Mohon tunggu...
Sekar Ayuhaningtyas
Sekar Ayuhaningtyas Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa

Suka Memasak

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Berekspresi Melalui Karya Seni Mural di Kota Malang

11 Desember 2019   16:42 Diperbarui: 11 Desember 2019   16:47 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mural merupakan lukisan besar yang dibuat untuk mendukung ruang arsitektur. Mural tidak hanya diaplikasikan pada dinding atau tembok saja, melainkan juga pada bidang yang berskala besar seperti kaca, pintu, dan sebagainya. Eksistensi mural telah mengalami perkembangan tidak hanya di barat saja, melainkan di Indonesia juga terdapat mural yang seringkali dipadukan dengan grafiti.

Mural dan grafiti merupakan dua unsur seni yang berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada mural yang lebih menonjolkan gambar, sedangkan grafiti lebih menonjolkan tulisan atau teks.

Perbedaan lain juga dapat dilihat dari status keduanya, jika mural diaplikasikan di tempat yang legal dan sudah mendapat izin dari pihak yang terkait, sedangkan grafiti lebih banyak diaplikasikan di tempat yang ilegal dan dilakukan secara diam-diam. Namun ketika keduanya digabungkan, maka akan menghasilkan sebuah seni yang menonjol dan memiliki cerita mendalam.

Mural merupakan sebuah media penyampaian aspirasi terhadap nilai-nilai dan pola pikir masyarakat. Ketika dinamika sosial, ekonomi dan politik terjadi maka muncul gejolak untuk mengkritik dan menyuarakan fenomena tersebut melalui aksi atau komentar.

Hal tersebut memunculkan respon dari masyarakat yang menunjukan adanya sebuah bentuk aspirasi. Aspirasi di butuhkan sebagai perwujudan dari keresahan dan argumen yang ingin disampaikan dari adanya dinamika sosial.

Sehingga mural dapat dijadikan sebagai media aspirasi dan wadah gerakan sosial bagi masyarakat dalam menyampaikan kritik sosial, kekecewaan, amarah bahkan ekspresi yang ingin di tuangkan dalam sebuah karya seni.

Salah satunya adalah seni mural yang berkembang di Kota Malang. Mural yang kini hadir hampir di setiap sudut Kota Malang tentunya memiliki nilai estetik yang berbeda, tergantung dari mural yang digambarkan dan isi pesan yang terkandung didalamnya.

Karakteristik mural yang ada di Kota Malang tentu akan berbeda dengan karakteristik mural yang ada di kota lain, hal ini dikarenakan perbedaan lingkungan sosial budaya yang ada. Kota Malang yang dikenal dengan banyaknya Aremania tentu memiliki banyak mural yang berhubungan dengan Arema.

Contohnya mural yang ada di Kampung Biru Arema, mural yang digambarkan lebih condong pada ciri khas Kota Malang yaitu Arema, singa dan sepakbola. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan mural di Kota Malang juga dijadikan sebagai simbol identitas daerah.

Mural yang menggambarkan Aremania di Kota Malang

Keberadaan mural di Kota Malang juga menawarkan kesan estetika ditengah kehidupan kota yang semrawut akibat kemacetan yang disebabkan oleh banyaknya pengendara kendaraan bermotor.

Pohon-pohon yang sengaja ditanam dipinggir jalan pun kini sudah mulai berkurang. Dengan adanya mural, diharapkan mampu memberikan keindahan tersendiri, baik itu bagi pejalan kaki maupun pengendara kendaraan bermotor. Tidak semua masyarakat mampu mengapresiasi mural yang telah dibuat oleh muralis, banyak dari mereka yang hanya berlalu tanpa melirik sedikitpun.

Ada pula yang memperhatikan detailnya secara seksama, memuji hasil karya tersebut, bahkan ada juga yang malah mengumpat karena menganggap mural di tembok-tembok pinggir jalan hanya merusak estetika kota dan tidak memiliki fungsi apapun.

Kegelisahan para seniman terhadap keasingan kota juga menjadi kegelisahan hampir seluruh penduduk kota karena kota tempat tinggal mereka berubah menjadi sesuatu yang asing bagi mereka.

Hal ini yang menjadi salah satu alasan kehadiran mural di Kota Malang, karena dengan adanya mural mereka dapat menyampaikan kegelisahannya tanpa melakukan hal-hal negatif yang membahayakan. Mural telah menjadi budaya masyarakat Malang dan menjadi ekspresi diri yang hidup ditengah perkembangan industri dan modernisasi.

Jumlah seniman mural di Kota Malang dapat dikatakan cukup banyak dan aktif dalam berbagai komunitas-komunitas mural. Keberadaan mural yang telah menjadi ekspresi publik diperlukan strategi dalam perealisasiannya.

Bukan hanya dari sisi bahan atau media tetapi juga harus melihat resiko-resiko yang mungkin terjadi. Biasanya, banyak seni-seni mural yang dihapus oleh sebagian oknum atas dasar beda penafsiran antara seniman dengan oknum tersebut.

Berbicara tentang seni, tidak akan ada habisnya karena setiap saat seni akan mengalami pekembangan. Mural yang termasuk dalam sebuah seni tentunya tidak hanya berfungsi sebagai penghias tembok jalanan. Keberadaan mural kini memiliki banyak fungsi, tidak hanya bagi muralis tetapi juga bagi masyarakat sekitar.

Salah satunya adalah fungsi mural sebagai media untuk memperkenalkan identitas diri suatu kelompok atau masyarakat. Pada masyarakat di kelurahan Kedungkandang,

Malang terdapat sekelompok tim mural yang dibentuk dari dalam masyarakat itu sendiri. Tim mural tersebut dibentuk dan diketuai oleh seorang desainer kreatif bernama Riyo Putrananto, dengan tujuan untuk mempersatukan warganya.

Hari kemerdekaan yaitu 17 Agustus merupakan ajang bagi mereka menyatukan masyarakatnya melalui program mural. Tim mural dan seluruh masyarakat Kedungkandang bekerjasama untuk menciptakan sebuah mural yang sudah menjadi identitas kelurahan Kedungkandang.

Identitas tersebut dapat dilihat dari maskot dan logo yang dirancang khusus oleh ketua tim mural sebagai ciri khas kelurahan Kedungkandang. Tidak hanya itu, masyarakat disana juga menjadikan mural sebagai wadah gerakan sosial.

Hal ini karena, dengan adanya kegiatan mural mendorong masyarakat untuk bersatu dan berpartisipasi langsung dalam proses pengerjaan mural, di mana pada awalnya banyak dari mereka yang kurang memahami mural dan tidak memiliki basic dalam bidang seni.

Apresiasi yang diberikan dalam pengerjaan mural membuat masyarakat lebih menghargai apa yang mereka kerjakan dan tentunya lebih memahami makna mural sebenarnya.

Mural pada tembok di kelurahan Kedungkandang  sebagai identitas daerah

Mural juga dapat dilihat sebagai fungsi sosial, tujuan lain dari dibentuknya komunitas mural pada masyarakat Kedungkandang adalah untuk berbuat kebaikan bagi masyarakat yang membutuhkan.

Hal tersebut dapat tercermin dari banyaknya masyarakat di beberapa kampung yang memiliki keinginan untuk menghias tembok kampungnya agar terlihat indah, namun mereka tidak mempunyai kemampuan dalam bidang seni. Keberadaan komunitas mural yang pada akhirnya mengisi tembok-tembok kosong tersebut dan menghiasnya sesuai permintaan masyarakat.

Aksi mural yang dilakukan oleh masyarakat Kedungkandang juga membawa pengaruh bagi masyarakat sekitar.

Banyak dari mereka yang masih menganggap seni lukis mural sebagai kegiatan yang tidak berguna karena akan menghabiskan biaya yang mahal.

Namun dengan adanya aksi mural tersebut, mampu menunjukkan pada masyarakat sekitar bahwa mural mampu mengubah suasana lingkungan menjadi lebih indah. Hal tersebut juga didukung oleh keberadaan mural yang sudah banyak ditemui di tempat-tempat wisata sebagai aspek pendukung keindahan tempat wisata.

Eksistensi mural tidak hanya muncul di kelurahan Kedungkandang, di beberapa wilayah Kota Malang mural berfungsi sebagai bentuk komunikasi visual. Mural sebagai komunikasi visual tidak hanya berdiri sendiri tanpa kehadiran ribuan makna.

Bagi pembuatnya, ada pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui seni lukis mural, pesan-pesan tersebut biasanya berisi tentang kritik sosial, himbauan, serta dinamika sosial yang sedang terjadi saat itu.

Namun pada realitas yang terjadi di Kota Malang, tidak semua seni mural dapat diterima oleh masyarakat umum. Keberadaan mural seringkali menuai kontra dari beberapa masyarakat.

Hal tersebut karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran dalam hal seni yang kemudian menganggap bahwa mural hanya sebuah kegiatan yang dapat merusak tembok-tembok jalan dan fasilitas umum, belum lagi kebutuhan yang diperlukan untuk membuat mural memerlukan biaya yang cukup mahal.

Seperti yang disampaikan oleh ketua tim mural desa Kedungkandang, dalam menyikapi orang-orang yang memandang rendah mural adalah dengan diberi edukasi. Menurutnya orang-orang yang buta akan seni dan kreativitas sehingga merendahkan suatu karya, perlu diberi edukasi dan sosialisasi dengan cara mengajaknya turun langsung dalam pembuatan mural, dengan begitu mereka akan lebih mengetahui fungsi mural sebagai keindahan seni.

Mural sebagai media kritik sosial

Meskipun sering menuai kontra dari masyarakat, hal tersebut tidak menghalangi para muralis untuk tetap berkarya. Bagi masyarakat yang memang mengerti dan menyukai seni, mereka lebih mengapresiasi hasil mural yang dibuat oleh muralis dengan menikmati hasil mural tersebut.

Dengan begitu kehadiran mural di Kota Malang tidak sepenuhnya dipandang buruk oleh masyarakat, sebagian besar masyarakat melihat dan menganggap mural sebagai seni yang indah dan pantas untuk dinikmati, bahkan sampai ada masyarakat yang membentuk tim mural di tempat tinggalnya sebagai wadah gerakan sosial.

Keberadaan mural memang pantas di apresiasi, namun disatu sisi mural tidak dapat dilakukan secara bebas dan semena-mena, karena terkadang isi pesan yang ingin disampaikan muralis dalam lukisannya tidak selalu sama dengan apa yang masyarakat lihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun