Mohon tunggu...
Santi Harahap
Santi Harahap Mohon Tunggu... Administrasi - Berjuang menegakkan kebenaran walaupun dengan Do'a

Berbagi walaupun hanya dengan satu kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alerginya Kaum yang Lemah

12 Januari 2019   08:22 Diperbarui: 12 Januari 2019   08:28 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak kecil kita sering mendengar ungkapan yang disampaikan oleh orangtua zaman dahulu "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China". Mengapa bukan disebut negeri Eropha dan negeri lainnya? Ternyata negeri China adalah sebuah negara dengan peradaban pendidikan yang tinggi. 

Banyak ilmu pengetahuan kuno berkembang di negara ini sebagaimana dalam peribahasa China kuno menyebutkan "Pendidikan merupakan sebuah kotak emas yang akan menjadi sebuah kunci untuk membangun sebuah bangsa, menciptakan pemimpin dan melatih rakyatnya terampil".

China pun memiliki keunikan tersendiri dalam hal pendidikan. Negeri "Tirai bambu" ini mampu bertahan karena memiliki sistem pendidikan yang mampu membangun suatu peradaban yang praktis sehingga peradaban itu tidak mudah hancur. Suatu pertanyaan besar buat kita masyarakat 

Indonesia, mengapa kita "alergi" dengan kata "China". Apa yang menyebabkan kita turut melabelkan stigma tentang China kepada anak cucu kita?. 

Sampai-sampai bocah yang kemaren sore baru diberikan kebebasan untuk berbicara pun ikut-ikutan memberikan label negatif terhadap etnis China padahal mereka tidak tahu tentang apa yang sesungguhnya terjadi. 

Apakah karena kedekatan para tokoh etnis tionghoa di era kepemimpinan pak Harto seakan-akan menjadi pembenaran kolektif untuk menghujat dan mendiskreditkan warga keturunan China?

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya". Ungkapan ini seakan tidak pernah dari luput pendengaran kita agar selalu menghargai jasa-jasa para pahlawan bangsa Indonesia. Masih ingat kah kita dengan Lie Yun Fong? Di zaman perang Indonesia-Belanda, sebagai wartawan ia lah yang menangkal berita propaganda Belanda dan ia terus menulis tentang perlawanan bangsa Indonesia. 

Ada lagi Jhon Lie si Hantu Selat Malaka, ia berperan besar dalam menyeludupkan senjata untuk digunakan oleh para pejuang tanah air sehingga di era kepemimpinan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono Jhon Lie ditetapkan menjadi pahlawan nasional. 

Banyak lagi nama-nama keturunan Tionghoa yang berjasa besar untuk Indonesia. Mengapa sebegitu mudahnya anak bangsa melupakan para pahlawannya? Bukan kah kita masyarakat Indonesia yang beradab dan bermoral tinggi? Kemana jatidiri sebagai bangsa besar?.  

Mengapa kita lebih tertarik untuk mendiskreditkan warga keturunan China yang menduduki jabatan tinggi di Indonesia. Begitu rendahnya mental bangsa kita hingga terbiasa mengkotak-kotakan etnis dan dianggap dosa ketika etnis keturunan China memperoleh prestasi yang besar.  

Kita beranggapan bahwa masyarakat Indonesia yang berketurunan China merupakan ancaman terbesar bangsa ini. Begitu subjektifnya kita memberikan label negatif terhadap saudara kita hanya karena mereka berketurunan China. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun