Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Siapa Paling Layak Menjadi Moderator, Karni yang Senior atau Nana yang Tajam?

24 Januari 2019   22:13 Diperbarui: 25 Januari 2019   06:07 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: dokumen pribadi

Najwa Shihab sering kali mengoreksi jawaban narasumber dengan pertanyaan-pertanyaan memancing tetapi menjebak.

Namun, bagi sebagian orang, Nana dianggap pewawancara yang kurang etika. Pro dan kontra terhadap performa Nana sebagai host sekaligus pewawancara kerap menjadi perbincangan.

Ya, Nana memang kerap memotong penjelasan narasumber atau kadang-kadang ia malah menjadi investigator -- bukan pewawancara. Sehingga, yang kerap terjadi, jawaban dan/atau penjelasan narasumber yang utuh malah sering tidak (sempat) tersampaikan.

Lalu, bagaimana dengan Karni?

Karni Ilyas adalah tokoh jurnalis dan merupakan wartawan senior yang cukup sukses. Pertanyaan Karni, di Indonesia Lawyer Club, seperti kerap saya lihat, selalu sedikit dan pendek. Ia tampak membiarkan dan memberi peluang pada narasumber untuk mengungkapkan semua jawaban dan penjelasan secara utuh. Dan lengkap.

Banyak pemirsa, dan teman-teman saya juga, mengatakan mereka sangat menyenangi ILC. Diskusi yang terkadang berlangsung hingga larut malam itu hampir tak pernah sepi dari perdebatan pesertanya. Malah adakalanya terasa panas, sebab ada saja narasumbernya yang beradu argument dengan sangat lantang seperti hendak berkelahi.

Tetapi, ternyata, banyak pula teman-teman saya yang tidak menyukainya. Termasuk saya.

Kekurangan ILC, menurut saya adalah: Karni kerap membiarkan narasumber menjawab atau memberikan penjelasan sesuai skenario yang sudah terlanjur disiapkan dari rumah. Semua isu atau tema berusaha ditarik ke skenario itu. Misalnya; saat bicara HAM, jawaban narasumber malah soal agama. Saat bicara ekonomi, jawabanya malah soal ulama.

Sama seperti Najwa, Karni juga pernah disorot dan ramai diperbincangkan. Ini terjadi setelah Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU DIY mengeluarkan fatwa haram menonton tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC).

PWNU DIY menilai acara ILC  sarat provokasi dan mencemarkan nama baik.

Fatwa haram itu dikeluarkan PWNU DIY hanya beberapa hari usai Mahfud MD, sosok yang tak jadi mendampingi Presiden Joko Widodo sebagai calon wakil presiden, berkisah di acara Indonesia Lawyers Club.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun