Lelah rasanya
menari di lingkaran keramaian kota
seakan ingin pergi meninggalkanya
menikmati sebuah keheningan
***
Aku ingin berlari ke hamparan hijau
biar diselimuti embun sampai matahari naik ke atas bumi pelahan
kemudian  rebah di pelataran keheningan
sehingga  angin mengelus rambutku
membawa kepangkuan tangan masa lalu
yang membelai lembut mengusap kepalaku dengan nyanyian doa-doa
***
Dengan penuh harap suaraku  menembus dinding tebing
Menanti gema memancarkan kata-kata suci
Ingin rasanya aku melepaskan kehidupan
Yang kadang membuat aku lupa pulang
***
Apakah itu  keheninganku ?
***
Terbayang…
Aku melihat wajah  kebahagiaan dalam keheningan
para perempuan pemetik  teh  yang dinyatakan  dalam dendang  nyanyian
sementara  tangan-tangannya memetik dengan tangkas
Indah rasanya…
Tangan tangkasnya adalah amal
Nyanyiannya adalah doa-doa
***
Oh…keheningan, ternyata
Nyanyian-nyanyian doa  bersetubuh amal
Bukan seperti  yang  aku inginkan
berlari ke keheningan, Â berdiam diri menikmati kesunyian di keramaian kota
sebagai pecundang, tanpa amal dan doa