Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ikut-Ikutan; Di Sana Gak Ada Di Sini Gak Jadi

30 Januari 2016   22:45 Diperbarui: 8 Maret 2016   23:57 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup yang ikut-ikutan itu seperti hukuman mati. Kalau gak ditembak ya digantung.

Kamu suka ikut-ikutan gak?
Semoga gak ya. Karena ikut-ikutan gak banget deh. Ikut-ikutan itu lagi musim. Untuk soal apa aja dan urusan apa ja. Ada lho orang yang kerjanya ikut-ikutan. Apa aja bawaannya mau ikut-ikutan. Ikut yang lagi ngetren. Ikut ngomongin apa saja yang lagi banyak diomongin orang. Sampe-sampe gaya hidupnya serba ikut-ikutan. Follower sejati.

Kamu suka ikut-ikutan gak?
Kasihan juga sih kalo hidup kerjaannya ikut-ikutan. Mengekor doang. Ngikutin fashion yang lagi ngetren ke mana. Ngikutin handphone keluaran terbaru. Ngikutin temen lagi ngapain aja. Ngikutin saingan lagi beli apa saja. Ahh, capek banget hidup kalo ikut-ikutan. Boleh jadi, orang yang ikut-ikutan itu gak punya prinsip dalam hidup. Orang galau yang kerjanya ngintipin apa saja yang dilakukan orang lain. Atau komenin apa saja yang lagi populer, yang lagi banyak diomongin orang. Gitu deh budaya ikut-ikutan.

[caption caption="Ikut-ikutan"][/caption]

Kalo kita tahu hidup itu pilihan, maka untuk apa ikut-ikutan.

Gak usah ikut-ikutan. Direnungin aja. Buat ke depannya biar kita gak ikut-ikutan. Agak aneh aja. Zaman makin canggih tapi kok gaya hidup malah ikut-ikutan. Apa aja diikutin. Pikiran kerjanya mengikuti. Perbuatan mengikuti. Hidupnya serba tergantung pada orang lain. Orang lain ngapain, ikut. Orang lain begini, ikut. Orang lain begitu, ikut. Itu namanya ikut-ikutan. Tanpa pernah disadari. Sekali lagi, follower sejati.

Orang sekarang emang begitu sih. Makin banyak yang ikut-ikutan. Ikutan nyemplung ke air padahal gak bisa berenang. Ikutan ngomongin suatu hal padahal gak paham. Ikut-ikutan, sungguh jadi cikal bakal timbulnya manusia yang sok tahu dan sok angkuh.

Kamu suka ikut-ikutan gak?
Semoga gak ya. Karena orang yang ikut-ikutan kadang suka sok tampil mempesona. Sok memikat. Tapi sayang gak diikuti dengan isi dirinya, isi otaknya. Ikut-ikutan bikin kejebak dalam kebodohannya sendiri. Gagal paham itu terjadi pada orang yang hidupnya ikut-ikutan.

Orang yang suka ikut-ikutan.
Sayangnya kalo dikasih tahu malah nyolot duluan. Diajak bertindak apa adanya, malah ngomel-ngomel bilang hidup-hidup gue gak usah ikut campur deh elo. Dikasih tahu gak usah ngikutin rang lain, malah bilang terserah gue, elo gak usah ikut campur, urusin aja hidup elo sendiri. Hahahaha serem banget sih hidup kayak gitu ….

Ikut-ikutan. Itu berarti ada orang yang diikutin. Dan ada pribadi yang kerjanya mengikuti. Kadang kamu suka lupa. Orang yang kerjanya ikut-ikutan orang lain justru bikin jengkel orang yang diikutin.

Hidup ikut-ikutan itu capek. Hidup yang kamuflase, hidup yang gak apa adanya.
Punya temen suka baca, lantas kepengen jadi orang yang doyan baca. Ikut-ikutan suka baca. Begini nih orang yang suka ikut-ikutan baca:
“Kamu suka baca gak?” dijawab sama orang yang suka ikut-ikutan “Suka”.
"Bagus dong kalo suka baca. Gue sekarang lagi baca buku Gibran nih. The Prophet from The East."
"Oooh iya, Gibran ya." Padahal dalam pikiran orang yang suka ikut-ikutan: "Siapa tuh ya. Aduh pengen browsing nih."

Ikut-ikutan tapi gak paham. Dalam filsafat Jawa disebut “Belo Melu Seton”.
Belajar untuk gak ikut-ikutan. Pikirkan dan lakukan apapun dengan penuh kesadaran, penuh kesungguhan. Bukan karena orang lain, bukan karena ikut-ikutan. Kalo gak paham ya gak usah ikut-ikutan. Kalo gak ahli ya gak usah sok analisis. Biarin aja, tiap soal tiap masalah sudah ada yang ngurusin. Peduli boleh tapi jangan karena ikut-ikutan …. Gampang kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun