Mohon tunggu...
S. Suharto
S. Suharto Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati seni

Teacher and Lecturer, Researcher, educator Motto: Hidup harus bermafaat bagi semua umat

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Baswedan Sangat Pantas Menjadi Mendikbud

3 September 2014   01:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:47 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya mengamati sikap, ucapan, dan pandangan politik Anies Baswedan sangat cocok jika diangkat oleh Jokowi menjadi menteri Pendidikan dan Kebudayaan atau apa pun nama kementriannya yang penting berhubungan dengan pendidikan. 6 alasan  kuat saya menjagokannya adalah:

1. Sesuai bidang yang digelutinya

Walaupun kegiatan sekarang lebih menonjol pada politik tetapi kepeduliannya pada pendidikan memberi bukti ia pantas menduduki jabatan menteri pendidikan itu. Diangkatnya ia menjadiseorang rektor menandakan ia pantas dan cakap menjadi seorang pemimpin di lingkungan tempat bekerja, universitas. Beberapa gagasan dan program yang sangat berhasil adalah “Indonesia Mengajar” dan program pemerintah melalui DIKTI yang sekarang dikenal dengan SM3T yang sudah melahirkan dua generasi. Ini sudah cukup membuktikan bahwa ia sangat peduli dengan pendidikan dan memiliki visi jelas yang ingin memajukan dan memeratakan pendidikan di Indonesia. Visi ini sangat penting yang sangat mendukung visi Jokowiyang juga mementingkan pendidikan sekaligus membangun karakter bangsa melalui pendidikan.

2. Memiliki karakter kuat

Menurut saya ia seorang yang berkarakter kuat. Prinsip –prinsinya tentang politiknya juga jelas dan tegas. Ia sangat konsisten dengan ucapannya. Apa yang ia ucapkan benar-benar dijalankan.Ia tidak munafik tentang politik. Salah satu prinsip yang saya ingat adalah bahwa politik memang bisa kotor oleh karena itu orang-orang yang baik harus mau terjun ke politik untuk memperbaiki bangsa. Jangan biarkan negeri ini dipimpin oleh orang-orang yang tidak baik. Orang baik yang pantas jadi pemimin menurutnya adalah yang tidak punya masalah di masa lalu atau berpotensi punya masalah, memiliki track record yang baik, cakap/berpotensi/memiliki kemampuan, atau criteria lain yang dianggap baik bagi seorang pemimpin.

3. Jujur

Ia tidak munafik untuk mengakui bahwa ia sebenarnya sedang “mengejar” jabatan di pucuk pimpinan yang ditunjukkandengan menjadi salah satu calon presiden dalam konvensi partai Demokrat. Padahal kita tahu partai Demokrat sedang bermasalah.Tetapi keyakinan yang kuat bahwa orang baik dapat memperbaiki partai yang dianggap terpuruk membuat ia mencalonkannya. Demokrat terpuruk karena dipimpin oleh orang-orang yang tak jujur. Dan ia tidak takut akan tercemar dengan menjadi salah satu peserta konvensi. Ia juga jujur sampaikan pada media alasan ia pilih mendukung Jokowi karena dia tidak akan bisa menutupi sesuatu yang diyakini tidak boleh ditutupi jika ia dukung selain Jokowi. Menurutnya Jokowi yang sesuai dengan keyakinannya yang harus didukung.

4. Sudah bergelar profesor

Sikap, ucapan dan kecerdasannya dalam berpikir dan gelar yang disandangnya sudah sangat layak menjabat sebagai seorang menteri pendidikan. Karena gelar profesor memang hanya untuk para pendidik atau yang berhubungan dengah dunia pendidikan atau penelitian.Cara bicara, cara mengemukakan argumentasi yang cerdas dapat menjadi inspirasi para professor Indonesia, walaupun tentu bukan hanya itu saja parameter seorang professor sesuai undang-undang atau peraturan yang ada.

5. Masih muda

Usia yang masih muda dapat menjadi modal. Masih segarnya gagasan-gagasan yang mungkin berguna bagi kemajuan dunia pendidikan sesegar semangatnya yang masih muda. Bagaimana pun fisik yang masih segar berpengaruhpula pada kualitas maupun kuantitas gagasan itu.

6. Cukup tampan

Terus terang ini sangat pribadi. Saya lebih suka menteri-menteri yang masih muda. Apalagi (dianggap) tampan dan gesit seperti Anies Baswedan (eh ini kata Ibu-ibu loh). Jika ia tampan, masih muda, cerdas, apalagi kebijakannya pro rakyat atau pro pendidikanmaka akan menjadi “idola”. Apa akibatnya jika sudah jadi idola? Paling tidak para siswa, mahasiswa, guru, dosen, orang tua, dan seluruh rakyat akan menurut apa yang yang diinginkan sang idola, he..he…he…Siswa/mahasiswa rajin belajar, guru/dosen rajin mengajar dan meneliti, orang tua senang membiayai, dll. Dan akhirnya ….Indonesialah yang beruntung. Silakan pembaca berargumen kalau punya pilihan lain, apa alasannya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun