Mohon tunggu...
Thomas Je
Thomas Je Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis yang ingin ditulis

There's no Superman.....\r\n\r\n...menulis yang ingin ditulis....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sebentar Lagi "Belajar Tanpa Ruang Kelas dan Guru" di Indonesia

22 November 2019   11:20 Diperbarui: 22 November 2019   11:32 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah heboh penunjukan Mas Nadiem sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, kemarin Presiden Jokowi menunjuk 7 orang anak muda menjadi staff khusus. Usia mereka masuk generasi milenial, antara dua puluhan sampai tiga puluhan tahun. Luar biasa, out of the box, baru kali ini ada staff khusus presiden termuda yang baru berusia 23 tahun, dialah Putri Tanjung, CEO Creativepreneur Event Creator, perusahaan penyelenggara acara (event organizer) yang didirikannya pada Desember 2011, berarti saat dia berusia 15 tahun! Tanpa melihat siapa ayahnya, putri ini cukup "edan" menurut saya.

Yang menarik dan perlu disoroti karena akan linking ke Kemendikbud, dari salah satu staff khusus ini adalah Adamas Belva Syah Devara (Belva), dia adalah anak muda pendiri platform aplikasi belajar Ruang Guru. Saat ini, Belva berumur 29 tahun, namun pencapaiannya lebih "edan" lagi dari Putri. Tahun 2014 Belva dan Muhammad Iman Usman mendirikan perusahaan rintisan bernama Ruang Guru.

Perusahaan ini kemudian berkembang menjadi aplikasi belajar terkemuka di Indonesia. Inovasi teknologi pendidikan ini membuat nama Belva semakin dikenal dan mendapat sederet penghargaan, antara lain Promising Southeast Asian Entrepreneurs Under 30 Tahun 2016 dari Tech In Asia, Forbes 30 Under 30 pada 2017. Pada 2018, dia mendapatkan penghargaan ASEAN 40 Under 40 dan dinyatakan sebagai satu dari 40 orang berpengaruh di bawah usia 40 tahun di ASEAN. Dia juga menyabet penghargaan 40 Under 40, The Vanguards tahun 2018 dari Prestige Magazine, karena dianggap sebagai perintis teknologi di Indonesia. Luar biasa!

Mengapa saya pilih tema di atas? Sekali lagi, perkiraan saya Mas Nadiem ini akan Linking ke Dek Belva... wow! Aplikasi gojek besutan Nadiem Makarim adalah perusahaan Unicorn, bahkan sudah masuk Decacorn! Decacorn adalah julukan bagi startup yang memiliki valuasi di atas US$10 miliar atau setara Rp 140 triliun.

Aplikasi Gojek membuat kemudahan bagi kegiatan semua orang di banyak bidang, semua tinggal pencet di smartphone. Mau makan apa saja tidak perlu ke restrorannya, mau naik taksi online, ojek online, pijat online, bersih2 rumah online, dan segala kemudahan serta kepraktisan lainnya. Lalu apakah dunia pendidikan akan dibawa menuju ke sana? Pikiran liar saya mengatakan ya! Absolutely Yes! Hampir pasti! Yang terakhir ini untuk prosesnya yang tidak menafikan kemungkinan lain...hampir!

Ada 2 orang anak muda, cerdas, dan out of the box, mempunyai pengalaman membesarkan start up aplikasi online yang sangat sukses. Yang satu aplikasi yang membantu kegiatan sehari-hari semua orang, satunya lagi aplikasi pendidikan, belajar sejara online. Menurut perkiraan saya kolaborasi keduanya akan super sekali untuk melakukan disrupsi di dalam dunia pendidikan, terutama sekolah formal yang memang membosankan menurut saya.

Sekolah formal yang sekarang berjalan, masih 99% manual, oral, dan tradisional! Sangat jauh dari perkembangan tekhnologi yang sangat super cepat sekali saat ini. Kira-kira seperti apa proses belajar tanpa ruang kelas dan guru? Perkiraan saya akan ada aplikasi yang mendukungnya, bisa berupa virtual classroom, dan virtual teacher.

Anak-anak bebas belajar dari mana saja, di rumah, di taman, di kolam ikan belakang rumah, di mall, di perpustakaan, di alun-alun, di toko Papanya sambal jualan, dan di mana-mana. Guru-guru juga bisa mengajar dari mana saja, mereka bisa menyiapkan video pengajaran, pre test dan post test kapan saja sesuai kebutuhan.

Akan ada aplikasi dalam kendali kemdikbud yang dipakai oleh seluruh siswa dan guru di seluruh Indonesia, mungkin namanya bisa Go-RuangGuru. Siswa boleh mempelajari bidang yang mereka sukai dan sesuai tujuan hidupnya. Tidak harus semua mata pelajaran MIPA maupun Sosial dipelajari kalau seorang siswa mau jadi pemain film kan? Pun juga anak yang mau dan berminat menjadi fisikawan, dia hanya akan mempelajari tentang fisika dan pelajaran pendukungnya saja.

Tentu pelajaran agama dan moral tetap wajib dipelajari semua siswa dan nilai minimal syarat kelulusannya harus A, ini yang terpenting untuk pondasi kehidupannya. Bagaimana dengan buku? Buku pelajaran cetak tidak akan ada lagi, sekarang sudah eranya Buku Digital. Bahkan untuk buku digital saja sekarang sudah memasuki era Buku Digital Interaktif Gen-4. Ini adalah buku digital yang bisa berinteraksi dengan pembacanya, full audio dan juga video, sangat friendly untuk anak-anak generasi milenial.

Kok bisa? Ya, pasti bisa karena kini dunia menuju ke sana. Lalu dengan UN? Tidak ada lagi UN! Yang ada adalah post test standarisasi sesuai dengan bidang yang dipilih oleh siswanya. Karena tidak harus semua mata pelajaran dijejalkan ke anak-anak untuk membuat mereka berhasil dan sukses di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun