Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tebarkan THR di Malam Ramadan

11 Juni 2018   01:43 Diperbarui: 11 Juni 2018   01:50 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Tabrani Yunis

Pembicaraan mengenai THR saat ini, kala hari Raya semakin dekat, tensinya sudah menurun. Artinya, pembicaraan mengenai THR tidak segencar saat berada di pertengahan Ramadan yang setiap hari orang berbicara soal THR di mana saja dan kapan saja. Bagai tiada hari tanpa bicara soal THR. Halaman Kompasiana pun setiap hari penuh dengan cerita atau kisah dan ulasan mengenai THR. 

Walau para Kompasianer tidak semua berprofesi sebagai pegawai Negeri (PNS) atau kini disebut AS, atau juga bukan pegawai di perusahaan yang menyediakan THR. Mereka sangat mahir memperbincangak soal THR dar berbagai perspekstif. Apalagi di kalangan para pegawai di pemerintahan dan swasta, THR  selalu ada dalam ingatan. Mengapa di dalam ingatan? Jawaban pastinya adalah karena THR itu memang sangat diharapkan ada dan dibayar oleh pemerintah atau pun perusahaan. 

Para pegawai pemerintah dan swasta  sepertinya memang  sangat diperlukan adanya THR untuk  memenuhi segala kebutuhan saat hari raya  sangat besar. Makanya, ketika THR dicairkan oleh pemerintah maupun perusahaan, tidak banyak lagi terdengar keriuhan pembicaraan mengenai THR.

Hilangnya pembicara mengenai THR tersebut, mungkin, bagi para ASN atau pegawai negeri maupun pegawai swasta sudah menerima THR dan sudah membelanjakannya untuk keperluan hari raya Idul Fitri mendatang. Meeka sudah merasa lega dan bahagia bisa memenuhi kebutuhan di hari raya nanti. Syukurlah. Kita tidak tahu, apakah tahun depan masih ada THR tersebut. Siapa tahu di tahun 2019 nanti, THR tidak ada lagi, kecuali gaji ke 14 atau ke sebelasan lainnya.

Nah, ketika banyak orang mengulas , membicarakan soal THR, maka sejalan dengan berjalannya tradisi pemberian dana THR yang merupakan singkatan dari Tunjangan Hari Raya itu, pemahaman umum di masyarakat kita ketika  membaca THR, umumnya orang berorientasi uang. Yang namanya THR adalah dana tunjangan hari raya. Padahal, bila kita kaji lebih jauh, THR itu tidak selamanya dana langsung seperti sekarang. Buktinya, Kompasiana juga mengadakan acara yang sama. Ya, sama -- sama memberikan THR kepada para Kompasianer. 

Bedanya, kalau ASN dan pegawai di perusahaan atau swasta, sama-sama mendapatkan THR. Sementara di Kompasiana tidak. Para Kompasianer harus mengikuti cara-cara dana segala macam persayaratan untuk mendapatkan THR di Kompasiana. Bukan hanya itu, bagi Kompasiana, THR itu bukan Tunjangan Hari Raya, akan tetapi Tebar Hikmah Ramadan. Jadi THR juga bukan? Masih ada lagi THR yang lain, yang sebenarnya bukan uang.

Namun, yang sangat menarik untuk diulas, sesungguhnya THR yang sangat menarik tersebut adalah THR yang menempatkan kita sebagai pemberi, bukan sebagai penerima. Bentuknya, bukan selamanya uang, tetapi dalam bentuk lain, ya sebut saja berupa kebaikan. Salah satunya adalah THR di Kompasiana yang kita sebut Tebar Hikmah Ramadan.

Nah, dalam konteks " Tebar Hikmah Ramadan", para kompasianer adalah para pemberi (giver). Sebagai pemberi,  mereka berada pada posisi yang mulia. Ya, pada posisi yang terhormat. Ingatkan dengan apa yang selalu kita dengar dari para ulama? Tangan di atas itu lebih baik dari tangan di bawah. Artinya, memberi sesuatu, bersedekah itu lebih baik dari penerima atau meminta-minta sedekah.  

Betul bukan? Betapa tidak, ketika orang-orang lain, seperti ASN dan pegawai perusahaan atau swasta berharap bahkan menuntut bisa menerima THR, para Kompasianer malah sebaliknya memberikan THR kepada semua orang, dimana saja dan kapan saja. Pemberiaan itu bukan hanya satu kali, seperti ASN dan pegawai p[erusahaan swasta, tetapi berkali-kali tanpa pamrih.  

Pemberian yang terus mengalir, walaupun mereka tidak mendapatkan bayaran dalam bentuk finansial. Mereka memberikan THR lewat media tulisan di Kompasiana, kapan saja, dimana saja dan dalam bentuk apa saja, baik puisi, opini, feature dan lain-lain. Semakin banyak mereka berbagi lewat tulisan tersebut, Insya Allah semakin banyak orang yang bisa menerima hikmah dari tulisan mereka. 

Ya, mereka memberikan hikmah, karena ketika mereka menulis dan atau menebarkan kebaikan atau hikmah Ramadan dan lainnya di bulan Ramadan, maka sepanjang Ramadan mereka terus beramal, berbagi ilmu, pengetahuan, pengalaman dan ilmu-ilmu lainnya. Mereka berbagi dengan penuh semangat hingga tengah malam, dan menjelang waktu sahur. Mereka dengan suka rela berbagi hikmah Ramadan kepada semua orang yang suka mengambil hikmah dari tulisan mereka.

Jadi, apa yang diberikan oleh para Kompsianer kepada generasi bangsa lewat THR, tebar Hikmah Ramadan ini merupakan salah satu bentuk kontribusi anak bangsa untuk melakukan upaya pencerdasan anak bangsa. Inilah THR yang sejati. THR yang bahkan dibawa mati. Oleh sebab itu, kita ingat dan sadar bahwa THR itu bukan hanya Tunjangan Hari Raya, tetapi juga Tebar Hikmah Ramadan yang sangat produktif dan bermanfaat bagi umat. 

Kalau ingin bisa menanam amal yang lebih banyak, maka manfaatkanlah malam-malam Ramadan ini dengan menulis, tebarkan hikmah Ramadan. Insya Allah, THR  dalam bentuk finansial dan dalam bentuk nirfinansial yang lebih besar dan dahsyat akan sering datang tiba-tiba.  

Tulisan ini, merupakan salah satu contoh tulisan yang dimaksudkan untuk tebar hikmah di bulan Ramadan. Tulisan yang ditulis di tengah malam bulan Ramadan. Semoga kita bisa terus mengubah diri kita dari pengejar atau pemburu dana THR, menjadi Pemberi THR.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun