Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memetik Hikmah dari Sebuah Dongeng Khusus Orang Dewasa

24 Februari 2017   18:38 Diperbarui: 25 Februari 2017   04:00 1606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : free.shutterstock

Sebuah Dongeng Orang Dewasa

Kalau untuk menonton film untuk orang dewasa,maka usia 17 tahun ,sudah boleh beli tiket dan masuk dengan gagah kedalam sebuah gedung bioskop,untuk menonton film apapun.

Begitu peraturan yang selama ini berlaku di negeri kita. Bahkan saking terobesinya untuk dapat menonton film film orang dewasa,tetangga saya,yang masih  berusia 15 tahun,rela  bekerja untuk membersihkan toilet di Bioskop. Sehingga dengan demikian ,disaat film lagi di putar,maka diam diam ia duduk menonton .Bila ada pemeriksaan,maka cukup lari ke toilet dan pura pura lagi membersihkan.

Nah,kalau ada film khusus untuk orang dewasa, ternyata ada juga dongeng yang khusus untuk orang dewasa. Malahan ditilik dari jalan ceritanya, rasanya usia 17 tahun,belum dianggap layak untuk membaca dongeng ini. Tapi jangan buru buru berburuk sangka,bahwa dikira ,penulis artikel ini adalah tua tua keladi,semakin tua semakin gatel,karena menceritakan dongeng dongeng orang dewasa,seperti apa yang dibayangkan.

Disebutkan dongeng untuk orang dewasa,karena kisahnya terlalu mendalam dan menyirat pesan pesan moral ,yang hanya dapat dipahami oleh orang yang sungguh sungguh sudah matang .Bukan hanya ditengok dari segi usia,tapi juga dalam cara olah pikir.

Langsung ke Topik

Dikampung saya ,Sumataera Barat,terkenal dengan banyaknya pohon kelapa. Karena memang pohon kelapa paling subur di dataran rendah dan berada didekat pantai. Nah, di Sumatera Barat,  salah satu jenis kelapa yang terkenal adalah kelapa yang tumbuh di Pariaman. Umumnya,orang orang kaya kampung memiliki ratusan pohon kelapa.

Salah seorang pemilik kebun kelapa yang kaya raya,namanya Ajo ,setiap bulan memanggil tukang panjat . istilah ini sama sekali tidak berkonotasi menghina,karena memang di sini disebutkan :"tukang panjat" . Ada juga cara lainnya adalah dengan menggunakan jasa Beruk.Lebih murah,tapi sayangnya beruk ,hanya dapat memetik dan menyatuhkan buah kelapa,tapi tidak dapat membersihkan pelepah pelepah yang sudah tua.

Maka Ajo, memilih menggunakan jasa tukang panjat.Tapi Ajo ,walaupun kaya raya,terkenal sangat pelit dan penuh dengan hitung hitungan.Dalam benaknya,semata mata ,adalah uang.Baginya uang adalah segala galanya.

Sehingga setiap tukang panjat,yang dipanggil ditanyai terlebih dulu,mau nggak memanjat pohon untuk memetik kelapa yang sudah tua,membersihkan pelepahnya ,tapi tidak dibayar pake uang,melainkan dibayar dengan kelapa. Dalam otak Ajo, sudah dikalkulasikan,dengan demikian,secara tidak langsung,ia sudah menghemat uang keluar dan sebagian kelapanya sudah terjual, karena di jadikan pengganti upah panjat.Karena memang sulit mencari pekerjaan,maka apa boleh buat,tukang panjat,manut manut saja dan setuju.

Suatu waktu, Ajo lagi duduk dibawah pohon kelapanya,sambil menghitung hitung uang,hasil panen kelapanya.,dikebun sebelah. Ia menengadah keatas dan tampak buah kelapa yang ada dikebun yang ini,juga sudah siap untuk dipanen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun