Di bawah ini adalah sebuah percakapan antara Sejarawan asal Australia (SA) dan Sejarawan asal Indonesia (SI) yang saya kutip di salah satu warung kopi di kampung Sukagoblok. Sebenarnya Sejarawan Australia sedang berbicara dengan pemilik warung, namun tiba-tiba Sejarawan Indonesia yang sedang duduk di sampingnya memotong pembicaraan mereka.
SA: "PKI sebenarnya adalah akronim dari Partai Komunis Indonesia. Namun semenjak Jenderal Soeharto berhasil mengkudeta Soekarno melalui sebuah kudeta merangkak, PKI menjadi idiom atas segala kejahatan, baik internal maupun eksternal.
SI: "Tau apa Anda? Belagu Anda! Saya menyaksikan sendiri apa yang telah mereka lalukan di negara ini!"
SA: ( Bingung) "Maaf, Bung. Apa yang hendak Anda sampaikan?"
SI: "Coba, coba jelaskan apa yang Anda tahu tentang PKI, silahken!"
SA:"Baik, saya teruskan. Pada tahun 1917, Henk Sneevlit, seseorang yang nantinya hendak dibuatkan patungnya di depan Monas oleh Bung Karno, di..."
SI:(Memotong) "Langsung saja ke intinya, Bung!"
SA:(Bingung) "Intinya dimana? Bagaimana kita bisa mengenal Tuhan Jesus jika kita tak tahu bagaimana ia dilahirkan oleh Maria? baga..."
SI:(Memotong) "Tak perlu juga aku mengenal Tuhan Jesusmu!"
SA: "Baiklah. Bagaimana kita hendak mempelajari Islam jika kita tak tahu saat-saat Muhammad menerima wahyu pertamanya? baga..."