Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Ini Strategi SBY pada "Short-Term Campaign" Prabowo-Sandi

19 November 2018   15:23 Diperbarui: 19 November 2018   20:28 1418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua umum partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat orasi di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (7/2/2017). (KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI)

Isu-isu soal tak solidnya partai koalisi pendukung Prabowo-Sandi tampaknya mulai ditepis oleh politisi ulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Demokrat yang belakangan dinilai kebanyakan orang sebagai parpol "setengah hati" dalam memberikan dukungan pada Prabowo-Sandi di Pilpres 2019 mendatang, ternyata tak menunjukkan hal itu. 

SBY secara terang-terangan bahkan telah mempersiapkan strategi jitu yang baru akan di launching pada Maret 2019 mendatang. Jarak yang hanya satu bulan menjelang pemungutan suara, SBY nampaknya menerapkan strategi "short-term campaign" yang tentu saja penuh intrik, kecakapan, dan keberanian, mengingat kampanye politik model ini cukup berat untuk menarik simpati masyarakat, terlebih Indonesia merupakan wilayah yang sangat luas, bahkan terpisah oleh pulau-pulau dengan jarak yang cukup jauh.

Kampanye politik sejauh ini selalu memakai cara-cara pemenangan dengan mengadopsi ilmu marketing karena memang politik sejatinya soal "menjual produk" dan bagaimana setiap kandidat yang diusung sebagai produk politik, mendapatkan pilihan di hati masyarakat konsumennya atau pemilihnya. 

Umumnya, untuk memperkenalkan produk politik, mesin-mesin partai lebih cenderung memakai strategi "long time-term campaign", karena biayanya relatif murah, tetapi efek politiknya cukup menjanjikan. 

Masa kampanye yang cukup panjang, umumnya dimanfaatkan untuk mempromosikan para kandidat dengan menggerakkan mesin-mesin politik dan afiliasinya membangun citra positif bagi setiap kandidat yang diusungnya.

Jika SBY dengan mesin politik pendukungnya bertekad untuk berkampanye bagi pasangan Prabowo-Sandi nanti di bulan Maret, maka dipastikan ia memakai cara kampanye jangka pendek dengan biaya yang tentu saja tidak murah dan menerapkan strategi politik yang matang terukur. 

Strategi kampanye ini jarang dipakai oleh banyak partai politik, kecuali memang kandidat yang diusung merupakan tokoh yang telah lebih dahulu dikenal publik. Saya kira, keberadaan Prabowo sebagai tokoh politik sudah cukup memiliki citra yang positif di tengah masyarakat Indonesia dan SBY hanya memerlukan semacam "finishing touch" untuk mengubah citra kandidat menjadi semakin lekat di hati masyarakat.

Saya kira, tak perlu mengupas lebih jauh soal figur SBY yang memang masih menjadi bintang politik, bahkan sampai ada yang menyebutnya "begawan politik" hingga "master politik". SBY dikenal sebagai politisi kawakan dan secara faktual sukses memenangkan dua kali pemilihan umum dan menjadi presiden RI selama dua periode. 

Padahal semua tahu, SBY pada awalnya bukan siapa-siapa, tetapi strateginya yang jitu jelas menjadikan dirinya justru "produk politik" yang semakin dinikmati masyarakat. 

Diakui maupun tidak, SBY mendapatkan kemenangan telak di dua kali pemilu paling demokratis di Indonesia dan jauh mengungguli para pesaing dirinya dalam suatu ajang kontestasi politik. Banyak yang meyakini, strategi SBY yang dinilai cukup singkat ini akan menambah amunisi baru bagi kekuatan politik koalisi, untuk mendukung kemenangan Prabowo-Sandi.

Tak berlebihan kiranya, jika SBY cukup menjadi penentu paling penting dalam koalisi Prabowo-Sandi, ditengah kurangharmonisnya beberapa parpol koalisi didalamnya. Kisruh soal siapa pengganti Sandiaga Uno yang mengundurkan diri dari kursi wakil gubernur Jakarta, sempat menyeruak sebagai isu retaknya hubungan parpol koalisi pendukung Prabowo. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun