Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

An Inconvenient Sequel: Truth to Power, Mengajak Mencintai dan Menjaga Bumi yang Cuma Satu

23 Agustus 2017   06:19 Diperbarui: 23 Agustus 2017   06:55 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film An Inconvenient Sequel:Truth to Power (dokpri)

"Jika kiamat terjadi dan salah seorang di antara kalian memegang bibit pohon kurma, lalu ia mampu menanamnya sebelum bangkit berdiri, hendaklah ia bergegas menanamnya" hadist yang di riwayatkan  Imam Bukhari dan Ahmad dari Anas Bin Malik memberikan gambaran betapa menjaga lingkungan dengan menanam pohon adalah yang begitu penting bagi peradaban umat Islam.

Perubahan iklim dengan sekala implikasinya terhadap nasib umat manusia di kemudian hari adalah akibat apa yang di lakukan kita semua saat ini, Kesepakatan Paris 2015 untuk siaga dalam memeragi perubahan iklim menjadi sumber film dokumentasi yang berjudul An Inconvenient Sequel: Truth to Power. Perjuangan mantan wakil presiden di era Bill Clinton mengajak penonton untuk mencintai satu bumi, ya bumi yang kita tinggali dari mulai tidur hingga kembali tidur lagi.

Film di buka dengan suasana mencairnya es di Greenland, hamparan salju yang sepanjang mata memandang terlihat putih menggemaskan ternyata di balik itu ada kecemasan yang menjadi rasa keprihatinan, es mencair mengalirkan air yang volumenya akan berdampak pada kehidupan manusia, efek cairnya es di Greenland berdampak luapan air di kota Miami, kota yang terletak di bagian selatan, di negara bagian Florida.

Sebuah pesan awal dari film dokumenter yang membuat kita harus berpikir memang perubahan iklim bukanlah sebuah isu biasa. Namun perjuangan Al Gore tidaklah semulus area jalan tol, meski ia pernah menduduki orang nomor dua di negara adi daya Amerika Serikat, pernah meraih hadiah Nobel namun perjuangan untuk menggelorakan perubahan iklim ternyata tidaklah mudah wahai kawan.

Film ini bertutur tentang cara Al Gore menyelamatkan bumi yang bersiaga dengan perubahan iklim yang nantinya mengakibatkan perubahan cuaca di seluruh dunia, akan lebih banyak musim dingin bagi umat manusia bila abai memelihara alam. Kampanye perubahan iklim membawa Al Gore menyambangi belahan dunia dan suarakan satu hal yang sama, salah satu dari upaya itu adalah melatih pejuang iklim, dan itu termasuk dari Indonesia  yakni Amanda Katili Niode PhD yang menjabat sebagai manager The Climate Reality Project Indonesia.

Epicentrum XXI dipenuhi para pecinta lingkungan yang menanti film di putar(dokpri)
Epicentrum XXI dipenuhi para pecinta lingkungan yang menanti film di putar(dokpri)
Kebijakan negara entah itu politik, ekonomi, pertahanan hingga perubahan iklim di tentukan arah mana pemimpin negara bersuara. Kesepakatan Paris 2015 bukti nyata bahwa pemimpin suatu negeri akan memberi pengaruh besar dalam kebijakannya. Al Gore mulai mendekati pemimpin negara negara agar isue perubahan iklim memang sangat perlu adanya, perwakilan kepala negara memberikan pandangan negaranya tentang perubahan iklim.

Di film ini juga di kisahkan pertarungan pemikiran tentang energi terbarukan atau pemanfaatan energi yang berasal dari fosil, lengkap dengan fragmen fragmen dan potongan gambar Al Gore yang menggambarkan betapa pentingnya energi terbarukan yang sebenarnya melimpah dan bisa di optimalkan, Pertarungan bisnis pun bisa kita saksikan, bagaimana pun sebenarnya beberepa penolakan tentang kepatuhan untuk menjaga alam ternyata ujung ujungnya mah duit bro, ya duit memang sering kali membuat gelap mata.

Ada optimisme Al Gore untuk memanfaatkan energi terbarukan, dengan gaya stand up komedi, mantan wakil presiden USA ini menyebutkan bahwa negera Chili sudah sangat berhasil untuk energi terbarukan dengan memanfaatkan sel solar yang mampu menangkap sinar matahari untuk diubah menjadi energi yang bermanfaat bagi umat manusia. Belum lagi energi angin, ombak. Masa depan energi dunia tidak melulu bergantung kepada sumber energi berasal dari fosil yang memberikan efek polusi ketika memanfaatkannya.

Beruntung di undang BRID untuk menyaksikan film dokumenter An Inconvenient Sequel: Truth to Power, Senin 21 Agustus 2017 di Epicentrum XXI. Ada pemahaman dan wawasan baru agar kita lebih mencintai bumi. Meski orang biasa, bukan siapa siapa, pejabat pun bukan apalagi presiden, namun menjaga bumi dari perubahan iklim merupakan kita semua karena kita ada di bumi yang sama.

Bila kalian memang masih mencintai bumi yang kita punyai satu satunya, perlu juga nih di tonton filmnya agar pemahaman kita tentang perubahan iklim memang benar adanya, saatnya yuk menjaga bumi dan sayangilah bumi dengan setulus hati.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun