Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi "Tedhak Siten" Penuh Makna dalam Kehidupan Seorang Bayi

25 November 2018   00:55 Diperbarui: 25 November 2018   01:11 2873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap daerah di Indonesia mempunyai tradisi yang berbeda. Ada yang masih melestarikan, tetapi ada juga yang sudah tergerus oleh perubahan jaman. Kalaupun masih ada yang melestarikan semata-mata untuk mengingatkan generasi milenial, bahwa ada tradisi yang pernah dilakukan oleh para leluhurnya. Salah satunya adalah "tedhak siten", biasa diadakan di lingkungan Keraton Yogyakata, namun juga masyarakat awam, sebagai upaya untuk mengenalkan tradisi ini yang hanya ada P. Jawa, khususnya Jawa Tengah.  

Makna tedhak siten ini dari bahasa Jawa tedhak/idhak berarti injak, menginjak. Sedang siten adalah siti atau tanah. Jadi tedhak siten adalah menginjak tanah, yang dilakukan untuk bayi yang sudah bisa duduk dan berdiri dengan memegang kursi atau meja di sekitarnya.

Orang tua mengadakan acara tedhak siten dengan melibatkan bayi sebagai "pemeran utama". Pelaksanaan acara ini dipandu oleh orang yang ahli dalam hal melakukan acara tedhak siten (orang yang biasa melakukan acara ini dan mempunyai pengetahuan dan wawasan untuk menjelaskan makna/filosofi acara tersebut).

Tradisi ini dilakukan semata-mata untuk mengungkapkan rasa syukur atas tumbuh kembang yang sehat dari bayi tersebut. Baju yang dipakai para orang tua adalah kain dan kebaya untuk perempuan, kain dan surjan lengkap untuk laki-laki (blangkon, keris, dan selop), termasuk bayi.

Usia bayi sekitar 8 bulan, karena kalau hitungan Jawa tedhak siten ini dilaksanakan pada saat bayai berusia 7 lapan (1 lapan sama dengan 35 hari). Artinya bayi itu sudah berusia 245 hari (7 x 35 hari), yang pada usianya itu perkembangannya sudah tahap berdiri, pada saat itulah kakinya sudah menginjak tanah.

Peralatan yang disediakan untuk acara tedhak siten yaitu kurungan yang terbuat dari bambu seperti untuk mengurung ayam, aneka jenang warna-warni, tangga dan kursi yang dibuat dari tebu. Ayam panggang yang ditusukkan pada batang tebu, dibawahnya diberi pisang, aneka barang-barang dan mainan tradisional. Tumpeng robyong, bubur dan jadah (terbuat dari ketan) 7 (tujuh) warna, buah-buahan dan jajan pasar.

Uang kertas/receh untuk disebarkan, bayu gege (air gege) yang dibiarkan semalam di tempat terbuka dan paginya kena sinar matahari sampai jam 08.00 (ada vitamin D). Ayam hidup untuk dilepaskan dan diperebutkan kepada tamu undangan. Pemandu acara memberikan penjelasan agar dipahami oleh para tamu yang hadir..  

Acara diawali dengan sungkeman dari orang tua bayi kepada orang tuanya (kakek, nenek) dari bayi tersebut. Setelah itu bayi oleh kedua orang tuanya dibawa ke jatah yang berwarna merah, hitam, putih, kuning, merah muda, biru, dan ungu agar kakinya menapak diatas jadah (tentu diberi plastik agar tidak kotor). Maknanya bayi dimasa depannya akan menapaki/menjalani kehidupan yang berwarna warni.

Setelah itu menaiki tangga terbuat dari tebu wulung (yang berwarna ireng), sebanyak 7 (tujuh) tangga sejumlah nama hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at, Sabtu, dan Minggu. Orang tua terus mendampingi, menuntun menaiki tangga dan menuruninya, serta diduduk di kursi dari tebu. Kenapa tebu ?. Maknanya adalah "anteping kalbu"(Bhs. Jawa), ketetapan hati,  untuk menjalani hal baik dan ketetapan hati untuk menghindari yang tidak baik.

Acara selanjutnya, bayi dimasukkan dalam kurungan yang dihias dengan rangkaian bunga kantil. Didalam kurungan itu disediakan barang-barang misalnya alat kedokteran (stetoskop, tensimeter, termometer), uang kertas, buku, alat tulis, Al Qur'an, dan lain-lain. Ibunya bayi dapat menemani didalam kurungan, supaya tidak menangis dan bayi dengan instingnya mengambil barang-barang yang sudah diletakkan.

Konon apa yang diambil bayi melambangkan profesi yang akan dijalani setelah dewasa, misal mengambil Al Qur'an sebagai penghafal Al Qur'an, ustad/ustadzah, kalau mengambil stetoskop berarti menekuni bidang kesehatan. Keluar dari kurungan dimandikan dengan air "gege", supaya bersih dan berbusana yang rapi, karena kehormatan seseorang dari busana yang dipakai (aji ning raga saka busana).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun