Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah Ibu dan 3 Orang Pria

24 Mei 2015   22:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:39 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pilih kaya, sukses atau cinta ?

Agak sulit untuk menjawabnya. Kaya, siapa orang yang tak ingin. Sukses, siapa pula yang tidak berusaha mencarinya. Cinta, semua kita ingin meraihnya. Kalau boleh, kita ingin mendapat semuanya. Tapi sayang, suatu saat kita harus memilihnya. Antara kaya, sukses atau cinta.

Haruskah memilih? Begini kisahnya …

Suatu siang seorang Ibu di kota metropolitan, sepulang dari pasar, mendapat ada 3 orang pria terduduk di halaman rumahnya. Ketiganya terlihat letih dan lapar. Rasa iba membuat sang Ibu mengajak ketika pria itu untuk masuk. Istirahat dan menikmati makanan yang ada di rumah sang Ibu.

Tapi ketiga pria itu tahu diri dan bertanya. “Apakah suami Ibu sudah pulang?”

"Belum" jawab Ibu itu

"Ohh, maaf. Kalau begitu kami tidak bisa masuk".

[caption id="attachment_419802" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber; Pribadi - Kisah Ibu & 3 Orang Pria"][/caption]

Tak lama sore menjelang. Suami sang Ibu pulang. Lalu, ia menceritakan tentang ketiga pria yang ada di depan rumahnya. Suami sang Ibu pun menyuruh ketiga pria tersebut untuk masuk ke rumah.

Sang Ibu menghampiri ketiga pria tadi. Menyuruh mereka masuk. Tapi, salah seorang pria tadi berkata:

“Maaf Bu, siapakah yang Ibu suruh masuk? Kami bertiga. Yang ini bernama KEKAYAAN. Yang itu bernama KESUKSESAN. Dan saya bernama CINTA. Ibu harus memilih salah satu dari kami untuk masuk masuk ke dalam rumah Ibu. Kami tidak bisa masuk secara bersamaan" ujar salah satu pria tadi.


Sang Ibu pun masuk ke dalam rumah. Menceritakan apa yang dikatakan pria tadi. Seisi rumah pun berpikir, siapa yang hendak mereka suruh masuk?

Sang Suami menyuruh KEKAYAAN yang masuk ke rumahnya. Agar rumahnya penuh dengan kekayaan, tak kurang suatu apapun. Tapi sang Ibu menginginkan KESUKSESAN yang masuk ke rumahnya. Agar seisi keluarganya meriah kesuksesan. Karena sukses lebih baik daripada kekayaan. Lalu, anak-anak mereka lain lagi. Anak-anak lebih memilih CINTA yang masuk ke rumahnya. Agar rumahnya dipenuhi dengan rasa CINTA.

Akhirnya sang Suami, Ibu, dan anak-anak pun berdiskusi. Bersepakat, siapa yang mereka suruh masuk ke dalam rumah? Maka, dipilihlah CINTA untuk masuk ke dalam rumah mereka.

Sang Ibu pun memberi tahu ketiga pria yang berada di depan rumah. Anda yang bernama CINTA silakan masuk, kata sang Ibu.

Si CINTA pun berjalan masuk ke rumah. Lalu kedua pria yang lain mengikuti di belakangnya.

Sang Ibu heran, bukankah tadi mereka yang meminta untuk memilih satu di antara tiga.

Sang Ibu berkata: “Kami hanya mengundang CINTA yang masuk, kenapa kalian ikut juga?"

Kedua pria yang ikut masuk menjawab. “Kalau Ibu memilih kami, KEKAYAAN atau KESUKSESAN, kami hanya bisa berjalan sendiri-sendiri. Tapi karena Ibu memilih CINTA, kami berdua akan selalu mengikuti kemana pun CINTA berjalan. Karena kami, KEKAYAAN atau KESUKSESAN adalah buta. Hanya CINTA yang bisa melihat dan menuntun kami.”

Sang Ibu pun termenung. Tertegun. Dalam hati sang Ibu, “Hanya CINTA yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kita butuh CINTA untu menjalani hidup ini”

Sang Ibu masih terus berpikir. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan di dunia. Akankah CINTA tertinggalkan di antara anak manusia. Sambi menengadahkan tangan, sang Ibu berdoa, “Aku harus bersyukur karena masih punya CINTA yang selalu mendekatkan aku pada orang-orang yang mencintai aku. Bukan orang-orang yang dibutakan oleh KEKAYAAN atau KESUKSESAN

Sang Ibu pun masuk ke dalam rumahnya dengan penuh CINTA ….

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun