Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Isra' Mi'raj Menapaki dan Menaiki Puncak Kehidupan

24 April 2017   11:35 Diperbarui: 25 April 2017   03:00 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: ilustrasi peringatan Israk-Mikraj dipetik dari Hidayatullah.com

Israk-Mikraj terdiri atas dua kata. Israk berarti perjalanan Nabi Muhammad Saw dari Masjidil Haram Makkah ke Masjidil Aqsha Palestina. Mikraj adalah Nabi Muhammad Saw dinaikkan ke langit hingga ke Sidratul Muntaha, Rafraf, merupakan tempat tertinggi. Cuma karena Israk-Mikraj dilakukan dalam satu perjalanan-penaikan malam yang diberkahi, maka orang Muslim menggabungkan pengertiannya menjadisatu, yakni Israk-Mikraj.

Secara sejarah, latar belakang Israk-Mikraj. Atau lebih tepat dikatakan,peristiwa amul huzni (tahun sedih atau tahun duka) terjadi sebelum Israk-Mikraj. Dikatakan amul huzni, karena Abu Talib dan Khadijah radhiallahuanha wafat dalam rentang waktu yang berdekatan. Abu Talib meski tidak menyatakan diri masuk Islam merupakan paman, pemelihara dan pembela Nabi Muhammad Saw yang sangat gigih. Khadijah r.a. adalah istri Nabi Muhammad Saw,sekaligus wanita pertama beriman dalam Islam. Sumbangsih Khadijah r.a. dan pengorbanan jiwa dan hartanya dalam periode awal dakwah di Makkah, sungguh sangat luar biasa dan tak terkira besarnya.

Secara manusiawi, kesedihan ditinggalkan orang dekat dan kasih merupakan yang semestinya dapat terjadi. Hanya, manusia besi saja atau memang perasaannya tumpul sehingga tak sedikit pun menunjukkan kesedihan bila ditinggal mati keluarganya.

Tapi tentu saja, kita tidak perlu meratapi kesedihan. Apalagi secara mendalam larut di dalamnya tanpa arah tujuan lagi. Agama Islam melarang keputusasaan, apalagi sebagai orang beriman, rahmat Tuhan selalu tak terbatas, lebih luas, lebih besar, dan lebih banyak.

Cobaan, ujian, dan bahkan derita hidup bukanlah hukuman Tuhan, melainkan lebih sebagai sebuah pengajaran Tuhan agar kita lebih rendah hati, tawaduk dan tawakal. Dan perlu digarisbawahi ujian kehidupan dalam pandangan Islam tak pernah bersifat tragedi, tragis. Tapi, lebih pada ujian naik kelas kehidupan.Paling tidak, sebagai tanggung jawab manusia dalam kehidupan ini.

Pada bagian lain, para penentang kerasulan Nabi Muhammad Saw beranggapan amul huzni menjadi momen dan kesempatan melakukan tekanan berlipat. Tekanan dan siksaan yang terhalang dilakukan semasa hidup Abu Talib dan Khadijah terhadap Muhammad Saw dan kaum Muslimin. Inilah masanya, tahun duka bagi kaum ingkar menjadi waktu yang tepat menambahi luka lebih dalam. Bercampur dengan keangkuhan dan kegembiraan sinis membuat rencana makar terhadap orang beriman.

Begitupun kelihatan sekilas musibah agak beruntun. Ditambah tekanan ganda penentang. Tugas dan tanggung jawab kerasulan wajiblah disampaikan.Terlepas dari orang, apakah menerima atau menolaknya. Bukan urusan seorang Nabi dan Rasul. Dengan kerendahan hati dan kepasrahan, segala hidayah hanya petunjukTuhan. 

Nabi Muhammad Saw mencoba dakwah ke Thaif. Sayangnya, penduduk Thaif setelah mendapati hasutan iri dari orang Makkah yang ingkar. Secara terpaksa, Muhammad Saw harus keluar dari Thaif. Tapi, untung di tengah perjalanan pulang ke Makkah, dengan tumit cidera. Seorang tukang kebun bernama Addas memberi buah setandan kepada Nabi Muhammad Saw. Seraya Addas masuk Islam.

Memang, begitulah pasang surut kehidupan. Kadang, kita sebagaimana dialami para utusan Tuhan, kita menghadapi penolakan-penentangan. Tapi, pada bagian lain, tempat lain, kita memperoleh penerimaan yang baik dan tulus.

Jadi, marilah kita pandai bercermin bijak atas pasang-surut kehidupan yang kadang bersua pada kita. Cerminan paling baik dan bijak hal itu, hanya pada kisah kenabian dan kerasulan. Hampir tak ada pada cerita lainnya. Semua kisah dan cerita bijak bermuara pada kenabian dan kerasulan.

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun