Mohon tunggu...
Azizah Saffa
Azizah Saffa Mohon Tunggu... Pelajar -

"Dosa terbesar kaum terpelajar adalah membiarkan umurnya habis tanpa karya tulisan" # Pengkiblat Pramoedya Ananta #Penikmat musik Jazz dan fashion design # Penggemar teater

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bullying (Bukan) Tradisi

21 Juni 2016   10:45 Diperbarui: 24 Juni 2016   21:44 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bullying (penindasan) bukanlah sebuah hal yang awam lagi bagi kita. Masalah bullying sudah mendunia. Tidak hanya di Indonesia, kasus bullying bahkan sudah marak terjadi di Amerika dan Jepang. Data National Mental Health and Education Center pada tahun 2015 mengungkapkan 15%-16% siswa merupakan korban dan pelaku bullying.

Penindasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti perbuatan yang memperlakukan dengan sewenang-wenang melalui kekerasan. Tema utama yang terekam mengenai perilaku bullying adalah eksploitasi yang lemah oleh yang kuat, bukan secara tidak sengaja namun secara purposif atau bertujuan.

Bullying tidaklah sama dengan occasional conflict atau pertengkaran biasa yang umum terjadi pada anak. Konflik pada anak adalah normal dan membuat anak belajar cara bernegosiasi dan bersepakat satu sama lain.Sedangkan bullying merujuk pada tindakan yang bertujuan menyakiti dan dilakukan secara berulang.

Melihat data The Annual Bullying Survey2016, 50% orang di dunia pernah dibully. Dan 44% korbanbully berakhir depresi. Mirisnya, pada tahun 2015 menurut survey Latitude News, Indonesia menempati urutan kedua dari lima negara yang melakukanbullying di sekolah. Di Indonesia, kasus bullying sudah banyak terjadi di berbagai kalangan, dari SD hingga perguruan tinggi. Contohnya salah satu Sekolah Menengah Atas di Jakarta Selatan. Sebanyak 13 murid kelas XII dikeluarkan dari sekolah akibat meminta uang kepada kelas X, yang mana jika kelas X tidak memberikan uang, maka anak itu akan disiksa dan disakiti.

Belum lama ini juga diberitakan kasus bullying di salah satu SMA negeri di Jakarta pula. Penyebabnya sangat sepele, bullying berawal saat para pelajar kelas XII mengetahui salah satu pelajar kelas X yang mengunjungi sebuah kafe untuk menjadi seorang DJ. Dalam benak mereka, para adik kelasnya itu belum pantas pergi ke tempat tersebut. Kemudian, para pelajar kelas XII memanggil para pelajar X untuk memberikan hukuman kepada mereka. Salah satu bentuk hukumannya adalah menjadikan kepala para adik kelasnya itu sebagai asbak rokok.

Tindakan bullying seperti kalangan pelajar dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor terjadinya bullying yang pertama adalah disebabkan karena lingkungan rumah yang keras. Dalam lingkungan keluarga khususnya, jika orang tua mendidik dengan kekerasan, anak akan mengimitasi berbagai kelakuan orang tuanya. Dengan begitu, anak menganggap benar bahasa kekerasan seperti apa yang sering dilihatnya di rumah. Yang kedua adalah pengaruh media. Survey yang dilakukan kompas (Saripah, 2006) memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya sebanyak 64% meniru geraknya dan 43% meniru kata-katanya. Karena faktanya, manusia memproses lebih dari 90% informasi melalui mata, sedangkan 10% lainnya dipengaruhi oleh indra sentuhan, penciuman, dan suara.

Salah satu contoh kegiatan ekstrakulikuler yang masih ada tindakan bullying di beberapa sekolah di Jakarta adalah ekstrakulikuler tari saman. Hal ini pun terjadi di sekolah tempat penulis menuntut ilmu. Saman, ekskul yang seluruh anggotanya merupakan perempuan ini sangat disegani oleh civitas akademik. Bagaimana tidak? Setiap tahun ekskul ini memberikan 2 hingga 3 piala ke sekolah. Jelas, karena setiap hari mereka melakukan latihan, latihan, latihan. Tapi nyatanya, di balik kebanggaan guru-guru terhadap mereka, ada kepahitan tersendiri di belakangnya.

Ekskul saman dikenal sebagai ekskul terkeras dan senioritas di antara siswa siwi. Saat itu sekolah sedang mengadakan MOS gabungan ekskul di satu hari yang sama. Terlihat ekskul saman adalah yang terkalut dari seluruh ekskul. Bayangkan, semua peserta MOS saman harus mengenakan baju saman dengan kerudung yang dilingkari peniti. Bukan hanya itu, mereka juga dihardik sedemikian keras bahkan ada salah satu ibu peserta yang sedang kritis di rumah sakit dan peserta itupun masih juga dipersulit untuk izin pamit.

Hal lain yang dipersulit adalah ketika anggotanya ada yang memutuskan keluar dari ekskul saman. Korban harus dihardik dan dicaci maki para senior seorang diri terlebih dahulu. Tak jarang kata-kata kasar dan bengis diucapakan para senior tepat di samping telinga  korban. Ia pun dilarang untuk menceritakan masalah itu kepada orang lain. Mungkin masalah ini belum selesai sampai sekarang jika sekolah tidak turun tangan menengahinya. Apakah hal itu tidak termasuk bullying?

Bullying bisa memunculkan masalah serius bagi penindas dan korban. Dalam artikelnya tahun 1997, Ron Banks memaparkan sebuah penelitian di Skandinavia yang mengungkapkan bahwa ada koneksi yang kuat antara bullying yang dilakukan siswa di sekolah menjadikan siswa tersebut bertindak sebagai seorang kriminal di kehidupan dewasanya nanti. Sedangkan korban bullying akan menjadi anak yang tidak percaya diri di masyarakat dan selalu merasa ketakutan bahkan keinginan untuk bunuh diri.

Tindakan bullying khususnya di Indonesia merupakan masalah yang sangat memprihatinkan. Ironisnya bullyingsudah menjadi kewajaran di masyarakat. Mirisnya lagi 2 dari 4 orang tua mengetahui anaknya dibully. Hal ini sudah tidak bisa diabaikan lagi. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga psikologis anak dan remaja. Bullying dapat dicegah jika orang tua dan anak saling berkomunikasi dan terbuka, seperti menyediakan waktu untuk mendengarkan anak bercerita, mencoba mengenal teman-teman anak di sekolah, serta mengajarkan anak untuk berani berkata tidak. Dengan begitu, anak dan remaja dapat mengetahui cara bersosialisasi dan berinteraksi yang tepat di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun