia misal utamanya yang lahir dari dunia filsafat serta sains,sebagai persepsi persepsi yang mungkin paling besar-paling kuat serta paling banyak mempengaruhi fikiran umat manusia. Pandangan failosof-saintis itu kelak bisa mewujud menjadi world view tersendiri yang banyak di ikuti umat manusia, itu  karena sebagian publik menganggap pandangan failosof-saintis sebagai pandangan kaum intelektual-ber ilmu dan karenanya dipandang layak dipercaya serta dapat dijadikan pegangan.

Coba renungkan dan buktikan sendiri bahwa begitu banyak stigma yang dibuat oleh kaum intelektual utamanya terhadap agama,misal mereka memandang agama sebagai dogma atau konsep moral-bukan wilayah ilmu dlsb.

Belum lagi pandangan budayawan, seniman,politikus,atau yang berbeda agama maka mungkin kita bingung mana yang harus kita ambil dan kita pegang.maka saat seperti itulah untuk melepaskan diri dari cengkeraman persepsi persepsi manusiawi itu tadi kita harus mengembara ke dunia pengalaman nyata, artinya mendalami agama secara pribadi tanpa pengaruh atau tekanan persepsi manusiawi yang bersifat pribadi atau yang mendunia dan telah menjadi semacam 'world view'

Dan bisa jadi tanpa sadar saat ini pun kita hidup lebih kepada mengikuti persepsi persepsi orang lain atau persepsi persepsi manusiawi yang di viral kan atau yang telah di bingkai sebagai budaya populer atau yang telah menjelma sebagai world view atau yang telah menjelma sebagai istilah istilah 'kekinian'misal. Itulah terlalu banyak rimba persepsi atas sesuatu ibarat selubung yang menutupi sesuatu sehingga sesuatu itu menjadi tidak nampak ke permukaan dalam wujud aslinya

Isme-ideologi adalah contoh hasil persepsi manusiawi yang telah di konsepsikan-di rumuskan secara resmi atau persepsi yang telah di bingkai secara resmi sebagai ajaran-cara pandang yang digunakan untuk melihat atau menyikapi sesuatu atau segala suatu dan itu dapat mewujud menjadi world view-pandangan yang di bingkai secara resmi untuk di hadirkan ke hadapan publik dan dapat masuk ke alam fikiran manusia diantaranya melalui indoktrinasi baik yang secara resmi atau tidak resmi

Dan salah satu institusi publik yang paling banyak berperan mempengaruhi pikiran umat manusia dalam hal memberi persepsi di zaman ini diantaranya adalah media.media biasanya mempersepsi publik melalui opini-pelabelan-pencitraan yang mana belum tentu semua itu menampilkan hal yang sesungguhnya. 

Mungkin sekian persen yang dihadirkan media adalah murni fakta telanjang-fakta yang belum di bingkai opini tetapi sebagiannya adalah opini-opini atau kacamata sudut pandang sang pemilik media yang bisa saja bekerja untuk kepentingan partai atau ideologi tertentu, sehingga membaca atau melihat media maka bersiaplah untuk terlarut dalam persepsi orang lain atau persepsi luar dan diri sendiri dapat menjadi hilang di dalamnya apabila tidak memiliki prinsip-keyakinan pribadi, institusi formal lain yang biasa mempersepsi publik adalah dunia pendidikan serta lembaga pemerintahan.

Atau, melalui media tanpa kita sadar maka fikiran kita dapat di bingkai oleh bingkai tertentu yang di ciptakan dari 'luar' dan cara kita melihat serta mempersepsi sesuatu dikendalikan oleh persepsi media yang membingkai kita.

Bayangkan apabila kita telah memiliki semacam pengalaman pribadi yang membuahkan pengetahuan tersendiri maka dengan itu kita dapat secara bebas membuat bingkai sendiri atau membingkai alam fikiran kita sesuai dengan niat,hasrat,visi,misi serta pandangan pribadi serta melakukan otokritik terhadap persepsi lain

Salah satu contoh, istilah milenial-ke kinian atau-moderat -modernisme semua istilah tersebut sebenarnya berasal dari persepsi manusiawi dan bukan menunjukkan substansi-hakikat-hal sesungguhnya.karena yang namanya substansi-hakikat itu tidak bisa di bingkai oleh istilah atau persepsi persepsi seperti itu.

Contoh modernisme adalah persepsi manusiawi terkait melihat realitas zaman dengan mengacukannya pada situasi ke kinian di zaman tersebut yang dibedakan dengan masa yang dianggap 'bukan atau belum modern'. tetapi apakah modernisme mengungkap atau mengubah hakikat segala suatu,..tentu saja tidak.

Karena hakikat segala suatu tidak berubah karena adanya pandangan modernisme.yang namanya kebenaran itu abadi yang di abad pertama hakikatnya kebenaran maka hari ini pun tetap kebenaran tak bisa di belokkan menjadi bukan kebenaran oleh persepsi modernisme misal. Karena hakikat kebenaran itu permanen seperti sifat api yang adalah panas maka dari abad satu hingga hari ini itu tetap tidak berubahmencuri atau berzinah misal tak bisa diubah menjadi 'kebenaran' oleh karena pandangan yang mengatas namakan modernisme.

Itulah, menjadi manusia yang sesungguhnya yang bebas dari persepsi persepsi manusiawi apakah yang berbentuk isme-ideologi, istilah istilah-budaya-seni hingga yang menjadi konsep pendidikan dlsb.memang tidaklah mudah tetapi jalan keluar dari itu semua bukan berarti tidak ada, maka belajarlah mengenal diri sendiri melalui pengalaman serta pendalaman tidak mengikuti begitu saja persepsi-opini utamanya misal yang hadir melalui media.

Walau mesti juga ditekankan bahwa bukan berarti persepsi persepsi manusiawi itu selalu mutlak salah tetapi tentu mustahil mutlak benar karena dalam diri manusia benar dan salah selalu saling mengisi kehidupan serta alam fikirannya. Tetapi yang terbaik adalah melalui pengalaman sehingga dengan pengalaman itu kita dapat menyadari mana yang benar yang bersesuaian dengan hati nurani kita dan mana yang salah yang tidak bersesuaian dengan hati nurani atau dapat memahami mengapa sesuatu disebut benar dan sesuatu disebut salah tanpa menelannya secara mentah.

Itulah bila kembali keatas maka untuk menggapai hal yang se benar benarnya serta sesungguh sungguhnya memang kita harus mendalami sendiri dan utamanya mengalami sendiri karena hakikat biasanya memperlihatkan diri melalui pengalaman dan bukan dilukiskan melalui persepsi manusiawi yang bisa beragam dan sebagiannya bisa saja salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun