Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mas Arswendo, Padamu Kami "Mengabdi"

19 Juli 2019   20:03 Diperbarui: 19 Juli 2019   20:06 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KArya Mas Wendo yang fenomenal, dan bahkan judulnya menginspirasi. Ilustrasi dibuat oleh Mas S. Rahardjo (orang Gramedia). Foto: Bukalapak.

Tak terbilang anak-anak muda kabur kanginan terdampar dan ditampung di Majalah HAI pada delapan puluhan awal. Penampungnya, siapa lagi kalau bukan Mas Wendo, Pemred Majalah remaja "nakal".

"Kamu mau nulis apa?" tanyanya entengan.

Aku  satu di antara mereka: Hilman Lupus, Gola Gong, dan lainnya. Yang disebut mereka, memang tidak terikat sebagai karyawan Majalah yang berada di Lantai Tiga,  Jalan Palmerah Selatan 22 di mana kantornya berbarengan dengan (redaksi) majalah Intisari dan Bobo. Bisalah disebut nyantrik, atawa sebagai freelancer. Redaksi KOMPAS, berada di gedung sampingnya.  

Meski bukan karyawan tetap, para penulis ini mendapat kesempatan yang lumayan. Seperti pertanyaannya "mau nulis apa?" yang terlontar darinya -- yang berarti ada jaminan darinya. Ada uang transport dan hotel jika menulis dengan "nara sumber" di luar kota. Sedangkan honornya tetap, misalnya seratus lima puluh ribu (waktu itu ya gedelah). Bahkan, aku satu di antara yang dibayar sebelum majalah terbit, lima edisi mingguan majalah itu.

Tidak terbilang pula dari sebaya yang kemudian menjadi karyawan. Caranya, ya dengan menjadi pembantu serabutan. Ada yang mulai ikut-ikutan wawancara, memotret dan bahkan dari menjadi penjaga malam dan pelayan. Yang terakhir ini, bisa menjadi Pemimpin Redaksi Tabloid Bintang, malah.

Jadi, tidak ikut test untuk bisa masuk bekerja di Kelompok KOMPAS-Gramedia, sebagai raksasa media yang disiplin. Inilah kemudian, kita bekerja dengan cara yang guyup, dan kreatif. Kerap di atas jam kantor bubar, kami biasa mengerjakan apa saja. Ada yang menulis, menggambar, meneliti foto yang akan dimuat di majalah yang rubrikasinya ada Komik, cerpen, Cerbung dan Novelet.

Mas Wendo memang "nakal" alias penuh gagasan dari balik kaos oblong, celana jeans dan sepatu sendal. Ia flamboyan. Sangat hafal dengan anak-anak kabur kanginan itu. Menyapa dari jauh, dan menolong para gelandangan seperti kami. 

Termasuk dalam soal memberi honor sebelum tulisan dimuat-tayang. Ini yang membuat Mbak Sri, sekretaris dan keuangan HAI kelimpungan. Nalangi dulu. Pernah Kadir Wong, tetangga dan teman Mas Satmowi Atmowiloto (kakak Mas Wendo) dari Solo nungguin sampai kantor tutup, dan terpaksa gigit jari. "Lha, opo aku disuruh mbubarke rapat mereka," katanya, karena ia tak bisa membantu.

Sisi ini yang membuat kami mengabdi pada Mas Wendo. Kami diajak kerja cerdas. Sehingga ketika ada fotografer freelance mendapat gambar hasil jepretannya bagus, tak segan ia akan memuji dengan caranya. "Ngerti selera bossmua aja," tandas lekaki selalu gondrong itu. Namun pada saat reporter pulang tak membawa hasil, dengan ringan pula Mas Wendo akan meledek: Alah, gayamu saja. Nyentrik. Nggak bisa cuma ... ngejar gitu aja nggak bisa."

Pada saat usianya masih tiga puluh tahun dan menjadi Pemimpin Redaksi majalah remaja itu, ia paling senior dari awak HAI. Paling hanya Mas Wedha, yang kemudian menjadi Bapak Pop Art Indonesia itu. Sehingga ia yang kurang mempercayai dengan penampilannya itu, seperti anti mainstream di lingkungan Penerbit KOMPAS-Gramedia besar. 

Namun tangan dinginnya, membuktikan. Sehingga tak hanya menjadi Pemred namun kemudian Direktur Divisi Majalah: membawahi majalah yang ada di kelompok ini. Tabloid Nova, HAI, Bobo, dan Motor Plus.

Mas Wendo masih dengan penampilannya yang slengekan. Meski ia dikritik Mas Mowie. "Ya, kalau sudah di KOMPAS Grup, yo ngonolah," kata Mas Mowie  ke aku. Mas Mowie banyak menulis, dan pernah masuk ke Kelompok Gramedia. 

Termasuk menulis skenario sinetron. Untuk saudara dan keluarganya, juga Mas Wendo menampung. Adik dan keponakannya pernah berkecimpung di media. Termasuk di produksi sinema (Atmocedamas)  setelah Mas Wendo keluar dari LP Cipinang karena kasus Tabloid Monitor.

Kecepatan dan produktivitas menulisnya hanya bisa ditandingi Mas Putu Wijaya. Mas Wendo bisa menulis di lebih dua mesin tiknya, di dekat jendela rumahnya seperti yang dikatakan Mas Mowie. Sedangkan di kantor HAI pada delapan puluh dua, ia bisa menyelesaikan artikel berupa kiat: Mengarang itu Gampang.

Tulisannya yang membludak seperti Senopati Pamungkas, Kiki & Komplotannya, Imung serta Keluarga Cemara bisa menjadi tonggak perjalanannya sebagai sastrawan yang telah menulis novel sebelum ke Jakarta atas ajakan Yulius Siyaranamual (Pemred Majalah Kawanku). Semesra Merapi-Merbabu, The Circus di antaranya.  

Mas Wendo bisa bergaul dengan berbagai kalangan. Termasuk sastrawan WS Rendra, Umar Kayam, M. Sobari dan mereka diberi ruang untuk menulis di Majalah HAI. Sekali lagi, ia seperti anti mainstream. Lha, penulis senior dan serius "diminta" untuk menulis di majalah remaja yang nota bene lebih mengetengahkan "hiburan". 

Namun isi majalah HAI saat itu, bukan Hiburan dengan H besar. Ada nilai-nilai edukasi. Termasuk aku yang digiring untuk menulis remaja daerah berprestasi. Atau tentang apa saja yang bisa berguna untuk orang muda. "Kalau kita ndak menulis, ya mereka tenggelam. Ndak muncul," cetusnya serius.

Beberapa hari lalu, aku dikabari eks anak buah Majalah HAI 80an kalau Mas Wendo sakit. Dari FB yang dikirimkan ke aku, ia tidur meringkuk di rumah. Sementara di depannya ada beberapa yang kukenal: Harry Tjahjono (penulis skenario Si Doel Anak Sekolah), Mas Slamet Rahardjo dan lainnya foto-foto. Hari ini, Jumat pukul. 17.50 an ada kabar kepergian lelaki flamboyan kelahiran Solo 1949.  

Selamat jalan, Mas Wendo. ***  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun