Mohon tunggu...
Rully Tri Cahyono
Rully Tri Cahyono Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar yang terus belajar

Dosen teknik. Suka menulis. Tulisan-tulisan yang lain dapat dibaca di https://rullytricahyono.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Keluarga Kuat Berawal dari Meja Makan

27 Agustus 2016   20:02 Diperbarui: 27 Agustus 2016   20:59 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen makan bersama dengan keluarga. Anak duduk di high chair. Istri memotret.

Di Belanda, setiap kali kontrol di Posyandu (Consultatiebureau, CB), anak kami disarankan untuk duduk di kursi makan bayi (baby high chair) mulai umur 6-7 bulan. Awalnya kami mengira tujuannya hanya agar anak terbiasa disiplin setiap kali waktunya makan, tidak makan sambil bermain dan bergerak kesana kemari. Namun suatu ketika dokter CB bertanya, “Kalau makan malam, Kinan ikut juga?” Kami yang heran ditanya seperti itu hanya menggeleng. Dokter melanjutkan, “Harus kalian ajak! Biasakan ya makan malam bersama anak sejak dia masih kecil, supaya dia terbiasa.”

Manfaat makan bersama

Belakangan setelah bertanya ke teman-teman, memang di Belanda makan malam bersama keluarga adalah sesuatu yang cukup “sakral” di negeri kincir angin. Saking pentingnya, disini tabu/tidak sopan kalau kita bertamu sekitar jam 18-20, saat dinertijden (waktu malam malam). Menurut seorang teman, anak-anak di Belanda dari kecil diajarkan untuk menelepon orangtuanya kalau dia bakal tidak bisa makan malam di rumah di hari tersebut.

Makan malam adalah saat-saat intim bersama keluarga terdekat. Biasanya keluarga duduk melingkari meja, termasuk bayi yang duduk di high chair. Setelah menuangkan porsi masing-masing ke piringnya, setiap orang akan makan sambil mengobrol sana-sini.

Di Indonesia, tradisi semacam ini belum membudaya ke seluruh kalangan. Padahal, banyak sekali manfaat dari makan malam bersama keluarga.

Keluarga adalah inti kehidupan kita semua. Kalau dengan teman kita bisa berkorban untuk bertemu, hang out, dan makan bareng, kenapa tidak dengan keluarga? Kepada siapakah kita akhirnya bergantung? Seerat-eratnya hubungan pertemanan, kita akan meminta bantuan keluarga saat ada masalah yang menghampiri. Walaupun punya sahabat yang seakrab apapun, apakah mereka yang membiayai pendidikan dan merawat kita yang sedang sakit? Maka menjadi wajar kalau dalam diri keluarga, ada hak mereka untuk mendapatkan waktu berkualitas (quality time) dari anggotanya.

Aspek yang tak kalah pentingnya dari makan bersama adalah komunikasi. Sudah banyak contohnya keluarga yang berantakan karena komunikasi yang buruk. Bapak dan Ibu pulang kerja dalam keadaan sudah lelah. Jangankan menanyakan bagaimana kabar si kecil, saling bercerita kegiatan masing-masing hari ini di kantor pun sudah tidak terlalu bersemangat. Akibatnya, anggota keluarga merasa kurang mendapat perhatian, dan dalam jangka panjang ini bisa berakibat kurang baik.

Sedangkan kalau dibiasakan, makan malam bersama bisa menjadi momen untuk lebih saling akrab. “Sudah belajar apa saja Adik hari ini?” “Menyenangkan tadi pertandingan sepakbolanya?” “Bagaimana tender Mama yang kemarin itu beres?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut sederhana, tetapi besar dampaknya. Keluarga dapat menjadi lebih akrab, dan kalau ada persoalan, dapat segera diutarakan. Tanpa terbiasa saling bertanya, tidak heran seorang anak pun akan segan mengobrol akrab dengan orangtuanya. Kadang, kita lebih membutuhkan perhatian dibandingkan uang yang berlimpah.

Makan bersama keluarga juga bisa memberikan pemahaman yang bagus bahwa semua itu perlu proses. Selama tinggal di Belanda, kami hampir selalu masak sendiri, karena kalau beli makanan jadi mahal. Awalnya memang repot, tetapi manfaatnya banyak. Terutama adalah kesadaran bahwa ternyata memasak itu butuh kesabaran. Maka sebaiknya kita selalu menghargai makanan yang dihidangkan di rumah, karena ada jerih payah di baliknya.

Tips dan Trik

Setelah paham bahwa banyak manfaat dari makan bersama keluarga, bagaimana tips dan triknya supaya bisa terbiasa? Saya pun tidak ahli dalam hal ini, karena keluarga kami baru berumur empat tahun. Maka disini saya hanya berbagai pengalaman dan pandangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun