Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pengaruh Tiongkok dalam Kelahiran Pancasila 1 Juni

30 Mei 2018   22:52 Diperbarui: 10 Juni 2018   14:09 3198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih dari 2/7 bagian isi pidato Soekarno bicara tentang hal ini.

Pada bagian kedua, yang mencakup bagian terbesar pidatonya (sekitar 4/7 bagian) Soekarno bicara tentang dasar negara.

Ia menguraikan satu per satu kelima prinsip yang akan menjadi dasar negara. Mulai dari yang pertama prinsip kebangsaan, lalu berturut-turut Internasionalisme atau peri kemanusiaan; mufakat atau demokrasi; kesejahteraan sosial; dan terakhir Ketuhanan.

Pada 1/7 bagian sisanya, Soekarno bicara tentang hubungan antara sila-sila ini.

Menurutnya, jika diperas menjadi tiga, prinsip kebangsaan dan kemanusiaan digabung menjadi sosio-nasionalisme; prinsip mufakat dan kesejahteraan sosial menjadi sosio-demokrasi; dan terakhir, sebagai landasannya adalah Ketuhanan.

Jika ketiga prinsip itu diperas lagi, kristalisasinya adalah gotong royong.

Pada bagian kedua, ketika menguraikan lima prinsip yang sebagai satu kesatuan merupakan dasar negara, weltanschauung, ada hal menarik tentang bagaimana pengetahuan yang Soekarno peroleh dari tokoh-tokoh turut mempengaruhi pemikirannya.

Sila pertama---Pancasila versi 1 Juni---kebangsaan, sebagaimana tampak pada paragraf teras di atas, dipengaruhi pula oleh pemikiran Bapak Bangsa Tiongkok, Sun Yat Sen.

Awalnya Soekarno berada dalam pengaruh gagasan Asser 'Adolf' Baars, mentor politiknya.

Adolf Baar adalah ketua ISDV dan salah satu pendiri Partai Komunis Hindia (kelak berubah nama menjadi PKI). Sebagaimana pengakuan Soekarno, Baars adalah penganjur internasionalisme dan penentang nasionalisme.

"Saya mengaku, pada waktu saya berumur 16 tahun, duduk di bangku sekolah H.B.S. diSurabaya, saya dipengaruhi oleh seorang sosialis yang bernama A. Baars, yang memberi pelajaran kepada saya, -- katanya: jangan berfaham kebangsaan, tetapi berfahamlah rasa kemanusiaan sedunia, jangan mempunyai rasa kebangsaan sedikitpun. Itu terjadi pada tahun 17."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun