Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mudik Lebaran di Aceh? Waspadalah

10 Juni 2018   08:34 Diperbarui: 11 Juni 2018   10:10 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arus mudik atau arus pulang kampong di hari ke 24 kian terasa dan berdenyut di Aceh. Mungkin juga di daerah-daerah lain di tanah air. Sudah banyak yang tidak sabar untuk bisa pulang ke kampung halaman, tanah kelahiran untuk bertemu ayah dan bunda atau sanak keluarga. Di Aceh, minggu ini di semua universitas negeri dan swasta sudah mengakhiri kuliah semasa puasa ini. Sehingga para mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah sudah mulai pulang kampung alias mudik dengan menggunakan berbagai moda transportasi.

Bagi yang memiliki sepeda motor, mereka nekat pulang kampung dengan mengendarai sepeda motor sendiri atau juga ada yang menumpang dengan kawan sekampung. Ada yang nekat sendirian, ada pula yang pulang bergerombolan. Sementara bagi yang tidak punya atau memiliki kenderaan sendiri atau sepeda motor sendiri, pilihan terbaik adalah dengan menggunakan jasa angkutan umum. 

Untuk wilayah Aceh, barangkali tidak sama seperti di Jawa yang memiliki moda transportasi massal seperti kereta api, kapal laut seperti kapal Kambuna dan apa sajalah namanya. Di Aceh, kereta api masih sebagai mainan, karena hanya baru menyelesaikan sekitar 11 kilometer yang menghubungkan dua kota kecil di Aceh Utara. Moda transportasi mudik di Aceh hanya dengan mengandalkan angkutan bus umum dan angkutan antara kota dalam provinsi seperti jenis L 300 atau tarvelo dan Hiace. 

Hanya angkutan-angkutan jenis ini yang melayani perjalanan masyarakat di Aceh ke berbagai daerah atau pelosok. Jadi masih sangat terbatas. Ya, wajar sajalah, daerah ini sejak dahulu memang daerah yang terkucil di negeri ini. Bila antar provinsi, bisa dengan pesawat dan tidak membuat kondisi lalu lintas di jalan raya memburuk.

Ramainya mahasiswa yang pulang mudik, membuat para mahasiswa harus cepat memesan tiket angkutan ke daerah masing-masing. Semakin cepat memesan tiket angkutan, maka semakin baik. Artinya tidak terlambat. 

Sebab, kalau terlambat, akan memberikan dampak yang kurang enak, karena bisa saja seat atau tempat duduk yang diinginkan, tidak diperoleh. Bahkan, bisa jadi kehabisan tiket dan terlantar. Apalagi kalau jumlah angkutannya tidak berbading lurus dengan jumlah orang yang mudik dengan angkutan umum tersebut, berabe bukan?

Harian Serambi Indonesia edisi 09 Juni 2018 memberitakan bahwa untuk menangani arus penumpang mudik di wilayah Aceh, Dinas Perhubungan (Dishub) Aceh, pada musim mudik Lebaran tahun 2018 ini, telah menyiapkan 3.833 bus layak operasi, dari 103 perusahaan angkutan penumpang yang beroperasi di wilayah Aceh. 

Untuk jurusan antarprovinsi disediakan 602 unit bus dari 19 perusahaan angkutan penumpang dan jurusan antarkabupaten/kota sebanyak 3.231 unit dari 84 perusahaan angkutan penumpang. Kecuali itu, masih ada 40 bus cadangan dari tiga perusahaan, termasuk DAMRI.

Lumayan banyak jumlahnya bukan? Ya, tentu saja sangat banyak. Namun,  jumlah itu bisa jadi belum cukup.  Sejalan dengan meningkatnya jumlah pemilik kenderaan pribadi seperti sepeda motor, becak dan mobil pribadi, maka akan sangat banyak orang yang mudik dengan menggunakan sepeda motor atau membawa mobil pribadi dengan berbagai alasan yang mengharuskan mereka mengendarai kenderaan pribadi. 

Dengan demikian, arus kenderaan di jalan raya akan padat dan bisa menyebabkan banyak hal yang tidak diinginkan. Apalagi selama ini banyak orang yang bisa memiliki mobil atau kenderaan pribadi, sayangnya tidak diikuti oleh pengetahuan dan ketrampilan mengemudi yang andal. Kebanyakan hanya bisa mengemudi, tetapi buta aturan lalu lintas. 

Semakin banyak mobil di jalan, maka semakin banyak orang yang tidak sadar akan aturan atu norma berkenderaan di jalan raya. Jalan raya selama menjelang hari H, Idul Fitri, akan sangat rawan dengan kecelakaan lalulintas yang bisa menyebabkan kehilangan banyak nyawa, seperti yang terjadi pada masa mudik di tahun sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun