PPI Belanda yang kita kenal sekarang tentu memiliki akar sejarahnya, mengingat sejarah organisasi pelajar Indonesia di Belanda itu sudah panjang usianya.Oleh karena itu, tentunya kepengurusan PPI Belanda sekarang melanjutkan apa yang telah dirintis dan diwariskan oleh para pendahulunya. Akan tetapi yang manakah sebenarnya ibu biologis mereka? Apakah Perhimpunan Hindia,PH, (Indische Vereeniging) yang berdiri tahun 1908? Ataukah pada Perhimpunan Indonesia, PI (Indonesische Vereeniging), suksesor PH, yang berdiri pada akhir 1922? Ataukah yang lain lagi?
Membaca profil PPI Belanda sekarang (lihat: http://ppibelanda.org/tentang-kami/; diakses 4-07-2016), diperoleh kesan bahwa organisasi yang mengklaim dirinya sebagai “salah satu organisasi Perhimpunan Pelajar Indonesia yang tertua [di dunia]” ini tidak memiliki tradisi suksesi yang berkelanjutan. Ada tahun-tahun yang vakum, dan terkesan juga bahwa generasi pengurus PPI yang lebih belakangan kurang mengenal kiprah para pendahulu mereka.
Dinyatakan bahwa “rintisan PPI Belanda sudah dimulai sejak 2003 oleh Nuki, Apif dan kawan-kawan” yang didukung oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Den Haag (kursif oleh Suryadi). Dikatakan pula bahwa mereka mencetuskan “ide pembentukan kembali PPI Belanda” karena organisasi ini “sempat ‘tidur’ pasca 1998 [...].” Akan tetapi di awal profil dijelaskan bahwa PPI Belanda adalah Perhimpunan Pelajar Indonesia di Belanda yang berdiri sejak 1922 di kota Leiden.” Sementara itu, tahun yang sama juga diklaim sebagai tahun berdirinya PPI Leiden. Di website PPI Leiden (lihat: https://ppileiden.org/2016/04/29/sejarah-ppi-leiden/; diakses 4-07-2016) dinyatakan: “Perhimpunan Pelajar Indonesia di Leiden atau PPI Leiden adalah kelanjutan dari Indonesische Vereeniging atau Perhimpunan Indonesia yang berdiri sejak 1922 di kota Leiden. Perkembangannya mengikuti bentuk yang dianggap perlu[,] sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Tahun 1922 dijadikan sebagai landasan historis organisasi [ini] karena pada tahun ini dicetuskan ‘organisasi orang Indonesia’ oleh ‘orang Indonesia’ dengan menggunakan nama ‘Indonesia’ yang pertama (Elson, 2008: 23).”
Esai ini menapaklitasi eksistensi dan dinamika organisasi pelajar Indonesia di Belanda di tahun 1950an dan ‘60an yang mungkin selama ini belum banyak diketahui oleh baik pengurus maupun anggota PPI generasi tahun 1980an sampai 2000an yang belajar di Belanda. Fakta historis ini boleh dijadikan pertimbangan, tentu boleh juga tidak, oleh PPI Belanda sekarang, dan juga oleh empat cabangnya – PPI Amsterdam, PPI Leiden, PPI Delft, dan PPI Utrecht – untuk menentukan usia biologis masing-masing.
Dalam majalah Chattulistiwa/De Evenaar, 5e Jaargang, No, 7, Mei/Juni 1952: 3 tercantum pengumuman sebagai berikut (Gambar 2):

Pengumuman di atas juga memberikan informasi lain yang juga penting: bahwa seiring dengan terbentuknya Pengurus Pusat PPI Belanda yang mula-mula berkedudukan di Delft (alamat: Caspar Fagelstraat 78), langsung dibentuk pula PPI cabang Amsterdam, Leiden, Delft, dan Utrecht. Sekitar tiga bulan kemudian, terbentuk pula cabang kelima, yaitu PPI Rotterdam, tepatnya pada tanggal 12 Juli 1952 (Chattulistiwa/De Evenaar, 6e Jaargang, No. 3, December 1952: 5; lihat pula: Nukilan Sejarah Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Cabang Rotterdam; diakses 4-07-2016).
Majalah Chattulistiwa/De Evenaar, 5e Jaargang, No. 7, Mei/Juni 1952: 3 juga mencatat susunan Pengurus pertama PPI Delf sebagai berikut:
“P. P. I. DELFT
Maka dengan ini saja beritahukan dengan hormat, bahwa Susunan Pengurus PERSATUAN PELADJAR INDONESIA tjabang Delft adalah sebagai berikut:
Ketua : R. J. S. Nimpoeno