Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Personal Power

30 Mei 2019   15:00 Diperbarui: 30 Mei 2019   15:26 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Personal power merupakan kemampuan mengelola diri dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Konsisten baik dan yakin akan memapuan diri menjadi sugesti paling mujarab bagi manusia untuk bisa menjadi apa yang diinginkan.

Untuk mendukung tercipatanya hal positif dalam diri adalah dengan management mood. Kondisi emosi tertentu yang dikelola karena adanya rangsangan dari luar. Mengelola mood menjadi sangat penting karena berhubungan dengan pikiran, perasaan dan tindakan. Mood pagi sangat menentukan stabilitas energi seseorang dalam kesehariannya dalam mewarni semangat beraktivitas. Menjaga mood pagi dari hal yang negatif yang mempengaruhi perasaan, akan membuat seseorang mudah berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain di sepanjang hari.

Lakukan kebaikan yang bisa kita lakukan. Seseorang harus menjadi ikon kebaikan bagi orang lain. Maka dari itu, dalam setiap kegiatan harus dimulai dengan do'a dan berusaha menghipnosis diri akan hal-hal positif terutama saat akan menghadapi sesuatu yang diprediksikan berlaku kejadian yang tidak mengenakkan.

Tak selalu mudah untuk bisa selalu berbuat baik. banyak sekali kendala terutama adalah mental block yang sukar menerima hal baru dari orang lain padahal itu jelas-jelas sebuah kebaikan. Ramah terhadap informasi yang menguntungkan dirinya, sebaiknya ego sentris dan pelit menghargai orang lain.

Dalam beragama, terdapat konsep untuk selalu mengatakan sesuatu yang benar walaupun itu pahit akibatnya. Demikian juga konsep berdoa di pagi dan sore hari memohon kebaikan dan berlindung dari segala kemungkaran.

Seseorang yang punya mental block biasanya memiliki sikap antipatif. Pola fikirnya cenderung mendahulukan persepsi negatif sehingga selalu sinis dengan ide-ide baru yang datang dari orang lain gara-gara merasa diri "paling" senior, hebat, berharta, berpangkat, berpengalaman, dan lain sebagainya, ibarat "gelas penuh air" yang susah untuk diisi kembali air ke dalamnya.

Di sekeliling kita tentu banyak tokoh yang pintar dan berpengalaman. Kadang kita lihat mereka sulit berkembang dengan potensi yang dimiliki karena banyak sekali sampah negatif yang mengganggu pola fikir mereka untuk menerima ide dan gagasan baru dari orang lain.

Manusia sebagai mahluk sosial yang pada diri mereka memiliki kelebihan dan kekurangan, mau tidak mau harus hidup berkelompok dan saling melengkapi antara satu sama lain. Situasi tersebut akan tercipta apabila masing-masing bisa mengakui kelebihan dan kekurangan serta menghargai perbedaan-perbedaan yang ada untuk disatukan sebagai satu kesatuan yang utuh.[]

Sekadar berbagi sambil menunggu waktu berbuka puasa.

KL: 30052019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun