Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingya Mendidik Orang Tua Dengan Budaya Tertib

8 Agustus 2015   15:00 Diperbarui: 8 Agustus 2015   15:00 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

 

Oleh Tabrani Yunis

Pengelola Majalah POTRET

Mendidik dan mengajar orang tua dengan tata tertib? Ah, apakah itu tidak salah ucap?  Masa sih orang tua harus dididik dan diajarkan tata tertib? Bukankah orang tua adalah pengajar, pendidik, pembimbing bagi anak-anak mereka?  Bukankah yang seharusnya dididik dan diajarkan tata tertib itu kepada anak-anak, karena anak-anak memang masih dalam masa belajar, masa anak-anak yang masih belum tahu bagaimana berperilaku tertib dan menjadi masa-masa mendapatkan bimbingan dan pengajaran dari orang tua di rumah?  Terlalu banyak pertanyaan yang muncul di benak dan mulut kita pastinya, bila membaca ada yang mengatakan pentingnya mendidik orang tua dengan budaya tertib itu.

Ya, memang akan sangat banyak pertanyaan yang muncul. Apalagi bila dijawab bahwa sesungguhnya, ini memang bukan salah ucap. Bukan pula salah untuk menulisnya seperti tulisan ini. Karena banyak yang akan berkata, manalah mungkin demikian orang tua harus diajarkan lagi tata krama dan budaya tertib. Akan terjadi berbagai macam resistensi atau penolakan, bila dikatakan penting mendidik orang tua dengan budaya tertib. Pasti banyak orang yang tersinggung dan bahkan marah. Dikatakan marah, karena biasanya orang tidak mau mengakui kesalahan, apalagi kalau itu adalah kesalahan orang tua. Orang tua, pasti tidak mau disalahkan. Kalau pun ada salah, itu namanya silap. Namun, kalau silap atau khilaf itu diulang-ulang, apakah itu bukan sebuah kesalahan yang dipelihara?


Terlepas dari semua pertanyaan dan resistensi dari orang tua atau masyarakat dengan ungkapan penting mendidik orang tua dengan budaya tertib tersebut, Bila kita semua peduli dan peka melihat perubahan tingkah lakuk masyarakat. Pasti kita akan setuju terhadap ungkapan di atas. Realitas yang di masyarakat selama ini banyak yang bisa kita jadikan sebagai indicator dan bahan argumentasi bahwa memang sudah sangat penting untuk mendidik orang tua dengan budaya tertib tersebut. Banyak sekali, tentu tidak semua orang tua yang tidak tertib. Beberapa indicator tersebut dapat kita gunakan. Cukup dengan mengamati segala realitas di sekitar kita saat ini.

Di jalan raya?

Jalan raya adalah cermin yang sangat memudahkan kita untuk mengamati perilaku orang tua dalam budaya tertib. Ya, tentu dalam budaya tertiba berlalu lintas. Banyak sekali orang tua ( maaf, kita tidak bisa menyebutkannya dengan valid jumlah orang tua yang tidak tertib di jalan raya). Namun, pasti banyak di antara kita yang sudah mengamati, bahkan merasa sangat jengkel dengan perilaku orang tua dalam berlalulintas di jalan raya. Baik yang menggunakan kenderaan roda dua, maupun roda empat dan bahkan roda tiga seperti becak dan sebagainya. Apa saja perilaku buruk kebanyakan orang tua di jalan raya tersebut?

Pasti banyak perilaku buruk yang bisa kita amatai dan catat. Misalnya, ada orang tua yang suka melanggar rambu lalu lintas. Celakanya, banyak orang tua yang melanggar rambu lalu lintas dengan menunjukkan langsung kepada anak. Cobalah perhatikan ketika orang tua yang mengendarai sepeda motor atau mengemudi mobil, bahkan mobil mewah pun menerobos lampu lalu lintas dengan anaknya yang duduk di depan atau dibelakang, tanpa malu-malu mengajarkan anak mereka untuk tidak tertib di jalan raya. Lebih celaka lagi, orang tua yang melanggar dan menerobos lampu lalu lintas tersebut, bukan hanya orang awam, tetapi bisa oknum polisi atau Polantas sendiri, oknum tentara yang katanya sangat disiplin tersebut, guru yang katanya pendidik dan lain-lain. Pokoknya, bisa dari berbagai kalangan orang tua, tanpa kecuali.

Selain menerobos lampu lalu lintas, banyak pula orang tua yang saat mengantarkan anak-anak mereka ke sekolah, atau kapan saja dan dimana saja saat ingin menggunakan jalan raya, yang mereka berada di jalan satu arah, mengambil jalur salah. Sekali lagi, pelanggaran itu dilakukan bersama anak yang duduk di depan atau di belakang sepeda motor atau mobil. Anak secara l;amngsung merasakan bagaimana bimbingan buruk orang tua atau ketidakpatuhan orang tua terhadap tata tertib di jalan. Padahal, banyak sekali orang tua yang bersama anak-anak menjadi korban kecelakaan akibat dari tidak patuh dan taat pada budaya tertib di jalan. Yang celakanya di sini adalah orang tua tidak sadar kalau mereka sudah mendidik anak-anak mereka untuk keluar dari budaya tertib di jalan raya. Wajar saja banyak anak yang kini menjadi generasi penyeruduk dan pelanggar tata tertib di jalan raya. Jadi kalau anak sekarang suka ugal-ugalan, melanggar aturan lalu lintas, bukan karena salah anak, tetapo karena salah orang tua yang secara sadar atau tidak, sengaja atau tidak, sudah melatih anak sejak dalam kandungan untuk tidak tertib di jalan raya. Tentu masih banyak perilaku buruk orang tua yang tidak mengikuti budaya tertib di jalan raya. Perilaku yang perlu diubah dengan secepatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun