Mohon tunggu...
Lupin TheThird
Lupin TheThird Mohon Tunggu... Seniman - ヘタレエンジニア

A Masterless Samurai -- The origin of Amakusa Shiro (https://www.kompasiana.com/dancingsushi)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Sony dan Bisnis Angkasa Luar

22 April 2018   07:52 Diperbarui: 23 April 2018   15:15 2735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.mao.kiev.ua

Angkasa luar memang objek yang selalu menarik untuk dibahas. Selain karena ambisi dan rasa keingintahuan manusia ---misalnya memikirkan planet apa di angkasa luar yang pantas sebagai tujuan perpindahan koloni manusia di masa yang akan datang, maupun untuk mencari apakah ada planet lain di luar angkasa sana yang ekosistemnya menyerupai planet "biru" kita--- melainkan juga karena angkasa luar bisa dijadikan lahan baru bagi para pelaku bisnis. Menurut data yang dirilis oleh Perkumpulan Perusahaan Aerospace Jepang pada tahun 2016, pangsa pasar bisnis angkasa luar bernilai kurang lebih 329 triliun dolar.

Jumlah tersebut tentunya menggiurkan bagi pelaku bisnis, tak terkecuali bagi para pelaku bisnis di Jepang, sehingga mereka berebut ingin menikmati juga porsi dari "kue pie" itu.

Meskipun "kue pie" bisnis angkasa luar kelihatan menjanjikan, Jepang memang belum terlihat begitu agresif untuk terjun ke situ. Faktanya bisa dilihat dari detil data yang telah disebutkan di paragraf sebelumnya. Jumlah total peluncuran roket oleh Jepang ke angkasa luar masih sedikit. Jepang hanya meluncurkan 4 roket saja, sementara India sudah mampu meluncurkan 5 roket. Jumlah ini masih tergolong sedikit bila dibandingkan dengan jumlah roket yang diluncurkan oleh Eropa, Tiongkok, Amerika, dan Rusia yang memegang rekor peluncuran tertinggi sebanyak 27 roket.

Namun melihat perkembangan yang terjadi akhir-akhir ini, yaitu dengan banyaknya kalangan swasta, selain tentunya pihak pemerintah, yang ambil bagian untuk memeriahkan bisnis angkasa luar (dengan salah satu contohnya seperti kita banyak tahu yaitu bisnis angkasa luar yang dikembangkan oleh SpaceX) maka perusahaan Jepang pun mulai bergerak untuk menjajaki bisnis angkasa luar.

Misalnya banyak pabrik kecil di sudut-sudut kota yang biasa disebut machikouba yang berinovasi (terutama setelah krisis finansial melanda dunia yang dipicu oleh Lehman Shock) untuk membuat sparepart yang dibutuhkan untuk keperluan angkasa luar, dan kemudian berhasil mengembangkan usahanya. Walaupun, dengan terpaksa ada juga beberapa yang gagal, kemudian mau tidak mau perusahaannya harus gulung tikar.

Keberhasilan machikouba dalam menggarap bisnis angkasa luar ini juga kemudian dibuat novel sampai drama televisi yang ditayangkan dengan judul yang sama yaitu Shitamachi Roketto (roket buatan Shitamachi--suburb) yang populer beberapa waktu yang lalu. Contoh lain, perusahaan kontraktor sekelas Obayashi juga merencanakan untuk membuat Space Elevator, yang rencananya nanti bisa menghubungkan bumi dengan angkasa luar. 

Tak terkecuali Sony
Sony sebagai perusahaan elektronik yang memang kita kenal dengan produknya yang inovatif, juga tidak mau ketinggalan untuk terjun ke bisnis luar angkasa. Beberapa waktu yang lalu, kamera Alpha 7s II buatan Sony merupakan kamera (komersial) pertama di dunia yang berhasil mengambil video (juga gambar) dengan resolusi 4K di angkasa luar dari sarana lab percobaan Jepang Kibou di ISS (stasiun angkasa luar internasional).

Kalau kita berbicara tentang Sony, tentunya tidak akan mudah untuk memisahkannya dengan usaha bangkitnya Jepang dari kehancuran setelah kekalahannya pada PD ke-2 pada tahun 1945. Sony didirikan setahun setelah itu, yaitu pada tahun 1946 dengan nama Tokyo Tsuushin Kougyou Kabushikigaisha, yang dimotori oleh Ibuka Masaru, Morita Akio dan beberapa orang muda lain yang berjumlah 20 orang. Nama Sony sendiri, mulai dipakai pada produknya 9 tahun kemudian, dimana saat itu Sony meluncurkan produk radio transistor pertama di Jepang.

Nama Sony diambil dari Bahasa Latin "Sonus", yang artinya suara, serta "Sonny", yang berarti kecil. Para pendirinya berharap bahwa walaupun perusahaan mereka kecil, namun karena pegawainya adalah kumpulan orang muda yang energik, maka di masa depan agar bisa lebih "bersuara" dalam arti menghasilkan produk yang bisa membuat decak kagum dunia. Dan rasanya, harapan itu bukanlah fiksi belaka, karena saat ini kita bisa menyaksikan bahwa Sony memang bisa menghasilkan produk elektronik yang menarik.

Dari nama Sony yang berhubungan erat dengan suara, maka tidak heran jika Sony banyak mengeluarkan produk elektronik yang berhubungan dengan suara. Salah satunya produk yang melegenda dan melekat erat pada nama Sony adalah Walkman, yang dirilis ke pasaran pertama kali pada tahun 1979.

Kemudian teknologi lain yang berhubungan dengan suara yang dimiliki Sony adalah teknologi (pembuatan) Compact Disk (CD), yang saat itu dikembangkan bersama dengan Philips. Teknologi CD inilah yang ingin dipergunakan Sony untuk masuk ke bisnis angkasa luar, tepatnya dengan memanfaatkan/mengaplikasikan teknologi laser (optik) yang digunakan di sana.

Saat ini, gelombang radio dipakai untuk komunikasi angkasa luar. Frequensi gelombang yang digunakan sekitar 40GHz (GigaHertz). Dengan frequensi yang termasuk rendah seperti ini, maka jumlah data yang bisa dikirimkan juga terbatas. Di samping itu, semakin rendah frekuensinya maka kemungkinan sebarannya makin melebar sehingga otomatis bisa menyebabkan ganguan (interferensi) antar gelombang yang berdekatan, serta membutuhkan antena yang besar untuk mengirim dan menerima sinyal.

Teknologi laser pada CD menggunakan frekuensi gelombang yang lebih tinggi, yaitu sekitar 100 sampai 200 THz (TeraHertz), sehingga kecepatan komunikasi data dan besaran data yang bisa dikirimkan bertambah secara signifikan. Teknologi visual saat ini yang bisa menghasilkan gambar dengan resolusi tinggi, otomatis membuat besaran datanya juga membengkak. Sehingga sarana komunikasi yang bisa mengantisipasi lonjakan besaran data ini sagat mendesak.

Module Optik yang dipasang di Lab Kibou di ISS (nikkan.co.jp)
Module Optik yang dipasang di Lab Kibou di ISS (nikkan.co.jp)
Dengan teknologi laser (optik), maka antena yang dibutuhkan untuk mengirim serta menerima data bisa dibuat sekecil mungkin. Contohnya dengan kecepatan data 240 Mbps pada komunikasi dengan gelombang radio, dibutuhkan antena dengan diameter 3.6 m. Namun untuk kecepatan data 1.8 Gbps melalui teknologi laser, hanya membutuhkan antena dengan diameter 10-15cm. Ini juga yang membuatnya praktis untuk disematkan pada satelit mini yang sekarang menjadi tren.

Lalu karena besaran beam optik juga lebih kecil dibandingkan dengan gelombang radio, maka gangguan interferensi bisa diminimalisasi (dihilangkan). Contohnya jika menggunakan gelombang radio Ka Band (40 GHz), maka beam nya bisa mencapai radius 100 Km (seluas daerah Kanto ---meliputi Tokyo, Kanagawa, Chiba, Saitama, Tochigi, Gunma dan Ibaraki). Akan tetapi, kalau menggunakan laser optik besaran beam-nya "hanya" sekitar 300 m (seluas Tokyo Dome).

Namun sempitnya beam optik ini menjadi kendala, yaitu dibutuhkan presisi tinggi antara antena pengirim dan penerima, apalagi jika satelit sedang bergerak di orbit. Hal inilah yang sekarang sedang diteliti/dikembangkan lebih jauh agar kendala ini nantinya bisa diantisipasi dengan lebih baik.

Sony tampaknya serius sehingga menggandeng JAXA (Badan Antariksa Jepang) dalam mengembangkan teknologi laser untuk komunikasi angkasa luar. Sony menargetkan dalam jangka waktu 2 tahun spesifikasi plus uji coba teknologinya bisa selesai, sehingga kemudian bisa memproduksi alatnya secara masal setelah itu.

Sony sebagai perusahaan yang mempunyai spirit untuk menjadi pionir teknologi ---dengan membuat apa yang orang lain tidak lakukan, sekaligus selalu membuat produk yang bisa menggelitik rasa keingintahuan kita--- saat ini sedang berusaha bangkit, semenjak aktivitasnya agak "lesu" karena beberapa bisnisnya, seperti komputer (laptop) dan televisi ternyata profitnya jauh dari harapan. Dengan masuknya Sony di bisnis angkasa luar, tentunya menarik untuk dicermati.

Apakah kita akan bisa melihat logo Sony pada satelit yang diluncurkan di masa datang, dengan Aibo sebagai navigatornya, yang kemudian berkomunikasi dengan satelit pengendali di bumi setelah masuk di orbit menggunakan teknologi komunikasi optik? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun