Bagaimana cara Anda memperingati hari kemerdekaan? Jika upacara dan berbagai lomba sudah biasa, tak ada salahnya Anda merayakan hari kelahiran Indonesia dengan menyambangi tempat pekik kemerdekaan pertama dikumandangkan. Mari berkunjung ke Tugu Proklamasi.
Kompleks Tugu Proklamasi yang secara strategis terletak di pusat kota adalah ibarat oase di tengah padat dan panasnya Jakarta.
Rimbunan pohon menempati sekeliling area tugu, dan hamparan rumput dan bunga di area taman menjadi penyejuk mata. Namun, tempat ini tak hanya menawarkan keteduhan. Tiga obyek penting didalam kompleks memiliki nilai sejarah tinggi.
Ya, taman asri seluas 3,2 hektar di kompleks Tugu Proklamasi tak hanya berfungsi sebagai salah satu "paru-paru" kota. Disinilah titik penting bagi bangsa kita, tempat kemerdekaan Indonesia dikumandangkan lantang tepat 72 tahun silam. Ketika itu, Bung Karno didampingi Bung Hatta membacakan naskah proklamasi.
Tempat pembacaan naskah aslinya berlangsung di teras rumah pribadi Bung Karno yang berada di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat. Namun, saat ini, rumah tersebut sudah tidak ada. Yang tinggal hanya jejak tempat Bung Karno berdiri saat peristiwa bersejarah tersebut berlangsung.
Tempat itulah yang kini diabadikan dalam sebuah tugu yang diberi nama Tugu Proklamasi. Di bagian bawah tugu setinggi 17 meter ini terdapat tulisan: Disinilah Dibatjakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 djam 10.00 pagi oleh Bung Karno dan Bung Hatta.
Saat Anda berkunjung ke Tugu Proklamasi, cobalah perhatikan baik-baik bentuk tugu tersebut.
Jika Anda merasa puncak tugu mirip sambaran petir, Anda tak salah lihat. Monumen yang dibangun di era 1960-an ini memang dikenal juga sebagai Tugu Petir, persis seperti lambang PLN. Mengapa? Karena kumandang proklamasi pada 17 Agustus 1945 dianggap bagaikan sambaran petir yang mengejutkan banyak orang.
Bayangkan Anda hidup di masa itu. Tak ada pergerakan yang tampak berarti, tak ada pula panitia khusus, tapi tiba-tiba saja gema proklamasi berkumandang dan disebar melalui berbagai media, termasuk radio. Bung Karno mengibaratkan naskah proklamasi tersebut sebagai "geledek yang didengarkan oleh 5 benua dan 7 samudera."
Selain Tugu Proklamasi, ada dua obyek penting lain disini. Pertama adalah Tugu Peringatan Satu Tahun Proklamasi yang dibuat tahun 1946 sebagai peringatan ulang tahun pertama republik, dan yang kedua Monumen Proklamator Soekarno-Hatta.
Monumen yang dibangun tahun 1979 ini adalah bentuk terima kasih bangsa Indonesia kepada jasa kedua proklamator. Seperti halnya monumen bersejarah yang umumnya sarat simbol, begitu pula Monumen Proklamator.