Mohon tunggu...
Sutjipto
Sutjipto Mohon Tunggu... -

Penulis Buku: Larasati

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kalahnya AHY & Masuknya Anies Baswedan Keputaran II, Sinyal Bahaya untuk Ahok

16 Februari 2017   11:22 Diperbarui: 16 Februari 2017   12:00 2017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.republika.co.id

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI baru saja selesai. Menurut hasil sementara beberapa perhitungan cepat (quickcount), perolehan masing-masing pasangan calon tidak jauh. Berbeda-beda tipis.

Pasangan AHY-Sylvi sementara menduduki posisi buncit. Posisi satu dan dua ditempati pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi. Perolehan suara ini mungkin tidak akan berubah jauh. Ahok-Djarot dan Anis-Sandi akan melenggang ke putaran yang kedua. Sedangkan pasangan Agus-Sylvi, dalam beberapa laporan hitung cepat dan langkah kesatrianya kemarin malam, telah mengakui kekalahannya untuk putaran selanjutnya.

Sekarang orang mulai fokus mereka-reka bagaimana head-to-head di putaran kedua antara Ahok-Djarot dan Anies-Sandi? Tapi tulisan ini tidak ingin mengulas tentang seperti apa sengitnya di putaran kedua.

Anies-Sandi yang Diremehkan

Alur tulisan ini ingin mengulas Anis-Sandi yang diremehkan dalam perhelatan hajatan demokrasi di DKI. Terlebih, mengingat perjalanan pasangan yang melawan incumbent Ahok, baik itu pasangan nomor urut satu ataupun tiga, selalu mendapat cemooh dan ledekan dari tim pasangan nomor urut dua yang sering viral di media social seperti facebook ataupun twitter dan sejenisnya. Disinilah terlihat sungguh begitu keras perjuangan untuk menjadi calon gubernur DKI Jakarta.

Beberapa kasus yang terus mencuat dan lebih bermakna kriminalisasi terhadap pasangan calon nomor urut satu dan tiga masih sangat melekat diingatan. Spekulasi kasus mpok sylvi atas dana hibah masjid, isu Anies Baswedan menerima transferan bodong, Agus Harimurti yang diobok obok melalui ayahnya SBY masih menyengat baunya oleh perilaku-perilaku tim sukses pasangan incumbent yang beberapa waktu lalu viral sangat di media twitter.

Di sini kita tidak akan membicarakan beberapa perilaku tidak professional yang dilakukan oleh tim sukses itu. Namun lebih kepada mengulas ke awal, pasangan Anies-Sandi yang awalnya merupakan kandidat yang tak diperhitungkan. Para pengamat dan beberapa lembaga survey ramai-ramai menempatkan pasangan kandidat ini selalu di buncit. Orang-orang yang ‘nyinyir’ berani bertaruh bahwa Ahok-Djarot akan memenangkan satu putaran menumbangkan Agus yang ingusan atau Anies yang diremehkan.

Peremehan Anies dikait-kaitkan secara serampangan dengan direshufflenya dia dari jabatan kemendikbud. Padahal kementerian Anies di tahun pertama pemeritahan Joko Widodo mendapatkan peringkat yang bagus di mata lembaga-lembaga survey.

Sikap meremehkan yang lain, Anies dianggap lebih tepat duduk sebagai akademisi semata daripada memimpin DKI. Sedangkan pasangannya, Sandiaga Uno, hanyalah seorang seorang pengusaha yang tak banyak dilirik.

Itulah kesan-kesan awal tentang kandidat Anies-Sandi. Sehingga perseteruan yang disorot secara dramatis oleh media hanyalah pasangan nomor satu dan nomor dua: AHY-Sylvi versus Ahok-Djarot. Anies-Sandi lebih banyak tenggelam dari perbincangan media.

Tapi kenyataan lebih nyata daripada pendapat siapapun tentang kenyataan. Itu kata almarhum Pramoedya Ananta Toer. Dan kenyataan bahwa Anies-Sandi melenggang ke putaran kedua telah menumbangkan bukan saja temannya, Agus-Sylvi, melainkan juga pendapat-pendapat publik yang meremehkan kandidat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun