Mohon tunggu...
Turmuzi
Turmuzi Mohon Tunggu... Petani yang mencintai alam pedesaan -

Menulis sebagai aktifitas menyenangankan, bukan keterpaksaan\r\n\r\nPengelola blog www.turmuzitur.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kyai Kampung di Tengah Menjamurnya Ustad Seleb

27 Desember 2018   13:58 Diperbarui: 27 Desember 2018   14:17 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Fadlol, Kiyai sepuh ketika ceramah di acara maulid Nabi Muhammad SAW di Rembang/foto : IG KH. Mustafa Bisri

Beberapa waktu lalu saya sempat melihat dan membaca salah satu postingan status, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) di akun media sosial instagramnya, mengenai pengalaman mengenal  banyak Kiyai dengan latar profesi dan mapan secara ekonomi. Mulai dari yang berprofesi sebagai pedagang, penulis hingga sebagai petani

Mbah Fadlon, merupakan sosok Kiyai kampung Kecamatan Pamotang Rembang, yang keseharian diisi dengan bekerja sebagai petani menggarap sawah hingga fisik kini tidak lagi mendukung. Tapi, meski usia sudah sepuh, Kyai Fadlol masih sanggup mengajar ngaji dan membaca kitab "Ihya-u 'Ulumiddin" karya Imam Ghazali tanpa kacamata

Sekilas bagi masyarakat yang melihat dari tampilan sederhana dan bersahaja termasuk ketika berada di sawah, mungkin tidak akan menyangka kalau beliau seorang Kiyai. Sosok Kiyai Fadlol mungkin satu dari sekian banyak kiyai kampung di Indonesia, meski memiliki keilmuan dan pemahaman keagamaan mendalam, tapi tetap memilih hidup bersahaja dan rendah hati.

Tampilan, sikap, prilaku dan tutur kata dalam keseharian apa adanya, tapi tetap berwibawa. Mereka, Kiyai kampung jauh dari kesan formalistik dengan atribut  keagamaan melekat untuk menunjukkan diri sebagai kiyai atau ulama yang perkataan dan perbuatan patut diikuti dan diteladani, sebagaimana dilakukan kebanyakan ustad seleb ketika diundang dan tampil berdakwah melalui media televisi

Jauh dari kesan hidup mewah dan glamor, dikawal layaknya raja, memilik pengikut dan jamaah fanatik secara berlebihan, dielu elukan setiap tampil mengisi pengajian dalam banyak kesempatan, layaknya ustad seleb. Kiyai kampung juga tidak menerima honorarium, menerima bayaran atau sponsor setiap memenuhi undangan mengsis pengajian

Padahal dengan keilmuan dan pengaruh dimiliki sebagai Kiyai, semua itu bisa saja dilakukan dan didapatkan dari jamaah. Tapi mereka menyadari bahwa berdakwah tidak semata untuk tujuan mengejar materi, popularitas dan dikenal banyak orang. Dakwah juga tidak sekedar menceramahi jamaah dengan mengutip dalil, ayat Al-Qur'an dan hadits nabi, tapi harus dibarengi dengan contoh dan keteladanan

Dakwah dilakukan kebanyakan Kiyai kampung sebagai bagian dari upaya menggugah kesadaran dan kesalehan spiritualitas masyarakat sebagai seorang hamba dengan sang Pencipta maupun kesalehan sosial dengan sesama manusia, membangun hubungan baik dan persaudaraan, melalui bahasa dakwah sederhana, mudah diterima dan meneduhkan. Bukan caci maki, provokasi dan permusuhan, sebagaimana dilakukan beberapa ustad seleb dan karbitan yang belakangan mulai banyak berseliweran

Kalau berkunjung ke pesantren di daerah pedesaan atau perkampungan, dengan mudah bisa kita temukan bagaimana Kiyai kampung biasa mengisi acara pengajian, tampil bersahaja mengenakan sarung, sebagai ciri khas seorang santri dan Kiyai kampung, tanpa pengawalan, mengajar dan mengisi pengajian dari kampung ke kampung, dari masjid, satu menuju masjid lain, tanpa mengharapkan imbalan

Dengan kedalaman ilmu keagamaan, kebijaksanaan, motode dan pendekatan dakwah diterapkan, Kiyai kampung terbukti mampu menggugah kesadaran dan menciptakan keharmonisan di tengah masyarakat, tanpa menimbulkan perselisihan dan mempermasalahkan perbedaan. 

Materi dakwah disampaikan juga dengan mudah bisa diterima masyarakat. Tidak heran meski seorang Kiyai telah meninggal. Sosok Kiyai termasuk Ilmu yang pernah diajarkan tetap melekat dan dijadikan panutan masyarakat

Berbeda misalkan dengan sebagian penceramah dan ustad pendatang yang belakangan mulai banyak berseliweran di media televisi maupun melalui kanal jejaring media sosial seperti YouTube. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun