Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kamu tuh Pengennya Buru-buru Aja

30 Oktober 2015   14:05 Diperbarui: 30 Oktober 2015   14:09 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamu mah pengennya buru-buru aja. Emang mau ngapain sih buru-buru? Santai aja kali, Belanda masih jauh hehe...

Gak ngerti deh sama kamu, maunya buru-buru melulu. Apa aja pengennya buru-buru. Gak sabaran banget sih kamu. Kamu suka buru-buru, suka tergesa-gesa.Kok bisa sih, kamu pengennya buru-buru?
Baru gajian kemarin, kok udah gak punya duit aja. Pengen buru-buru gajian lagi.
Baru aja pacaran, kok udah pengen ngajak nikah aja. Emang udah kenal betul dan cocok banget, maunya buru-buru aja.
Baru kemarin masuk kuliah, udah buru-buru pengen kelar biar bisa kerja dan punya duit sendiri. Belajarnya aja males pengen buru-buru.
Baru datang ke kantor, udah pengen buru-buru pulang ke rumah aja.
Gimana sih kamu, pengennya buru-buru aja.

Sudahlah, kamu gak usah pengen buru-buru. Santai aja mas bro, santai aja mbak bro. Biasanya yang buru-buru, hasilnya gak memuaskan kok.Dari survei, AOL Living dan Woman’s Day dinyatakan 50% lebih dari 35 ribu perempuan merasa menikah dengan dengan orang yang tidak tepat dan mereka menyesalinya. Bahkan, sebagian besar mereka juga mengaku sempat berpikir untuk meninggalkan pasangannya. Sungguh terlalu, itu salah satu sebab terburu-buru menikah. Kemarin di GP Motor Sepang, Marquez jatuh saat kebut-kebutan lawan Rossi. Adegan itu jadi omongan orang banyak. Tapi sebab utamanya, karena keduanya terburu-buru. Gak may dilewatin, terburu-buru pengen juara. Hasilnya apa? Gak ada, yang menang bukan mereka berdua tapi orang lain. Bahkan keduanya merugi.... Coba pikir. 

Kamu juga suka kayak gitu kan? Terburu-buru, tergesa-gesa dalam hidup. Apa aja pengennya buru-buru. Buru-buru pengen punya rumah, punya mobil, naik pangkat, pengen kaya, pengen terkenal. Sedangkan proses dan ikhtiarnya belum maksimal. Pengen buru-buru tapi gak sesuai dengan usahnya, kurang pertimbangan. Seremm gak sih...

Emha Ainun Najib bilang "manusia suka terburu-buru. Terlalu cepat menyimpulkan, tergesa-gesa dalam mengambil keputusan." 

Kata pepatah, gak usah terburu buru nanti akan berakibat malu, lebih baik sabar biar gak dibilang orang bar-bar. 

 

Buat apa terburu-buru ingin mendapatkan hasil. Sedangkan kamu belum melewati proses. Gak usah intervensi hasil karena itu urusan Allah, sedang kamu cukup ber-ikhtiar saja. 

Sudahlah, gak usah terburu-buru. Apalagi memvonis orang. Orang ini baik, orang itu jelek. Nasib begini baik, nasib begitu buruk. Karena semua yang terjadi adalah rangkaian proses. Tidak mungkin ujuk-ujuk. Tinggal masalahnya, mau atau tidak, kita menerima keadaan saat ini. Menerima realitas yang kita alami hari ini. Maka kamu, gak usah terburu-buru. Tentang apapun, dalam hal apapun. 

Ada teman saya, mungkin juga kamu yang suka terburu-buru. Pengen begini, pengen begitu. Semuanya dilakukan. Ingin cepat kaya, investasi di sana-sini biar bisa beli mobil, beli rumah. Beli apa saja yang bisa bikin status sosialnya meningkat. Biar dipandang orang banyak, biar dibilang orang mampu. Tergiur dengan janji muluk, atau keuntungan yang besar. Hingga nasihat istri dan anak-anaknya pun diabaikan. Terburu-buru karena nafsu pengen kaya.

Singkat kata, lalu apa yang terjadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun