Setengah hati itu lawannya sepenuh hati.
Berapa banyak dari kita yang bertindak setengah hati. Gak serius, gak tuntas. Gak sungguh-sungguh. Semua dijalanin karena terpaksa. Melakukan apa kata orang, bukan kata hati. Semua terjadi karena setengah hati. Kamu emang suka setengah hati.
Setengah hati. Anaknya pengen kuliah dimana, orang tua maunya maksa kuliah ke mana. Kerja sih kerja tapi ngejalaninnya setengah hati. Akhirnya gak fokus, pantas hasil kerjanya gak memadai, gak bisa jadi tumpuan. Pengen usaha ini, pengen usaha itu. Belum juga dijalanin udah kebanyakan mikir. Malah gak jadi-jadi usahanya. Itu semua karena kita setengah hati.
Apapun yang kita cita-citakan itu harus diusahakan, bukan hanya diniatkan, diomongin, lalu dilamunkan. Itu mah setengah hati.
Setengah hati itu lawannya sepenuh hati.
Kebaikan aja dibikin setengah hati. Bingung jadinya. Kayak sekarang ini. Banyak orang yang doyan menyebarkan ayat-ayat dan tausiyah kebaikan melalui media sosial atau grup WA/BB. Tapi sayang, semangatnya hanya sebatas menyebarkan saja. Tanpa pernah melakukannya sendiri. Mereka lupa amaliyah itu dilakukan, bukan hanya disebarluaskan. Itulah mind set srtengah hati.
Ujungnya, kebaikan hanya jadi bahan diskusi. Mereka saling mengagungkan kebesaran Allah tanpa mau melakukannya langsung Sementara di luar sana, masih banyak orang yang butuh uluran tangan dari orang pintar yang paham kebaikan tapi tak kunjung datang. Jadi, kebaikan itu sebatas diskusi. Bukan aksi. Sungguh, itu pertanda setengah hati. Kebaikan yang perintahnya sepenuh hati saja. Sekarang malah dibikin jadi setengah hati. Itulah hebatnya orang pintar. Doyan setengah hati.
Kamu setengah hati gak?
Jawab saja sendiri. Dan itu bukan urusan orang lain. Tapi urusan kamu sendiri. Mau setengah hati atau sepenuh hati, itu urusan kamu. Tentunya.
Setengah hati. Apa saja dibikin jadi setengah hati.
Kuliah setengah hati. Usaha setengah hati. Pacaran setengah hati. Kerja setengah hati. Berteman setengah hati. Itulah manusia. Lebih senang bertindak atas dasar “kata orang lain” bukan kata hati. Bukan atas dasar kesadaran diri sendiri. Bertindak, berbuat apa saja karena terpaksa. Setengah hati.
Setengah hati itu lawannya sepenuh hati.
Pantas, kalo tindakan yang setengah hati tidak akan memberi dampak besar. Perilaku yang setengah hati gak punya efek yang bagus. Karena setengah hati. Alias nanggung. Kata ahli agama bilang gak ikhlas ngejalaninnya. Pikirin aja, apa yang kamu lakukan. Sudah sepenuh hati atau baru setengah hati.
Untuk urusan peraturan, kita sering merasa paling tahu. Tapi kita juga yang paling pertama melanggarnya. Katanya korupsi harus diberantas, tapi kita yang mendiamkan ketika korupsi itu terjadi. Katanya narkoba itu membahayakan, tapi kita pula yang toleran pada peredarannya. Katanya mafia migas harus diberantas, tapi kita setengah hati untuk membasminya. Semuanya karena setengah hati, gak sepenuh hati. Lalu bikin pembenaran sendiri, “peraturan kan dibuat untuk dilanggar”. Sadar gak sadar, itu bukti kita setengah hati.
Setengah hati. Bikin semuanya malah kacau balau. Gak konsisten dalam menjalankannya. Kadang ngotot, kadang longgar. Itu semua akibat kita setengah hati. Dalam hal apapun, untuk urusan apapun.