Mohon tunggu...
Syahirul Alim
Syahirul Alim Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Penulis lepas, Pemerhati Masalah Sosial-Politik-Agama, Tinggal di Tangerang Selatan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Langkah Tepat Titiek Hijrah ke Partai Berkarya

12 Juni 2018   16:30 Diperbarui: 13 Juni 2018   05:51 3004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Titiek Soeharto(Kompas.com / Dani Prabowo)

Hengkangnya Titiek Soeharto dari partai Golkar tidak semata sekuel terakhir trah Soeharto berada di lingkaran partai beringin ini, tetapi yang lebih mengejutkan justru pernyataan Titiek yang menganggap dirinya tak lagi dibutuhkan Golkar. Pernyataan sekjen Golkar Idrus Marham yang tak mempercayai Titiek keluar dari partai yang didirikan oleh ayahnya sendiri, semakin mempertegas bahwa terdapat gap dalam hal komunikasi politik antara politisi senior dengan para juniornya yang terus menginginkan perubahan. 

Penggembosan terhadap para senior di Golkar sepertinya sudah lama dirasakan, termasuk jika melihat terdepaknya Priyo Budi Santoso dan Ade Komarudin dari sturuktur puncak partai ini. Golkar, seringkali mengalami konflik internal sehingga memecah belah para kadernya sendiri, sehingga menyeberang ke partai lain yang juga didirikan senior Golkar.

Saya menilai, banyak sekali pecahan partai Golkar sebelumnya, seperti Hanura dan Nasdem yang keduanya didirikan oleh tokoh-tokoh puncak partai Golkar. Kemunculan dua parpol yang didirikan elite partai beringin ini sangat jelas menunjukkan runtuhnya soliditas partai besutan mantan presiden Soeharto ini. Tak mau kalah, keluarga Cendana tampaknya sudah jauh-jauh hari mempersiapkan berdirinya partai baru, bahkan akan membuat partai Golkar semakin kehilangan para kadernya. 

Partai Berkarya yang baru terbentuk dan lolos verifikasi parpol peserta pemilu 2019, memang sangat kental nuansa Orde Baru dan cukup menarik minat politik para simpatisannya yang dulu pernah sukses karena kebijakan Orde Baru.

Menghidupkan nuansa Orde Baru dalam kenyataan politik, tentu saja tak ada salahnya, apalagi dirasakan cukup positif dalam kehidupan masyarakat. Saya yang pernah hidup di masa rezim inipun merasakan dampak positif dari berbagai kebijakannya, meskipun terkesan otoriter. Soal murahnya harga-harga bahan pokok---termasuk BBM serta nilai tukar rupiah yang stabil terhadap mata uang asing adalah sedikit gambaran masa Orde Baru yang dinilai mampu memberikan kesan baik dalam benak masyarakat. 

Terlepas dari cengkraman kekuasaan politik yang hegemonik dan bahkan kurang simpatik, figur Soeharto tetap dipandang sebagai sosok berjasa dalam membangun banyak hal bagi kemajuan Indonesia. Jasanya tidaklah sedikit, walaupun akhirnya tertutup oleh beragam kasus yang menyeretnya terus menerus kedalam ruang polemik yang tak kunjung habis.

Mundurnya Titiek Soeharto dari Golkar dan memilih bergabung dengan Partai Berkarya, paling tidak akan membentuk sendiri barisan oposisi dalam serangkaian rivalitas politik. Keberadaan partai baru ini nampaknya tak mendukung kekuasaan dan memilih untuk kritis terhadap para penguasa. 

Tak menutup kemungkinan akan banyak kader dan simpatisan Golkar yang kemudian hijrah ke partai ini karena memang tak lagi cocok dan sejalan dengan kekuasaan yang ada. Padahal, Golkar adalah cerminan status quo yang senantiasa berkhidmat pada kekuasaan, terlihat dari dua parpol pecahan sebelumnya, Nasdem dan Hanura, yang juga pro terhadap penguasa.

Banyak sisi kritis Golkar yang hilang pada akhirnya, melihat sedemikian mesranya para elit partai beringin ini dengan para penguasa. Hal inilah barangkali yang membuat sebagian elitnya yang kritis, mencoba keluar dari lingkaran partai dan mencoba mencari celah untuk membentuk kekuatan politik tersendiri. 

Ditengah banyaknya tokoh muda yang muncul dalam gelanggang praktis politik dan diterima oleh masyarakat, tak menutup kemungkinan juga dimanfaatkan Tommy Soeharto sang pewaris trah kepemimpinan Orde Baru yang dinilai cukup fenomenal. Ruang penjara yang sempat diterimanya sebagai ganjaran "kejahatan politik" tak serta merta menghalanginya membangun parpol baru yang saat ini mulai dibesarkannya.

Tiga serangkai Tommy-Priyo-Titiek merupakan komposisi tepat dalam Partai Berkarya yang akan melesatkan partai ini menjadi parpol besar, karena sarat modal politik dan memiliki pengalaman pengelolaan kekuasaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun