Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(9 Tahun Kompasiana) Menulislah di Kompasiana, Buku, dan Ultah

21 November 2017   16:11 Diperbarui: 25 November 2017   08:14 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkait lomba saya harus banyak belajar. Ada beberapa cerita yang sangat pendek, hanya 200 dan 300 kata. Sengaja saya sebut jumlah 'kata'-nya karena itu syarat ikut lomba di RTC atau FC. Ternyata hal itu membuat saya belajar keras untuk mengeditnya (membuang, memangkas, dan memendekkan cerita) habis-habisan.

Pada cerpen berjudul 'Tak Gendong Kemana-Mana', dan 'Cerita Pagi Seuntai Puisi,' meski keok dan tak diperhitungkan Panitia Lomba, akan terasa betul kejamnya pisau editor (saya sendiri). Saya sungguh harus bersikap sadis bin sangar agar memperoleh angka yang pas sesuai dengan ketentuan lomba.

Pengalaman lain tentang serunya berkolaborasi dengan dua penulis lain. Ini tantangan tidak mudah. Judul ceritanya 'Jerit'. Saya menulis bersama Relung Serpihan Hampa (nama pena, tinggal di NTB) dan Hendri Hans Zhang (tinggal di Riau) dengan cara membuat postingan bergantian hingga cerita selesai. Kamib berdiskusi dan saling bersiasat. Hasilnya lumayan (entah menjadi pemenang keberapa) kami masing-masing menerima kiriman pulsa 25 ribu rupiah. Lumayan.      

Pada lomba lain. hadiah yang agak besar saya peroleh dalam lomba cerpen Bulan Kemerdekaan RTC 2016. Cerpen saya "Pembalasan, Seratus Tahun Kemudian' menjadi pemenang pertama, dan saya menerima kiriman pulsa 250 ribu rupiah. Mantap.

Sekadar renungan. Andai Kompasiana yang bikin buku kumpulan cerpen tahunan  -serupa Harian Kompas- pasti peminatnya banyak sekali.

Dok .Pribadi
Dok .Pribadi
Penerbit, Diantar

Kreativitas penulisan saya (dan tentu banyak Kompasianer lain) dipengaruhi kehadiran Kompasiana serta aneka kegiatan kreatif berupa lomba di FC dan RTC. Namun dalam soal penerbitan buku kiranya tidak dapat dipisahkan dari kehadiran Penerbit Peniti Media milik Pak Thamrin Sonata (TS).

Penerbit Peniti Media membidani banyak buku karya para Kompasianer secara indie. Hampir tiap minggu ada saja buku baru muncul dari penerbit itu. Saya pun tak mau ketinggalan kereta. Di tengah kesibukan luar biasa pada seorang TS, buku-buku baru mengalir deras sampai jauh. Semua tulisan yang dibukukan pun berasal dari postingan di Kompasiana. Ada beberapa buku indie terbitan Peniti Media yang kemudian lolos seleksi pada penerbit mayor. Dahsyat sekali, ya....

Maka saya pun sangat berterima kasih pada jerih-payah dan kerja-keras Pak Thamrin Sonata. Ia seorang pengarang andal dan editor kawakan. Kiprahnya dalam berliterasi dan menularkannya terbilang mumpuni.

Ide saya membuat buku kumcer "Orang-orang yang Menyerah' baru pertengahan Oktober 2017. Sepuluh hari saya berkutat memilih dan mematut-matut diri menentukan mana cerpen yang bernilai lumayan. Sepuluh hari kemudian sebuah buku baru mewujud. Super cepat, kilat, dan tidak pakai lama.

Buku dengan editor Thamrin Sonata, desain sampul Giri Ahmadi Sugiyanto (anak sulung saya), dan lay-out Emy Maidah itu memiliki ISBN 978-602-6592-14-9. Ukuran buku 14,5 cm dan panjang 20,5 cm, ketebalan 1 cm. Maka jadilah sebuah buku kumpulan cerpen yang tampak begitu cantik bin keren. Mudah-mudahan isinya pun tak kalah 'super'. Maaf, sedikit promosi bila berminat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun