Bagian ke Tujuh Puluh : BINCANG ANTARA DUA HATI
Angin semilir nan lembut, juga cuaca yang begitu tenang, serta awan merah muda gemulai di atas.
Semua seolah memayungi dan menaungi kita yang terus melaju dengan perlahan.dan tenang.
“Ada yang ingin engkau tanyakan Puteri ?” aku seperti tersentak, rupanya beliau mengerti apa yang ada dalam hatiku.
Aku menghela nafas :” Apa yang sebaiknya saya lakukan Puteri Mutiara ? “ tanyaku terbata.
Sekejap menoleh padaku, kemudian menepuk-nepuk ikan pari itu, dan seperti mengerti ikan itu makin melambatkan laju renangnya.
“Sebaiknya engkau kembali ke negara asalmu. Disana ada ayah dan bundamu, …” beliau berhenti sejenak, memandang kembali ke angkasa
“Mereka masih percaya, bahwa anak satu-satunya akan kembali kepada mereka.” Di pandangnya aku, jantung ini rasanya terhentak –tiba-tiba ingatanku melayang kepada ayah dan ibuku.
Tanpa kusadari air mata ini mengalir “Mereka masih terus mencari engkau Puteri, dan ada satu lagi yang terus masih mencari engkau mendampingi ayah dan bundamu. ?” bayangan Achsan segera terlintas di hati ini.
“Achsan ?” aku seolah bertanya pada diriku sendiri.
Puteri Mutiara tersenyum dan mengangguk “Iya, mereka masih terus mencari engkau. Sepertinya ada dua sahabat dan seseorang yang juga merindukan engkau.”